Persaksian: Pesantren, Masjid dan Kampus
Oleh: Masud HMN
Topik tulisan ini berasal dari Pesan Muhammad Natsir tentang fungsi Pesantren, Masjid dan Kampus. Salah satu moment sejarah yang penting dalam sejarah. Sajarah kemerdekaan dan sejarah kebangsaan adalah sejarah gerakan 30 S/PKI atau gerakan PKI Indonesia. Sejarah kemerdekaan berisikan masalah penjajahan dan berdirinya Indoenseia merdeka dari Belanda dan Jepang.
Kebangsan Indonesia berintikan mengisi kemerdeka dengan ciri dan identitas. Adapun Gerakan G 30 S ini berintikan penekanan faham dan ideologi negara.
Setiap moment itu punya arti sangat urgent dan penting bagi Indonesia, karena itu Indonesia akan kehilangan cita-citanya yaitu Indonesia berkemajuan. Alasan inilah menyebabkan perlunya belajar sejarah dan urgensinya.
Muhammad Natsir alm.(1908-l993) tokoh yang memberi upaya ke arah itu berpesan kepada kita semua. Yaitu tiga yang harus berfungsi yaitu, pesantren, masjid, dan kampus (PMK).
Kita mencatat peranan tiga lembaga itu dalam zaman sejarah kebangsaan menjadi inisiator dan inspirasi dalam membangun kemerdekaan. Lalu kemudian mengisinya dengan nilai-nilai yang cocok dengan Indonesia. Selanjutnya memberi kemajuan dengan berfungsinya kampus di mana-mana untuk Indonesia yang maju.
Sahabat Natsir Zubaidi seorang yang pernah di Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengirim melalui internet pada penulis tentang Muhammad Natsir alm. Tentang kesannya mengenai pesan Muhamad Natsir berkenaan Gerakan 30 September l965.
Dalam judul Persaksian. Ia terus memerankan kampus. Agar pengelola kampus menjalankan fungsi intelektualnya. pikirannya. Demikian catatan Natsir Zubaidi.
Penulis memberi penghargaan tinggi pada catatan tersebut bahwa benarlah kampus harus berfungsi dengan perkembangan zaman. Dalam hal merespon apa bila tidak berakibat kita terombang ambing dengan kampus yang megah bertingkat. Atau akan merasa senang hidup bagaikan kata pepatah hidup dalam menara gading. Melupakan alam sekitar masyarakat kita,
Bagi kita kampus itu adalah mendapatkan ilmu yang berkemajuan atau ilmu makrifah, kata Khalifah Sayidina Ali bin Abu Thalib. Yang sering dikategorikan sebagai: ilmu yang membawa kebahagiaan.
Kini tibalah kita pada fungsi kampus yang mengembangkan kemajuan. Atau ilmu yang membahagiakan.
Mas’ud HMN, Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta