Muhammadiyah dan Pendidikan di Kalimantan Barat
Oleh: Amalia Irfani
Banyak referensi menyebutkan tentang konsistensi dakwah Muhammadiyah bidang pendidikan telah memberi banyak pencerahan berkemajuan bagi umat. Salah satunya pendapat dari William Liddle guru besar ilmu politik dari Ohio State University, Columbus Ohio Amerika Serikat yang memberikan statement menyeluruh bahwa Muhammadiyah adalah “The Largest Islamic Organisation”, organisasi terbesar Islam dengan banyaknya amal usaha dan juga bermutu.
Kemajuan tersebut secara evolutif memberi warna terang tidak saja pada keberadaan Muhammadiyah sebagai organisasi tetapi juga untuk kemaslahatan bangsa. Mengenal secara komprehensif bagaimana geliat Muhammadiyah maka kita akan menemukan wacana berpikir yang cerdas, inovatif dan gerak konsisten. Walaupun tidak selalu berjalan mulus dan lurus, Muhammadiyah membuktikan bahwa pergerakannya berkelas dan unggul.
Dalam arahannya diberbagai kesempatan Haedar Nashir Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah berujar tentang pentingnya inovasi dan kegembiraan dalam tiap kegiatan yang dilakukan oleh kader dan warga Muhammadiyah. Inovasi sebagai bagian diri untuk bertahan, sedangkan gembira atau bahagia adalah kunci pembuka inovasi yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam persyarikatan. Nilai inilah yang tertanam kuat, dan menjadi jati diri persyarikatan, bahwa Muhammadiyah lahir dan hadir menopang perubahan baik, bagi segenap masyarakat.
Kader Pendidikan Muhammadiyah di Kalimantan Barat
Cita-cita pendidikan Muhammadiyah adalah lahirnya manusia-manusia baru yang tampil sebagai intelek, dan mampu memberikan solusi bagi permasalahan ummat. Konsep pendidikan Islam menurut Kiai Ahmad Dahlan adalah pendidikan yang mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuan umum dengan agama. Perpaduan seimbang, bercorak intektual, moral dan religius. Pendidikan yang awalnya ditentang, dianggap aneh dan menyimpang, namun dikemudian hari dicontoh banyak lembaga pendidikan Islam karena dianggap mampu menyesuaikan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Fakta bahwa Muhammadiyah berkemajuan, selalu bergerak untuk umat terbukti tanpa terkecuali di Kalimantan Barat.
Data tahun 2021 yang penulis dapat dari Kepala Tata Usaha Perwakilan Wilayah tercatat 39 lembaga Pendidikan Islam (belum termasuk lembaga pendidikan usia dini) yang ada di Kalimantan barat. Walaupun tidak semua menunjukkan prestasi unggul, namun keberadaan sekolah pendidikan Muhammadiyah, ikut mencerdaskan generasi sesuai amanat undang-undang pendidikan nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Dalam wawancara singkat via whatsapp, Wakil Ketua Muhammadiyah cabang Kalimantan Barat Samsul Hidayat, yang juga founder mengatasi buta huruf Al-Qur’an melalui program yang diberi nama Quantum Hijaiyah, memberikan ulasan tentang geliat Muhammadiyah di bumi khatulistiwa. Menurutnya Muhammadiyah di Kalimantan Barat terkategori berkembang dan mulai mendapat ruang kepercayaan masyarakat dengan sistem pendidikan yang terbuka dan berkemajuan.
Manajemen yang baik dan tersedianya sumber daya manusia (SDM) berkualitas menjadi faktor utama berhasilnya dakwah Muhammadiyah di Kalimantan Barat. Samsul menyebut pola kepemimpinan beribawa, transparansi, didukung penuh tim yang kuat dan solid menjadikan Perguruan Islam Muhammadiyah tangguh bersaing dengan sekolah unggulan lain di Kalimantan Barat.
Wawancara penulis dengan kader Muhammadiyah sebagai tenaga kependidikan yang sudah puluhan tahun mengabdi juga memberikan ulasan menarik. Yakni, bahwa keberhasilan pilar pertama dakwah Muhammadiyah disebabkan jiwa ikhlash warga Muhammadiyah yang semata ingin mendapatkan ridha Allah. Masih sangat banyak kader unggul yang tidak perlu sanjungan nama. Tetapi mereka tetap bergerak, berdikari dan memajukan persyarikatan. Namun ada pula yang haus sanjungan untuk sebuah perjuangan. Hal yang terkategori sah-sah saja, dalam romantika organisasi. Lurus dan bengkok seperti karya pelukis dalam kanvas berwarna.
Faktanya memang, keunggulan Persyarikatan Muhammadiyah karena didiami oleh banyak SDM berkualitas dari segi ilmu dan amal. Mohamad Djazman Al-Kindi dalam buku Ilmu Amaliah Amal Ilmiah (2019 :9), bertutur kader merupakan esensi mempertahankan eksistensi, menjaga kemurnian ide. Menjaga agar itu tetap utuh, maka ia pun mendirikan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai ikhtiar wadah didik lembaga non formal.
Dari uraian diatas dapat kita generalisasi, perjuangan yang awalnya dianggap biasa, namun karena dilakukan dengan ikhlash dan hanya mengharapkan kebaikan dari Allah, maka Allah menjaga semangat tersebut dengan menjadikannya bermanfaat bagi ummat.
Amalia Irfani, Mahasiswa Doktoral Sosiologi UMM