YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali menggelar Summber School 2022. Agenda ini merupakan upaya dalam meneguhkan UMY sebagai kampus Muda Mendunia.
Terlebih dalam pembukaan secara resmi Summer School 2022 juga diadakan penyaluran beasiswa Palestina, Jum’at (15/7/2022). Agenda istimewa ini turut dihadiri Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Syafiq Mughni, Duta Besar Palestina YE Zuhair, Ketua Lazismu Pusat Mahli Zainuddin Tago, Ustadz Adi Hidayat, Rektor UMY Prof Gunawan Budiyanto, Perwakilan Baznas Pusat serta ratusan peserta Summer School.
Antusiasme terpancar dari peserta Summer School UMY 2022 yang diikuti 850 peserta dari 42 negara dengan 16 program. Jumlah ini naik pesat dari tahun 2021 lalu yaitu 693 peserta dari 39 negara dalam 13 program. Bahkan sebelumnya tahun 2020 hanya 285 peserta dari 16 negara dalam 5 program dan pada 2019 sebanyak 162 peserta dari 25 negara.
Para peserta Summer School kali ini berasal dari berbagai negara seperi Afghanistan, Australia, Bangladesh, Brazil, Kamerun, Tiongkok, Republik Ceko, Mesir, Gambia, Ghana, India, Iran, Iraq, Jordan, Kenya, Lebanon, Liberia, Malawi, Malaysia, Myanmar, Nepal, Nigeria, Pakistan, Palestina, Filipina, Inggris hingga Yaman.
Prof Syafiq Mughni mengapresiasi program internasionalisasi UMY sebagai bagian dari mencerdaskan bangsa. Dalam hal ini lebih luas lagi yaitu dalam mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia, terutama generasi muda. Bukan hanya generasi muda Indonesia tetapi juga para generasi muda Palestina.
Beasiswa Palestina didukung oleh Akhyar Institut Ustadz Adi Hidayat, Baznas, serta Lazismu. Program ini merupakan bukti nyata Muhammadiyah dalam mendukung Palestina sebagai bentuk persaudaraan kemanusiaan.
“Kami bekerjasama dengan pemerintah Palestina untuk mengembangkan pendidikan rakyat Palestina. Karena sejatinya kita adalah sesama manusia yang diciptakan Allah SWT. Dan misi kemanusiaan itulah yang menjadi inspirasi kami untuk mendukung kebebasan Palestina dan juga mendukung kedaulatan Palestina,” terang Syafiq.
Selain menegakkan keadilan, saling menghargai dan menghormati umat manusia menjadi salah satu langkah dalam membangun dunia yang lebih baik, juga merupakan langkah dalam menemukan pesan Tuhan mengenai bagaimana perdamaian dunia perlu diciptakan. Namun perdamaian tidak dapat terwujud tanpa keadilan terlaksana. Kedua hal ini yang menjadi basis misi kemanusiaan Muhammadiyah dalam lingkup global.
“Kita harus menjadi terhormat dan saling menghormati orang lain untuk dapat menciptakan keadilan dan perdamaian di seluruh dunia. Keduanya beriringan karena tidak ada yang namanya kedamaian tanpa keadilan. Jadi, berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, sekarang kita bertindak bersama bukan hanya dalam lingkup lokal, nasional akan tetapi juga secara global tanpa diskriminasi agama apapun yang dipeluk,” tambahnya.
Dr. Zuhair Al-Shun, Y.M. Duta Besar Palestina dalam sambutannya mengatakan bahwa beasiswa pendidikan yang diberikan menjadi suatu hal yang penting bagi rakyat Palestina. Menurutnya, pendidikan bukan hal yang mudah didapatkan oleh rakyat Palestina meskipun ketertarikan rakyatnya terhadap pendidikan sangat tinggi. Keadaan yang tidak stabil menghambat akses pendidikan di Palestina.
“Kami sangat senang dan menyambut baik kerjasama ini dan yang perlu kami garis bawahi bahwa beasiswa ini sangat penting bagi rakyat Palestina. Karena rakyat kami sangat tertarik dengan pendidikan. Saya yakin orang-orang kami akan berkembang lebih dari yang lain. Karena kita tidak hanya berperang dengan senjata, tetapi juga perlu berperang dengan otak untuk mencapai kemerdekaan kita,” tambahnya.
Kedepannya, Zuhair berharap kerjasama tersebut dapat terus berlanjut di tahun-tahun yang akan datang dengan cakupan yang lebih luas lagi. “Kami berharap kerjasama kami akan terus berlanjut tidak hanya untuk tahun ini tetapi juga untuk tahun-tahun mendatang. Selain itu, kami mengharapkan kerjasama antara UMY dengan universitas manapun di Palestina, sehingga kami dapat bekerja sama untuk kemitraan bersama, pertukaran pelajar dan budaya,” tutupnya.
Seperti yang disampaikan oleh Ketua Lazismu Pusat Mahli Zainuddin Tago bahwa Lazismu menjadi lembaga yang konsisten “Giving for Nation”, memberi untuk negeri. Bukan hanya untuk Indonesia, melainkan juga untuk Palestina yang masih memerlukan bantuan karena beragam hak terutama tanahnya tergusur kolonialisme. (Riz)