Mengais Cinta yang Hilang

Sebuah kesimpulan dari beberapa tulisan Cintaku yang Hilang

Mengais Cinta yang Hilang

Sebuah kesimpulan dari beberapa tulisan Cintaku yang Hilang

Oleh: Alif Sarifudin Ahmad

Ia wanita belahan jiwa pendamping dakwah penyerta saat suka dan banyak duka. Ia sebagai pendamping hidupnya, tapi getaran cinta harus berhenti. Saat itu Rasulullah seorang diri…tempat tambatan hati pergi dan tak kembali.

Sejak kepergiannya tidak ada lagi yang menghibur dalam dakwah apalagi orang-orang kafir semakin gencar permusuhannya. Kesedihan semakin menambah kedukaan, ketika pamannya yang sangat menyayanginya pun menyusul pergi. Deras air mata menjadi aliran bak sungai duka melengkapi awan mendung dan tak ada angin bahagia. Bumi dan isinya pun ikut menangi.

(Cintaku yang Hilang Episode ke-20)

Para pencinta tulisan ASA yang dimuliakan Allah. Ada konten youtube dakwah ASA yang menjadi sebuah nada dan dakwah berjudul “Mengingat Akhir Cinta”. Isi dari dakwah tersebut, penulis terinspirasi dari Al Quran surat Al-Jumuah ayat 8.

قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ࣖ

Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Dari Nada dan dakwah tersebut kemudian muncullah tulisan bersambung yang berjudul “Cintaku yang Hilang”. Inti dalam tulisan bersambung tentang cintaku yang hilang berpesan bahwa cinta di dunia ini tidak ada yang abadi. Seorang istri yang dengan jiwa raganya menyerahkan segalanya untuk suami akan kecewa ketika tidak diniatkan karena cinta kepada Allah. Misalnya suaminya wafat, di tidak rela dengan takdir Allah, saehigga tidak sabar hingga bunuh diri.

Ketika kita menyayangi sahabat dan sahabat itu berpaling kepada yang lain, kembalikanlah kepada Allah Yang Maha Cinta. Cinta di dunia itu tidak abadi. Jadi kalau ada janji setia di dunia itu semu. Janji setia itu hanya di surga.

Al kisah bagaimana Seorang pemuda yang rela akan membunuh Ali bin Abi Thalib karena mengharapkah kasih dari seorang gadis. Seorang gadis itu gadis musyrik yang mensyaratkan akan siap dinikahinya dengan tebusan nyawa Ali bin Abi Thalib.

Alih-alih bisa membunuh Ali bin Abi Thalib justru dia hampir saja terbunuh di tangan Ali bin Abi Thalib. Ali berkata kepada pemuda yang tidak dikenal dan akan membenuhnya,

Ali: “Mengapa kau akan membunuh aku?”

Pemuda: “Saya ingin menikahi gadis yang mensyaratkan membunuhmu!’

Ali: (Sambil menyerahkan pedang ke pemuda tadi. Lalu berkata) Bunuhlah aku, dan kau akan mendapatkan cinta dari gadis pilihanmu!

Memluklah pemuda tadi kepada Ali dan akhirnya melupakan cinta kepada gadis musyrik, jahat, dan ahli maksiyat tersebut.

Kisah sekilas ini mengandung ibrah bahwa cinta bukanlah segala-galanya. Mengapa kita harus menderita karena mimpi ingin mendapatkan kasih sayang seseorang dan minta dikasihani terus. Sementara seseorang sudah melupakan dan lebih memilih yang lain karena memang dari dulu tak pernah menyayangi. Segala cara mungkin sudah kita lakukan agar bisa menyayangi orang yang kita cintai. Seperti pemuda tadi yang rela membunuh padahal dia tidak ,memiliki keterampilan berperang. Mungkin kisah cinta yang hanya melemahkan saatnya harus diakhiri sampai disini saja. Itulah ungkapan terakhir perpisahan pemuda kepada seseorang gadis yang telah mengkhianatinya bukan karena cinta yang mendalam.

Kini pemuda tadi walaupun cinta terhadap gadis membawa luka seorang diri tanpa ada yang menemani, tetapi mencintai sahabat Rasululullah melebihi cinta kepada gadis yang sementara sifatnya.

Dunia sedikit tersenyum karena tepat waktu dhuha menjelang Ramadhan aku dilahirkan di muka bumi. Angin berbisik mesra menghampiri telinga pohon tua di belakang rumah kakekku. Rumah kakek di dekat sungai yang mengalir jernih menambah indahnya panorama. Angin itu berkata, Jangan larut dengan duka masih ada cinta tersisa saatnya mengais cinta. Itulah kata-kata penulis dalam hati yaang terus menjadi motivasi ketika cinta yang hilang.

