Pelatihan Pertanian Suburban untuk Warga Migran

Pelatihan Pertanian Suburban untuk Warga Migran

KUALA LUMPUR, Suara Muhammadiyah – Penduduk perkotaan suburban umumnya tidak mempunyai lahan sehingga warga perkotaan yang ingin bercocok tanam umumnya terbatas pada sempitnya lahan padatnya perumahan. Hal yang sama juga terjadi pada perkampungan kaum migran di Malaysia.

Kampung Klang Lama merupakan salah satu kawasan padat di Kualalumpur yang dihuni kaum migran Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut PCIM Kualalumpur meminta LPPM UMP untuk mengadakan pelatihan terkait dengan bidang pertanian bagi warga migran Muhammadiyah.

Menindak lanjuti permohonan PCIM Kualalumpur Pengurus Ranting Istimewa Muhammadiyah  (PRIM) dan Pengurus Ranting Istimewa Aisyah (PRIA) Klang Lama Kualalumpur pada tanggal 16 Agustus mengadakan kegiatan pelatihan  parenting dan biopori.  PRIM dan PRIA Klang Lama mengadakan pelatihan bagi kaum migran dengan pemateri yang terkait kebutuhan warga yaitu Dr.Juanita dan Dr.Agus Purnawanto.

Fauzi Fatkur sebagai wakil dari PCIM menyampaikan bahwa kegiatan ini sebagai bentuk pemberdayaan warga Muhammadiyah yang tinggal di Malaysia di  bidang pertanian sub urban. Fathur juga menyampaikan bahwa perkembangan anggota PRIM dan PRIA sangat cepat sejak dibangun tahun 2007.

Kekuatan warga yang besar inilah yang perlu dikelola melalui pembinaan.  Kegiatan pengabdian dari UMP ini sebagai bentuk pembinaan dari PRIM maupun PRIA di bidang pertanian.

Ketua LPPM UMP Dr. Suwarno, M. Si menyampaikan bahwa Muhammadiyah bukan sekedar organisasi tetapi sebuah gerakan. Okeh karena itu ciri aktivitas Muhammadiyah adalah adanya sebuah gerakan. Mahasiswa KKN yang ditempatkan di Klang Lama juga sebuah ciri gerakan untuk pemberdayaan umat.

Diharapkan keteibatan mahasiswa KKN dalam gerakan di PRIM dan PRIA selama sebulan bisa membantu warga migran dalam urusan kependudukan, karena masalah inilah yang perlu segera ditangani oleh 13 PTMA yang terlibat dalam KKN Internasional dengan 36 mahasiswa.

Juanita menyampaikan bahwa limbah domestik berasal dari sampah rumah tangga. Warga migran bisa memanfaatkan limbah rumah tangga guna memenuhi keperluan pupuk untuk pertanian sub urban, oleh karena itu  perlu memahami cara pemilahan sampah dalam pengolahannya. Pilah sampah organik (sampah yg mudah terurai) dan sampah an Organik (plastik, kertas dan lain-lain) adalah langkah pertama memanfaatkan limbah rumah tangga. Pemilahan sampah disesuaikan dengan jenis sampahnya.

“Pengolahan sampah organik dilakukan melalui pembuatan pupuk organik dengan hasil berupa POC maupun kompos. Tahapan yang dilakukan adalah sampah organik dimasukan kedalam  komposter yang sudah d sediakan yang sebelumnya sampah disemprot dengan cairan pengurai atau bisa menggunakan EM4 pertanian untuk mempercepat proses penguraian”, lanjut Juanita.

Pupuk yang dihasilkan dari komposter ini berupa POC (pupuk cair) dan kompos. POC ini dapat digunakan untuk pemupukan dan kompos yang dihasilkan dapat digunakan untuk menggantikan media tanam tanaman. Mengolah sampah an organik dapat dilakukan dg cara membentuk bank sampah, lanjutnya.

“Pupuk organik yang dihasilkan dari pengolahan itu selanjutnya dimanfaatkan untuk pertanian sub urban,misalnya menggunakan tanam bertingkat menggunakan pralon”, kata Agus. Agus menegaskan budidaya tanaman tidak selamanya harus di lahan, tapi bisa juga menggunakan pot.

Pot pun tidak harus menggunakan pot plastik pabrikan, tapi bisa menggunakan barang2 bekas spt galon, ban, ember bekas dan lain-lain. Penggunaan bahan-bahan tersebut selain mudah dalam pemeliharaan, juga memudahkan untuk mengatur penempatan yang dapat  menambah nilai estetika. (Eka/Riz)

Exit mobile version