YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Tahun ajaran baru 2022/2023 bagi sekolah Muhammadiyah telah di mulai. Setelah menjalani masa-masa liburan panjang ditambah libur khusus hari Tasyrik selama tiga hari (11-13 Zulhijah). Maka, sejak hari Rabu (13/7) kemarin, seluruh sekolah-sekolah Muhammadiyah memulai melakukan aktivitas pembelajarannya dengan menerapkan protokol kesehatan karena masih dalam situasi wabah Covid-19.
Seperti biasanya, bagi siswa baru, dilaksanakan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) atau Forum Ta’aruf Siswa (Fortasi). Hal itu sesuai dengan Permendikbud Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi Siswa Baru. Dan inilah yang di implementasikan oleh SMP Muhammadiyah 2 Depok Sleman, Yogyakarta.
Pada Kamis (14/7), rombongan SMP Muhammadiyah 2 Depok Sleman, Yogyakarta melakukan kunjungan ke Grha Suara Muhammadiyah Yogyakarta. Kunjungan ini sebagai bentuk manifestasi dari kegiatan Fortasi yang diinisiasi oleh sekolah tersebut. Rombongan berjumlah 150 orang bertandang ke lantai 4 di dampingi oleh guru dan kakak-kakak IPM. Dan disambut dengan hangat oleh Aris Budi Sinudarsono selaku Direktur Divisi Promosi, Kerjasama, dan Humas SM Kreatif.
Dalam sambutannya, Aris mengucapkan apresiasi dan terima kasih kepada rombongan dari SMP Muhammadiyah 2 Depok Sleman Yogyakarta yang telah bertandang di Kantor Grha Suara Muhammadiyah. “Kami ucapkan terima kasih kepada bapak/ibu guru dari SMP dan juga adik-adik kami ucapkan selamat datang di Kantor Grha Suara Muhammadiyah. Di mana kantor ini menjadi kantor pusatnya Majalah Suara Muhammadiyah sejak tahun 2018 lalu,” ujarnya.
Aris memberikan secercah pengetahuan kepada peserta Fortasi terkait dinamika perkembangan Suara Muhammadiyah dari awal hingga sekarang. Menurutnya, Suara Muhammadiyah didirikan pada tahun 1915 yang dirintis oleh KH Ahmad Dahlan dan Haji Fachrodin. Sampai sekarang pun masih terus mengudara menghiasi cakrawala negeri untuk memberikan suluh pengetahuan kepada seluruh masyarakat, utamanya warga Muhammadiyah.
Selain itu, diterangkan pula bahwa Suara Muhammadiyah menerbitkan beragam jenis-jenis produk, antara lain majalah dan buku-buku seputar ajaran agama Islam. Aris juga mengatakan saat ini Suara Muhammadiyah telah bertransformasi cepat berkemajuan di pentas panggung percaturan media.
“Majalah Suara Muhammadiyah saat ini menjadi satu-satunya majalah yang diterbitkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Untuk majalah ini sendiri kami sudah terbit sejak tahun 1915. Jadi sejak saat ini di tahun 2022, umurnya sudah 107 tahun. Untuk itulah, Majalah Suara Muhammadiyah dinobatkan sebagai majalah tertua di Indonesia yang masih bertahan dan masih eksis,” terangnya.
Majalah Suara Muhammadiyah terbit tidak hanya versi cetaknya saja, tetapi sudah berbentuk digital. Dengan versi digital ini, harapannya masyarakat luas bisa menikmati sajian informasi perkembangan yang ada di lingkungan persyarikatan Muhammadiyah melalui platform digital tersebut, sehingga menjadi lebih praksis dan tidak kalut.
Dalam derap langkah sejarahnya, Aris mengungkapkan bahwa awalnya Majalah Suara Muhammadiyah diterbitkan pada tahun 1921. Namun, Prof Dr Kuntowijoyo, MA seorang sastrawan, budayawan, dan sejarawan kondang dari Indonesia mematahkan pemahaman pandangan tersebut. Prof Kuntowijiyo menemukan dokumen Majalah Suara Muhammadiyah edisi nomor 2 tahun 1915 di Perpustakaan Leiden, Belanda pada sekitar tahun 1990-an.