Cinta yang hilang kepada Azki harus diikhlaskan, anak yang masih lucu-lucunya dan dipanggil oleh Allah ketika berusia 8 tahun terus membekas pada diri penulos, Azki wafat saat kelas 2 SD. Disusul cinta yang hilang  kepada Nida, 12 tahun. Anak yang manis dan senyumnya menawan tempat tambatan hati telah menambah duka yang semakin mendung. Tapi di balik itu Allah lebih menyayangi dari cinta seorang hamba. Cinta seorang hamba itu terbatas.

Kita sebagai manusia akan merasa duka saat yang kita cintai telah tiada dan pergi selama-lamanya. Jangankan kita,  Rasulullah saja ketika ditinggal pergi dengan orang-orang yang dicintainya menjadi duka seolah langit gelap tak bercahaya.

Ketika anaknya yang kecil wafat duka semakin berduka. Cinta kepads Qasim hanya 2 tahun. Qasim meninggalkan dan melambaikan perpisahan di dunia. Abdullah wafat saat masih kecil, dan Rasulullah kembali meneteskan air mata. Selanjutnya Ibrahim wafat yang berusia 18 bulan bumipun menjadi duka. Derasnya air mata cinta perpisahan ketika Rasulullah melepas dalam ranjang kematian, yakni saat pendamping hidupnya selama kurang lebih 25 tahun, Khadijah wafat.

Ia wanita belahan jiwa pendamping dakwah penyerta saat suka dan banyak duka. Ia sebagai pendamping hidupnya, tapi getaran cinta harus berhenti. Saat itu Rasulullah seorang diri…tempat tambatan hati pergi dan tak kembali.

Sejak kepergiannya tidak ada lagi yang menghibur dalam dakwah apalagi orang-orang kafir semakin gencar permusuhannya. Kesedihan semakin menambah kedukaan, ketika pamannya yang sangat menyayanginya pun menyusul pergi. Deras air mata menjadi aliran bak sungai duka melengkapi awan mendung dan tak ada angin bahagia. Bumi dan isinya pun ikut menangi.

Duka cita ternyata tak berhenti. Duka mendalam hadir lagi, saat terjadi perang Uhud. 70 sahabat Rasulullah yang sangat dicintainya gugur sebagai syuhada. Duka mendalam bertambah dalam diri Rasulullah ketika melihat di dalam kumpulan 70 syuhada itu ada Hamzah, pamannya yang gugur sekaligus saudara sepersusuan.

Itulah sedikit cuplikan dalam kumpulan tulisan Cintaku yang Hilang, Kita tidak tahu apakah dalam mengisi sisa hidup ini masih ada waktu untuk terus mencari cinta yang hilang. Apabila seseorang yang kehilangan cinta dan berusaha bangkit lagi untuk bisa mengais cinta lagi lewat goresan karya sederhana ungkin menjadi kurang bermakna tidak seperti kekuatan cinta pertama yang membuahkan karya-karya dahsyat.

Banyak orang menyebut, waktu itu terbagi atas tiga bagian. Yaitu masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Masa lalu itu sejarah ada suka dan ada duka, masa kini adalah realitas yang harus kita hadapi walaupun cinta kita tinggal sisa-sisa waktu. Masa yang akan datang adalah harapan. Harapan kita  bisa berbahagia dengan mengais cinta dan menyayangi sahabat dan saudara.

Masa lalu pijakan untuk melangkah lebih baik lagi. Dan… sesali kekurangan yang ada: salah, khilaf dan dosa yang pernah kita lakukan, serta duka mudah-mudahaan bisa diganti dengan cinta. Berjanji tidak mengulangi kesalahan selama ini. Dan menutupnya dengan amal baik berbahagia dengan sisa cint.

Masa kini merupakan kesempatan emas. Harus diisi sebaik-baiknya. Jangan menyesal di kemudian hari. Jadilah orang baik. Orang baik itu yang bisa menebar banyak manfaat bagi sesama. Sebaik-baik insan adalah yang bisa menebar manfaat sesama insan.

Masa yang akan datang adalah misteri. Kita belum tentu menjumpai. Bisa jadi usia kita tidak sampai besok pagi. Berharap dan berdoalah agar dipanjangkan umur. Yaitu umur yang manfaat dan berkah. Manfaat bagi kebanyakan orang. Berkah bagi kehidupan. Makna berkah berarti bertambahnya kebaikan. Kita harus cerdas mengisi –ke tiga– waktu tadi.

Tubuh ini adalah ada  3 bagian cinta tersisa. Bagian cinta utk sendiri, kedua untuk ulat saat mita dikubur,  dan ketiga untuk Allah terutama ruh kita. Sepertiga untuk diri, saatnya diperjuangakan dengan sungguh-sungguh sepenuhnya untuk mengais cinta bersama dalam kebaikan hingga husnul khotimah. Nashrun Minallahi Wa Fathun Qarieb Wa Basysyirl Mukminin

Exit mobile version