YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Untuk menguatkan kehidupan Islami dalam bermuhammadiyah tidak lepas dari usaha dakwah. Dakwah itu setidaknya butuh empat dukungan, yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), politik atau kekuasaan, ekonomi, dan kultur atau budaya. Hal itu disampaikan oleh Dr. KH. Tafsir saat mengisi pengajian di Masjid Islamic Center UAD dalam rangka menyambut tahun baru 1444 hijriyah dan Milad Muhammadiyah ke 114.
Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) UAD, dihadiri oleh BPH UAD, Wakil Rektor, Dekan, Kaprodi, tendik dan mahasiswa.
Ketua PW. Muhammadiyah Jawa Tengah tersebut juga mengisahkan tentang periode dan kesuksesan dakwah Nabi Muhammad Saw. Menurutnya, 13 tahun pertama pada masa dakwah di Mekkah belum bisa berkembang, salah satu faktornya ialah karena tidak ada dukungan kekuasaan (politik).
Sehingga hijrahnya Nabi ke Madinah bukan semata-mata peristiwa agama, namun juga ada spirit politik. Hal ini dapat dilihat sebagaimana doa beliau, tersebut dalam QS. Al Isra: 80.
وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا
Dan katakanlah: “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.
Kalimat sulthanan nashira, atau yang diartikan dengan kekuasaan yang menolong ini, menunjukkan perlunya kekuasaan sehingga dapat membantu kesuksesan dakwah.
Masyarakat Madinah sebelum kedatangan Nabi dikenal dengan Yatsrib, secara ekonomi dan sosial di sana sudah maju. Namun selalu saja berkonflik antar suku, maka untuk mengakhirinya masyarakat perlu dipimpin oleh Al Amin. Melobilah beberapa pimpinan kabilah kepada, Al Amin, tidak lain yang dimaksud ialah Nabi Muhammad Saw. Kedatangannya disambut dengan gegap gempita oleh penduduk Madinah.
Di sisi lain, keberhasilan dakwah juga diiringi dengan banyaknya pengikut, atau dalam bahasa KH. Tafsir yaitu banyak kepala. Selama ini, di Muhammadiyah masih banyak isi kepala daripada jumlah kepalanya. Artinya, warga Muhammadiyah jumlahnya tidak sebanyak dengan organisasi lain. Meski demikian, AUM dan amal shalihnya ada di mana-mana.
Maka, agar semakin memperbanyak jamaah di Muhammadiyah, perlu metodologi dakwah yang tepat. Memudahkan dan tidak mempersulit, menggembirakan dan tidak membuat orang lari. Ironisnya, di sebagian kelompok lain masih ada yang cenderung dalam dakwahnya memarahi jamaah, menganggap apa yang dilakukan mereka adalah sesat dan neraka.
Saat mereka masih musyrik bahkan kafir sekalipun, berharap agar bisa masuk Islam. Namun setelah berislam justru dimarahi karena satu lain hal. Maka dari itu, bangunlah kesadaran masyarakat terlebih dahulu dengan ahlak karimah, tidak cukup hanya dengan sopan santun. (DF)