YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Sindrom metabolik merupakan kumpulan faktor risiko penyakit gangguan jantung (kardiovaskular) yang terjadi bersamaan diantaranya peningkatan glukosa darah puasa, obesitas sentral, dislipidemia, dan hipertensi.
Di Indonesia prevalensi sindroma metabolik mencapai 23,34% dan di tahun 2019 menurut data profil kesehatan sleman kasus hipertensi (HT) yang mendapat pelayanan kesehatan adalah 65.139 orang serta Kasus Diabetes Melitus (DM) tahun 2019 yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar adalah 20.404 orang.
Pola konsumsi, usia dan aktifitas fisik berpengaruh pada risiko sindrom metabolik. Pengelolaan resiko penting untuk mengurangi angka prevalensi kejadian. Pengetahuan yang baik mengenai sindrom metabolik dan pengelolaannya dapat menurunkan kejadian. Informasi mengenai pengelolaan kesehatan metabolik bisa disampaikan oleh ibu-ibu kader Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di dusun yang mendapatkan pelatihan dan pendampingan oleh tim kesehatan.
Dalam kegiatan yang dilakukan oleh tim dosen FK UMY yang diketuai oleh dr. Sherly Usman, M.Sc telah dilakukan pendampingan dan pelatihan kepada kader PKK dusun Ngemplak, Sleman, DIY mengenai pengelolaan gangguan metabolik.
Kegiatan dilakukan mulai awal Januari hingga Juni 2022, bertujuan agar pendampingan dan penyuluhan kepada ibu-ibu kader PKK di dusun dapat menghasilkan kader yang terampil. Kader yang terampil, nantinya secara mandiri akan mampu mengelola langsung gangguan metabolik pada warga sehingga dapat meningkatkan pengelolaan kesehatan gangguan metabolik masyarakat di dusun.
Kegiatan diawali pemberian pretest untuk screening pengetahuan awal. Kegiatan dilanjutkan dengan pendampingan dan penyuluhan secara periodik baik secara luring dan daring oleh tim pengabdian. Pendampingan diberikan berupa pemberian materi mengenai sindrom metabolik, kajian pengelolaan nutrisi dan aktifitas fisik dengan pakar di bidang kesehatan umum dan bidang gizi. Akhir kegiatan dilakukan post-test untuk evaluasi.
Pemberian pretest untuk screening awal menunjukan nilai rata-rata 34,38. Nilai post-test menunjukkan nilai rata-rata 78,13. Dari analisis data pretes dan postes ini menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan peserta yang bermakna terhadap pengelolaan gangguan metabolik setelah dilakukan pembinaan dan pemdampingan. Implikasi dari kegiatan ini adalah diharapkan dapat dilakukan kegiatan pemeriksaan kesehatan warga Ngemplak secara periodik yang melibatkan peserta kader PKK yang telah mendapatkan pendampingan dan pelatihan ini. (Riz)