Spirit Qurban Negeri Dua Nil
Takbir berkumandang menandakan hari raya besar ummat islam telah tiba, hewan qurban sudah mulai berdatangan di markas Muhammadiyah Sudan. 8 kambing dan 3 sapi dituntun tim panitia untuk dimasukan ke tempat yang sudah di sediakan diikuti rumput segar, sebagai makanan utama hewan qurban. Beberapa penduduk asli sudan juga ikut menyaksikan kedatangan hewan qurban, terlihat senyuman dan lurik kebahagiaan terpancar dari wajah mereka, sebuah aksi Muhammadiyah Sudan memberikan daging sesembelihan kepada mereka, di esok harinya.
Pagi hari yang cerah bumi Allah sudan memancarkan suasana yang sejuk, memang secara musim Sudan sudah memasuki musim penghujan, tinggal nunggu waktu saja kapan keberkahan air hujan itu turun. Pukul 6.30 waktu sudan Imam Shalat Idul Adha bersigap memulai ibadah yang dilaksanakan setahun sekali itu. Seusai shalat seluruh jama’ah diingatkan oleh Motivasi khatib tentang pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ketika di perintahkan untuk mengorbankan ismail ‘alaihissalam.
Dalam peristiwa itu yang di uji adalah bukan tentang harta yang dimiliki atau merelakan anak yang sudah di nanti sekian tahun untuk menjadi sesembelihan, melainkan ujian ketakwaan dari Allah Subhanahu wata’ala kepada hamba-Nya, seberapa besar kecintaan Hamba-Nya kepada-Nya itulah inti sari dari peristiwa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. “Allah tidak menerima daging ataupun darah, tetapi yang Allah terima adalah ketakwaan hambanya”, refleksi dari surah alhaj ayat 37.
Pukul 7.30 warga Muhammadiyah sudah kembali ke rumah masing-masing, wabilkhusus mereka yang tinggal di Markas Dakwah Muhammadiyah Sudan. Semangat mereka untuk membantu sangat luar biasa, dengan cepat mereka bergegas menyiapkan alat-alat yang akan dipakai untuk pemotongan hewan qurban. Setengah jam kemudian penyembelihan dimulai, diawali dengan hewan qurban sapi.
Sebanyak 2 hewan qurban sapi di sembelih dan satu sapi di kirim ke daerah Haj Yusuf Sudan, untuk disembelih dan didistribusikan dagingnya kepada masyarkat sudan yang membutuhkan. Kekuatan tim yang sangat baik menghasilkan daging-daging sudah siap untuk di distribusikan kepada masyarakat sudan ataupun kader Muhammadiyah. Di hari pertama disasakan sebanyak 5 kambing (4 dari yang sudah di anta malamnya, dan satu lagi tambahan dari mudhohi yang menelpon panitia pagi hari pasca sholat).
Sore harinya Depan Rumah Markas Muhammadiyah sudah nampak beberapa antrian untuk pengambilan daging hewan qurban. Tim distribusi dengan sigap memberikan beberapa daging yang sudah disiapkan oleh panitia. “Syukran” kata yang terlontar dari masyarakat sudan yang telah menerima daging, ada juga anak kecil yang sumringah ketika dikasih, ketika ditanya “kenapa seperti itu?” dengan tersenyum ia menjawab “ini untuk keluargaku” saat itu tim panitia tertegun dan bersyukur bisa memberikan kepada mereka yang membutuhkan, Alhamdulillah.
Selain berbagi kepada masyarakat sudan, Muhammadiyah Sudan juga memberikan daging qurban kepada para warga Muhammadiyah, mereka datang juga bersilaturahmi dengan teman-teman, banyak diskusi yang dihasilkan, sangat menambah keakraban dan kesolidan. Daging yang diberikan kepada kader muhammadiyah mayoritas dimanfaatkan untuk membuat rendang, gulai, sate, ada juga yang nge grill bareng. “alhamdulillah makan enak, dan perbaikan gizi” ujar salah satu teman.
