MALANG, Suara Muhammadiyah – Keseimbangan tujuan hidup duniawi dan akhirat ditekankan Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Dr. Hamim Ilyas, MA, Ahad (31/7/2022).
Keseimbangan duniawi-ukhrawi ini menjadi salah satu pesan tausiah yang disampaikan Kiai Hamim Ilyas kepada ratusan warga Muhammadiyah dalam acara pengajian yang digelar PDM Kabupaten Malang di Sengkaling Kuliner UMM.
“Perintah Allah SWT itu sudah jelas, lii shalihil ‘ibady. (Mengajarkan hamba berbuat kebaikan) untuk mewujudkan kebaikan hidup manusia,” ujar Kiai Ilyas.
Ajaran ini menurutnya punya makna, untuk tidak bekerja saja demi kepentingan dunia, dan melupakan akhirat. Sebaliknya, tidak hanya berdoa, namun tidak bekerja sama sekali.
“Ajaran ini sudah jelas, menjadi matan keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah dalam prinsip ke-2,” imbuhnya.
Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhamadiyah, lebih dikenal MKCH, terdiri dari 5 (lima) prinsip-prinsip dasar pandangan Muhammadiyah yang bersifat ideologis, paham agama, serta bagaimana fungsi dan misi Muhammadiyah dimanifestasikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam prinsip MKCH ke-2 berbunyi: “Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual, duniawi dan ukhrawi.
Pengajian PDM Kabupaten Malang melalui Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dau ini juga bernuansa Budaya Jawa. Temanya, ‘Dialektika Muhammadiyah dan Jawa’.
Dr. Budi Suprapto, selaku ketua pelaksana acara menyampaikan, kegiatan ini sengaja dikemas khas dengan mengusung konsep Jawa. Yakni, untuk menepis isu Muhamamdiyah antibudaya, sekaligus menyambut muktamar Muhamadiyah ke 48 yang diadakan di Solo mendatang.
Budi, sapaan akrabnya menjelaskan jika kegiatan ini merupakan agenda rutinan yang diadakan oleh PDM Kabupaten Malang selama dua bulan sekali. “Tiap dua bulan sekali pengajian dari PDM diserahkan ke PCM. Sebelumnya pengajian diadakan oleh PCM Pagak dan sekarang diamanhkan kepada PCM Dau,” ungkapnya.
“Sebagai lembaga sosial, Muhammadiyah perlu berdialog dengan nilai-nilai budaya yang berkembang di Malang atau Malang. Dengan begitu, Muhammadiyah dapat berkontribusi atas budaya Masyarakat dan ini sekaligus menepis Muhammadiyah antibudaya, sepanjang praktik-praktik budaya tidak melanggar syariat,” ujarnya.
Nuansa budaya Jawa dalam pengajian ini juga dimeriahkan oleh Karawitan dari SD Muhammadiyah 08 Dau, tari Remo, tari Candik Ayu dan aksi tapak suci yang berasal dari SMP Muhammadiyah 06 Dau. Selain itu, disemarakan pula lomba twibbon yang memiliki tiga kategori, yaitu kategori foto terlucu, kategori foto unik juga kategori foto berkarakter dan bernilai tinggi.
Pengajian ini dibanjiri sekitar 1.500 jemaah warga Muhammadiyah di Kabupaten Malang. Menariknya, jamaah yang hadir dalam pengajian PDM Kabupaten Malang dapat rekreasi ke Taman Sengkaling UMM dengan potongan tiket masuk sampai dengan 50%.
Budi berharap, dengan ditampilkannya konsep budaya ini, muncul sinergi antara Muhammadiyah dari berbagai level. Mulai dari ranting hingga PDM memiliki kepedulian budaya. Jika memugkinkan, bisa memanfaatkan aspek-aspek budaya untuk berdakwah.
“Pada Hakikatnya Muhammadiyah adalah Gerakan dakwah. Jadi Dakwah tidak semata-mata dalam konteks publik saja, tapi bisa memanfaatkan unsur budaya kepada masyarakat,” pungkasnya.
Kegiatan ini turut didukung oleh Aisyiyah, Nasyiyatul Aisyiyah, Lazismu, Kokam, Pemuda Muhammadiyah, Tapak Suci, Hizbul Wathan (HW), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Universitas Muhammadiyah Malang, SD Muhammadiyah 08 Dau, SMP Muhammadiyah 06 Dau, Muhammadiyah Boarding School (MBS) Malang Dau, dan Taman Rekreasi Sengkaling UMM. (AK/Riz)