YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta berkolaborasi dengan La Trobe University dan AIDRAN melaksanakan kegiatan pelatihan selama lima minggu (Juni-Juli 2022) tentang hak-hak penyandang disabilitas atau yang dalam pandangan Muhammadiyah dinamakan difabel.
Pelatihan ini diantaranya layanan kesehatan sesuai dengan Konvensi PBB tentang Hak Penyandang Disabilitas (UNCRPD) dan Undang-Undang No.8/2016 tentang Penyandang Disabilitas. Serta prinsip-prinsip praktik layanan kesehatan yang aksesibel dan inklusif. Agenda ini sepenuhnya didukung oleh Australia-Indonesia Institute (AII), Departemen Perdagangan Luar Negeri dan Perdagangan Australia.
Program ini telah dibuka pada hari Selasa (28/6) oleh Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah, Dra. Susilaningsih Kuntowijoyo, MA dan Chair Board dari AII Professor Greg Fealy secara online di UNISA Yogyakarta.
Pelatihan ini adalah bagian dari kerjasama antara La Trobe University dan UNISA Yogyakarta sejak penandatanganan MOU antara kedua lembaga pendidikan tinggi tersebut pada tahun 2020. Penandatanganan MOU dilakukan setelah kunjungan delegasi Aisyiyah pada Februari 2019 dan diterima oleh La Trobe Asia dan para dosen dan peneliti di La Trobe University. Salah satu fokus kerja sama adalah penguatan bidang penelitian. Diharapkan penelitian akademik dapat memberi pengaruh dalam pembuatan kebijakan dan perbaikan layanan kesehatan kepada perempuan dan penyandang difabel.
Rektor UNISA Yogyakarta, Warsiti, S.Kp., M.Kep.,Sp.Mat., menjelaskan kegiatan pelatihan yang berjudul “Fostering inclusive approaches to health equity in Indonesia ini sangat relevan dengan visi UNISA Yogyakarta sebagai kampus yang berwawasan kesehatan. U
Warsiti berharap dengan terlaksananya kegiatan ini nantinya akan tercipta agent of change yang akan membawa pada peningkatan kesadaran dan kepekaan atas hak penyandang difabel serta layanan yang inklusif dan aksesibel. Sebuah hasil yang dikeluarkan UNISA Yogyakarta sebagai kampus yang berkomitmen mengembangkan Health Promoting University.
President dari Australia-Indonesia Disability Research dan Advocacy Network (AIDRAN) yang berbasis di Fakultas Hukum La Trobe University mengatakan bahwa La Trobe memiliki track record sangat kuat dalam hal penelitian di bidang kesehatan dan dalam mempromosikan hak-hak kelompok rentan seperti penyandang difabel dan perempuan. Melalui AIDRAN, La Trobe University berkomitmen untuk menguatkan pemenuhan dan penghormatan hak penyandang difabel di dalam mendapatkan akses layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, hukum, dan pekerjaan melalui pertukaran pengetahuan dan pengalaman antara penyandang difabel dan peneliti isu difabel di kedua negara.
Dr Dina Afrianty dan Professor Lisa McKenna, Dekan Fakultas Kesehatan dan Kebidanan La Trobe University, menjelaskan bahwa kegiatan ini dirumuskan sebagai bentuk respon terhadap pandemi COVID19. Pandemi telah membuka sekat-sekat ketidakadilan terhadap kelompok rentan terutama dalam hal pelayanan kesehatan di Indonesia dan juga di Australia.
Penyandang difabel merupakan kelompok yang hak-hak kesehatannya semakin termarjinalkan selama masa pandemi akibat dari kurangnya informasi terkaitCOVID-19 dalam bentuk yang aksesibel, kebijakan yang tidak mendukung pemenuhan penyandang difabel, hingga sulitnya penyandang difabel mendapatkan akses layanan.
