Ikhlas dan Bahagia Karena Muhammadiyah, Sepenggal Kisah Slamet Rianto
Selalu ada cerita unik, menarik dengan lautan suka duka di perjalanan membesarkan Muhammadiyah. Kader militan yang bergerak dengan tujuan amr maruf nahi Munkar. Bergerak berkemajuan sebab hanya karena Allah saja. Sesuatu yang tidak semudah diucapkan dan, sesimple teori, tetapi membutuhkan bertumpuk pengalaman dan emosi untuk membesarkan bersama dan akhirnya besar bersama-sama.
Penulis mendapatkan segundang semangat saat berbincang santai dengan Pak Slamet Rianto, Selasa (23/08). Salah satu tokoh pendidikan Muhammadiyah Kalimantan Barat, sekarang menjabat sebagai Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Pontianak. Sosok sederhana dengan visi membangun menjadi identitas yang penulis dapatkan saat menyimak pemaparan beliau tentang perjalanan hidup selama hampir 40 tahun dilewati bersama persyarikatan yang didirikan oleh Kiai Ahmad Dahlan. Menjadi guru, Wakil Kepala Sekolah, guru, Kepala Sekolah dan sekarang menjadi guru di perguruan Muhammadiyah bagi Slamet Rianto adalah dinamika hidup yang patut disyukuri.
Hidup menurutnya memang harus banyak belajar dan memberi ajar. Saat ditanya bagaimana perasaan saat pernah memimpin dan memiliki kewenangan lebih tinggi, dan sekarang di posisi sebaliknya. Dengan senyum ikhlash, ia pun bertutur, bahwa hidup ini ada masanya dan masa itu tidaklah selama-lamanya, regenerasi harus selalu dilakukan untuk menjadikan organisasi dan pendidikan memiliki penyegaran, dan penyegaran itu tidak mungkin ada jika kepemimpinan terlalu lama diemban oleh individu.
Pak Slamet begitu beliau biasa disapa, melanjutkan. Secara psikologis turun naik menjadi pimpinan dan bawahan berpengaruh pada suasana hati, tetapi kita luruskan kembali niat, untuk apa dan mengapa kita berkerja dan berkarya. Jika dilakukan dengan Ikhlash dan bahagia, maka akan muncul kreatifitas, inovasi dan kepercayaan diri.
Perjalanan Berkemajuan
Pernah dipercaya menjadi Kepala Sekolah di perguruan Muhammadiyah dan berhasil mencapai hasil unggul, tidak membuat Slamet Rianto berpuas diri. Ia mengakui selalu berusaha melakukan gerakan berkemajuan dengan menyusun rencana jangka pendek, menengah dan panjang. Lebih lanjut Slamet menuturkan, membuat sekolah dengan brand berkualitas tidaklah semudah diucap. “Kita harus melihat apa kebutuhan masyarakat, dengan tetap menjadikan dakwah beramal dan berusaha, tidak semata-mata materi tetapi juga menjadi amal sholeh”, tegasnya.
Ketika ditanya tentang inovasi dan kreatifitas dalam memimpin, dengan gamblang Slamet menjelaskan, bahwa hal tersebut merupakan modal utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Baginya menjadi pemimpin harus berani melakukan gebrakan, harus konsisten dengan tujuan yang ingin dicapai. Niat lurus dan bakat yang terus dan selalu diasah akan memberikan kebahagiaan dalam beraktifitas. Bahagia dan senang sebagai kunci utama munculnya ide cerdas dalam memimpin yang harus selalu dijaga. Ritme inilah yang dijadikan Slamet Rianto sebagai bagian hidup dalam membesarkan persyarikatan, dengan berkarya dan terus berkiprah di Muhammadiyah tanpa batas
Pemimpin Visioner
Perjalanan Muhammadiyah menjadi besar dan berkemajuan tidak akan pernah lepas dari tokoh-tokohnya yang senantiasa bergerak sesuai dengan khittah perjuangan. Khittah merupakan seperangkat rumusan, teori, metode, sistem, strategi, dan taktik perjuangan Muhammadiyah. Khittah inilah yang dijadikan “jalan” para pemimpin yang ada dipersyarikatan dalam mencapai tujuan.
Cara memimpin yang juga dijelaskan oleh Slamet Rianto dilakukan oleh Pimpinan Muhammadiyah Kalimantan Barat. Sebagai contoh misalnya Kepala Sekolah, diharuskan membuat laporan kinerja untuk dijadikan penilaian triwulan. Penilaian tersebut adalah progress dari amal usaha berupa keuangan, sarana-prasarana, kegiatan yang sudah dan belum dilakukan. Dari rekap laporan yang dibuat, maka persyarikatan melalui PDM Kota akan memberikan penilaian kinerja, saran dan masukan membangun agar kualitas dan layanan pendidikan terjaga dan lebih baik.
Modern Dictionary of Sociology, mendefinisikan pemimpin adalah seseorang yang memiliki peranan atau posisi dominan dan berpengaruh dalam kelompoknya. Pemimpin harus mampu mempengaruhi, mendoktrin positif bawahan atau patner untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Stephen R.Covey menjelaskan dalam bukunya The 8th Habits mengkelompokkan peran kepemimpinan, yakni : tipe modelling, pathfinding, aligning, dan empowering. Tipe-tipe yang sejatinya harus terakumulasi baik di keseharian seorang pemimpin, dan telah dilakukan oleh Slamet Rianto diperjalanan karir dan dakwahnya bersama Persyarikatan.
Memberi contoh yang baik dengan cerdas menempatkan sumber daya manusia unggul. Pemimpin sebagai tauladan pertama yang akan ditiru oleh bawahannya. Salah memberi teladan, akan berefek pada kinerja dan tujuan akhir yang diharapkan. Selain memberi contoh baik bagi bawahan, pemimpin juga sebagai penentu arah organisasi (pathfinding). Pemimpin ibarat nahkoda kapal yang memegang kendali haluan. Ia yang memegang kendali dan menentukan arah dan jalan terbaik guna mencapai tujuan, sehingga wajib hukumnya seseorang yang telah diamanahi untuk memimpin memiliki visi berkemajuan (visioner).
Proses selanjutnya adalah kecerdasan pemimpin dalam menjaga ritme peran yang sudah berproses menjadi budaya (aligning) dengan tujuan memberdayakan anggota atau tim (empowering). Pada peran memberdayakan, pemimpin bijak memiliki komitmen pada pengembangan diri bawahan, terbuka memberikan kepercayaan dan tanggung jawab.
Di akhir obrolan, Slamet Rianto mengarisbawahi pentingnya kinerja dilakukan oleh sumber daya yang professional dan berkomitmen tinggi pada persyarikatan. “Saya berusaha tidak seperti tukang sate dalam bekerja, tetapi harus sesuai job description, biar berkembang, memberi kepercayaan sesuai porsinya”. Pungkasnya.
Amalia Irfani, Mahasiswa Doktoral Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)