Dalam rentang tempo 107 tahun ini, terus mengalami kemajuan pesat. Tidak hanya majalah untuk masyarakat atau warga Muhammadiyah, tetapi bisa juga dikonsumsi oleh para pelajar, mahasiswa, terkait dengan jaringan distribusi yang sudah disampaikan melalui jalur berlangganan maupun cara lainnya.
Majalah Suara Muhammadiyah di kelola langsung atau dibawah naungan PT Syarikat Cahaya Media atau juga ada yayasan Suara Muhammadiyah. Di bawahnya tidak hanya bergerak di unit usaha saja, tetapi ada unit usaha lain sebagai barometer agar Suara Muhammadiyah terus menunjukkan daya hidupnya di kehidupan luas.
“Industri media saat ini tidak akan berdiri sendiri dengan hasil usaha penjualan oplah maupun penjualan dari iklan untuk bisa menutupi kebutuhan maupun operasional yang ada di media itu sendiri. Bahkan media-media industri nasional ada Tempo, Republika dengan melihat kondisi saat ini lebih banyak masyarakat yang mengenal digital daripada cetak,” ujarnya.
Sejak tahun 2013 roda kepemimpinan dibawah naungan Deni Asy’ari, MA, kemudian Majalah Suara Muhammadiyah dikembangkan dengan usaha-usaha lain. Seperti tokoh Suara Muhammadiyah, penerbitan, SM Kreatif, SMTV, Logmart, dan Bulogmu. “Dari unit-unit usaha ini, Alhamdulillah paling tidak bisa memberikan kontribusi agar Majalah Suara Muhammadiyah ini bisa terus eksis kemudian bisa juga bertahan di tengah kemajuan teknologi,” paparnya.
Kemajuan pesat dari Suara Muhammadiyah turut melahirkan bangunan baru yang bernama Suara Muhammadiyah Tower sebagai bagian dari komitmen dari Suara Muhammadiyah itu sendiri untuk terus menguatkan syiar media resmi Muhammadiyah ini. Sekaligus sebagai bentuk optimisme Muhammadiyah untuk menatap dakwah di bidang ekonomi.
“Mohon doa restunya, dibelakang gedung ini kami sedang membangun Suara Muhammadiyah Tower sebagai bagian dari pengembangan usaha atau pengembangan unit bisnis PT SCM sebagai bentuk amanah dari Muhammadiyah sendiri dari Muktamar tahun 2015 di Makassar bahwa Muhammadiyah bisa mengembangkan ekonomi persyarikatan. Salah satu kemudian dari Suara Muhammadiyah sendiri sebagai bagian dari amal usaha Muhammadiyah di bidang media khususnya, kemudian kami mencoba tidak hanya bergerak dakwah, tapi mengembangkan jaringan ekonomi di lingkungan persyarikatan Muhammadiyah,” katanya.
Selain itu, diterangkan pula kepada peserta Fortasi, bahwa Majalah Suara Muhammadiyah mempublikasikan beberapa macam, yakni sajian utama, editorial, dinamika persyarikatan, khutbah jumat, ibrah, sakinah, cerpen (humaniora), wawancara atau dialog, bingkai, dan lainnya.
“Biasanya untuk sekolah maupun perguruan tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah, di Majalah Suara Muhammadiyah itu kami memberikan speech. Artinya ada semacam rubrikasi di Majalah Suara Muhammadiyah dinamakan editorial. Kami sengaja memberikan speech di sana, kepada sekolah, amal usaha khususnya di bidang pendidikan yang berkaitan dengan jurnalistik,” ungkapnya.
Aris juga mengajak kepada peserta Fortas untuk berkontribusi mengeluarkan gagasan-gagasan terbaiknya melalui kiprah menulis di Majalah Suara Muhammadiyah. Tulisan dikirimkan dan akan dilakukan proses filtrasi atau seleksi oleh jajaran redaksi mengenai kualitas artikel yang ditulis apakah sudah sesuai dengan penilaian redaksi atau belum. Yang jelas tulisan harus bernapaskan Islam dan Kemuhammadiyahan yang dikemas dan diracik sedemikian rupa, sehingga pembaca bisa mencerna dan mengambil ibrah dari tulisan tersebut. (Cris)