Sebelum pandemi COVID-19, penyandang difabel di banyak negara, terutama di Indonesia, telah menghadapi tantangan serius untuk dapat mengakses informasi dan layanan kesehatan yang memadai, adil dan setara akibat dari kesenjangan struktural berupa kebijakan yang diskriminatif, infrastruktur yang tidak aksesibel sampai dengan stigma sosial terkait difabel. Oleh karena itu, Pandemi COVID-19 menjadi alasan dan kesempatan untuk mewujudkan perbaikan sistem kesehatan yang inklusif, responsif dan dapat diakses bagi semua.
Pemerintah Australia melalui Australia-Indonesia Institute (AII) mendukung pelaksanaan program sebagai bentuk komitmen untuk mewujudkan masyarakat yang inklusif dan menguatkan hubungan bilateral kedua negara. Program ini juga dipandang memberi kesempatan untuk meningkatkan hubungan people to people atau hubungan antara warga negara Indonesia dengan Australia. Rangkaian program yang dirancang La Trobe University, AIDRAN dan UNISA, memberi kesempatan penyandang difabel, tenaga kesehatan, mahasiswa dan peneliti dari kedua negara untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan demi mewujudkan kesetaran hak dan akses kesehatan bagi kelompok marjinal seperti penyandang difabel dan perempuan.
Kepala Biro Kerjasama Urusan Internasional UNISA Yogyakarta, Cesa Septiana Pratiwi, M.Mid., Ph.D., mengatakan bahwa sejumlah tema yang menjadi fokus pelatihan adalah 1) pengenalan dan penguatan atas pemahakan prinsip-prinsip hak penyandang difabel dalam UNCPRD 2) kerangka hukum penghormatan hak penyandang difabel yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia 3) pengalaman hidup penyandang difabel selama COVID-19 4) prinsip-prinsip layanan kesehatan yang inklusif 5) pemenuhan hak kesehatan bagi penyandang difabel mental dan intelektual, 6) pengembangan kurikulum kesehatan yang inklusif 7) peran lembaga pendidikan dan organisasi kemasyarakatan dalam promosi pemenuhan hak difabel 8) perlindungan terhadap perempuan dan perempuan difabel dalam mengakses layanan kesehatan 9) Universal Design dan 10) kampanye pemenuhan hak difabel.
Sebanyak 113 peserta telah terpilih untuk mengikuti program pelatihan ini untuk bersama-sama selama lima minggu ke depan mengikuti serangkaian pemaparan dari peneliti Australia dan Indonesia. Peserta akan mendengarkan langsung pengalaman hidup penyandang difabel dalam mendapatkan akses layanan kesehatan dan pengalaman tenaga kesehatan dalam berinteraksi dan memberi layanan kepada penyandang difabel. Hampir 25% dari total peserta adalah penyandang difabel.
Selain pemaparan dari peneliti, pembuat kebijakan dan penyandang difabel, sejumlah aktivitas akan dilakukan oleh peserta secara bersama-sama yang diharapkan akan membangun solidaritas dan komitmen untuk berperan mewujudkan hak penyandang difabel. Diskusi kelompok besar dan kecil akan dilakukan dan didampingi oleh fasilitator dari AIDRAN, La Trobe University dan UNISA Yogyakarta.
Mengingat pentingnya perluasan pengetahuan akan difabel, maka sejumlah webinar akan dapat diakses secara terbuka oleh publik. Webinar akan dapat diikuti oleh siapapun yang tertarik dengan isu kesetaraan dan keadilan bagi penyandang difabel, khususnya dalam konteks pelayanan kesehatan. Sedangkan, peserta pengayaan terpilih dari serangkaian proses seleksi yang ketat dan terdiri dari tenaga kesehatan, mahasiswa kesehatan dan penyandang difabel dan dilaksanakan selama 5 minggu. Pertukaran pengetahuan antara peneliti, tenaga kesehatan dan ahli serta advokat penyandang difabel dari Australia dan Indonesia pada akhirnya diharapkan dapat memiliki kontribusi signifikan pada pemenuhan hak penyandang difabel, khususnya dalam sektor kesehatan.
Seluruh rangkaian kegiatan akan dilakukan dengan pendampingan Juru Bahasa Isyarat dan juga penerjemah Bahasa Indonesia dan Inggris. (Riz)