Baitul Arqam UMTS, Internalisasi Paham Agama dalam Muhammadiyah

Baitul Arqam UMTS, Internalisasi Paham Agama dalam Muhammadiyah

SIPIROK, Suara Muhammadiyah – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara Prof. Dr. Nawir Yuslem MA menegaskan bahwa seluruh dosen PTMA termasuk dosen UMTS (Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan) harus benar-benar memahami Pemahaman Agama dalam Muhammadiyah?

Hingga hari ini banyak orang yang belum memahami pahamn agama di Muhammadiyah. Bahkan ada yang menyebut paham agama Muhammadiyah itu sesat. Nah, dosen PTMA harus bisa menjelaskan paham agama itu bagi masyarakat terkhusus bagi mahasiswa-mahasiswa Universitas Muhammadiyah.

Prof. Dr. Nawir Yuslem menegaskan itu dihadapan sekitar 35 pejabat (mulai rektor, wakil rektor, pimpinan universitas dan pimpinan lembaga) UMTS pada kegiatan Baitul Arqam yang dilaksanakan internal UMTS. Baitul Arqam yang berlangsung selama tiga hari itu berlangsung di Hotel Tor Sibohi, Sipirok, Tapanuli Selatan.

Terkait dengan paham agama dalam Muhammadiyah, kata Nawir, tidak ada bedanya antara Muhammadiyah dengan imam-imam mahzab, misalnya Imam Syafii. Yang dimaksud dengan agama adalah, Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang termuat dalam Al-Quran dan dalam sunnah maqbullah, berupa perintah, laranganm dan petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat.

Islam adalah agama ALLAH yang diwahyukan kepada para rasulNya, sejak Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya. sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup material dan spritual, duniawi dan ukhrawi.

Sementara terkait dengan Aqidah, Nawir Yuslem menjelaskan bahwa karakteristik aqidah Muhammadiyah itu secara umum dapat dijelaskan dalam tiga hal. Pertama, nash sebagai dasar rujukan, yaitu Al-Quran dan Sunnah. Kedua, keterbatasan peranan akal dalam soal aqidah, dan ketiga, kecondongan berpandangan dua sisi terhadap perbuatan manusia.

Muhammadiyah adalah Gerakan Tajdid dan Dakwah

Prof. Dr. Nawir Yuslem yang juga guru besar UINSU dan Wakil Ketua BPH UMSU itu menegaskan Muhammadiyah itu adalah gerakan dakwah dan gerakan tajdid. Tajdid dimaksudkan sebagai pemurnian untuk aqidah dan ibadah. ” Kalau sudah bicara aqidah dan ibadah tidak ada pilihan harus sesuai Al-Quran dan Sunnah. Tidak ada inovasi,” tegas Nawir. Disebutkan dasar hukum & tajdid adalah Al-Quran, sunnah, Ijtihad, istinbath hukum dari nas yang ada melalui persaan illat.

Untuk itulah Nawir Yuslim mengingatkan agar memahami Al-Aquran dan Sunnah maka kita harus terus belajar dengan benar. ” Selama kita berpegang teguh atas Al-Quran dan Sunnah maka kita akan selamat dunia dan akhirat,” (Syaifulh)

Exit mobile version