Penjelajahan hari kedua, yakni hari pertama tasyriq dimulai pada pukul 11 siang, sebanyak 5 orang menuju daerah Haj Yusuf untuk menyaksikan penyembelihan satu ekor sapi. Sapi tersebut sebenarnya adalah titipan dari organisasi Masyarakat Ekonomi Sudan, mereka mempercayakan hewan qurbannya untuk disalurkan kepada masyarakat sudan melalui Lazismu Sudan. Perjalanan kesana menggunakan Muwasholat sejenis bus umum, kalau di Indonesia dikenal sebagai kopaja atau metromini atau sejenisnya.
Ada alasan tersendiri mengapa teman-teman menggunakan kendaraan umum, selain untuk menghemat pengeluaran, juga bisa menambah kehangatan antar masyarakat beda negara banyak cerita yang keluar dari bus umum tersebut, baik yang berasal dari ibu-ibu, anak kuliahan, bahkan preman yang sudah tobat. Cerita mereka sangat asek baik dari ibu-ibu yang menuju sekolahan anaknya, juga melihat mereka marah-marah karena keadaan perjalanan yang macet, ada juga cerita dari seorang ibu yang sangat terharu oleh perjuangan anaknya yang bisa sekolah sampai hafal qur’an.
Seorang ayah juga cerita tentang kerasnya hidup di dunia, ia harus menafkahkan anaknya dan istrinya, tapi gaji yang ia peroleh sangatlah pas-pasan, namun keyakinannya yang kuat terhadap Allah Subhanahu wata’ala menjadikan dirinya kuat menjadi pemimpin bagi keluarganya. Bahkan yang unik adalah ketika adzan berkumandang, hampir seluruh aktivitas kegiatan itu hanyal menuju ke tempat ibadah atau menggelar tikar untuk menunaikan shalat di pinggir jalan.
Sesampainya di tempat pemberhentian, tim lazismu Sudan sudah di jamu oleh tim sudan. Ternyata perjalanan menuju Haj Yusuf tidak hanya menggunakan bus umum, perlu masuk dengan mobil, medan yang berkelok menjadi tantangan dan pengalaman tersendiri, asek rasanya perjalanan seperti jalan offroad, namun menggunakan mobil seadanya. Mobil menjelajahi pemukiman warga yang hanya beratapkan batu bata, dan beralaskan pasir.
Tempat tidurnya menggunakan ranjang yang dikaitkan antara tiang satu ke tiang berikutnya dengan tali. Mobilpun tiba dan terlihat jelas sapi warna coklat yang akan siap di sembelih hari itu. Masyarakat sangat antusias dengan kedatangan teman-teman muhammadiyah, anak-anak kecil mengucapkan salam dan mengangkat tangan kebahagiaan, mereka berkerumun di satu tempat, yakni tempat penyembelihan hewan qurban.
Kegiatan dimulai siang harinya, di tengah teriknya matahari tim muhammadiyah bersama masyarakat sekitar menyembelih sapi warna coklat tersebut, keberanian bapak-bapak sudan sangat diapresiasi, dengan jumlah yang sedikit mereka mampu merobohkan sapi qurban dan juga menyembelihnya. Tim Muhammadiyah selepas penyembelihan dibantu masyarakat memotong daging dan juga memasukan kedalam tempat yang sudah disediakan, dagingnya akan di sebarkan ke masyarakat sekitar. Setelah acara selesai masyarakat mengajak tim untuk memanen pohon tebu di daerah sekitar, dan juga sebagai ramah tamah diantara mereka.
Pengalaman hari pertama tasyriq sangatlah berarti bagi tim muhammadiyah, bukan hanya untuk menyebarluaskan dakwah muhammadiyah, namun sebagai duta internasionalisasi muhammadiyah, tim yang berjumlah 5 orang tersebut berhasil mengenalkan Muhammadiyah yang berusaha memberi dan melayani, bukan untuk warga Indonesia saja yang diberi dan dilayani, namun lebih luas dari itu Muhammadiyah berusaha untuk selalu memberi dan melayani warga internasional. Mereka juga berhasil medakwahkan Islam yang rahmatan lil’alamin melalui dakwah sosial yang dilakukan mereka bukan hanya merekatkan dirinya dan masyarakat, lebih jauh lagi mereka bisa merekatkan Indonesia dan Sudan. (Hanief Arkaan)