JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan rangkaian acara bertajuk ‘Malam Gembira Puisi Merdeka’. Acara yang menjadi matarantai dari ajaran agama Yassiru Wala Tu’assiru (gembiralah jangan membuat sedih) diselenggarakan Jumat (26/8) di Auditorium Kiai Haji Ahmad Dahlan di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta Pusat ini menghadirkan sejumlah tokoh masyarakat, budayawan, sampai pejabat negara.
Antara lain Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Republik Indonesia, Prof Dr H Muhadjir Effendy, MAP, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dr (HC) Puan Maharani, SSos, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Abdul Mu’ti, MEd.
Turut hadir Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang, Dr H Ahmad Amarullah, MPd, Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka), Prof Dr Gunawan Suryoputro, MHum, Rektor ITB Ahmad Dahlan, Dr Mukhaer Pakkana, SE., MM, Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta, Dr Ma’mun Murod, MSi, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta, dan KH M Sun’an Miskan, Lc.
Selain itu dari kalangan budayawan turut hadir, yakni Prof Dr Abdul Hadi Wiji Muthari, Taufiq Ismail, Sutardji Calzoum Bachri, dan beberapa budayawan lainnya yang ikut andil dalam menyemarakan dan menggembirakan acara tersebut.
Dalam sambutannya, Prof Mu’ti mengatakan terima kasih atas diselenggarakannya rangkaian Malam Gembira Puisi Merdeka. Karena acara tersebut dilaksanakan secara tatap muka.
“Saya tentu merasa sangat berterima kasih atas penyelenggara acara ini. Dan ini untuk pertama kali kita menyelenggarakan acara secara tatap muka langsung. Dan menurut Menko PMK katanya sudah aman dari Covid-19. Ya waktu saya mengikuti ceramah beliau di UMSIDA (Universitas Muhammadiyah Sidoarjo), kata beliau sekarang itu sudah endemi. Cuma karena WHO belum menyatakan endemi, maka tetap sajalah kita diam-diam saja menyelenggarakan acara seakan-akan sudah terjadi endemi. Ini rowahunya saya Insyaallah sahih,” ungkapnya dengan gelagak tertawa.
Prof Mu’ti juga mengajak untuk selalu bersyukur, wabilkhusus bersyukur atas nikmat kemerdekaan. Bentuk manifestasi rasa syukur itu dilakukan dengan menyelenggarakan acara membaca pusi. Biasanya dilaksanakan upacara bendera, tetapi tahun ini Muhammadiyah mencoba mengemas lebih berbeda dari yang lain agar makin bermakna dan berwarna.
“Untuk pertama kalinya saya kira kita menyelenggarakan acara peringatan kemerdekaan dalam bentuk yang sedikit berbeda. Karena biasanya diselenggarakan dalam bentuk upacara. Tapi malam hari ini kita mencoba untuk berpuisi mensyukuri kemerdekaan dan memaknai kemerdekaan tentu dengan cara para sastrawan. Budayawan dan sastrawan memiliki cara dan ekspresi tersendiri dalam menyampaikan makna merdeka itu. dalam memaknai dan merancang masa depan tentu dengan imajinasi yang luar biasa yang kadang-kadang memang memiliki kekhasan dan memiliki kepekaan diluar dugaan kita yang kadang-kadang hanya mengandalkan kekuatan aqliyah semata-mata,” katanya.
Setelah memberikan sambutan, Prof Mu’ti membacakan puisi yang dibacakan bersumber dari karangan Taufiq Islmail dengan judul “Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini” (1996). Berikut petikan puisinya.
Tidak ada pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalarn setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku?”
Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus. (Cris)