MEDAN, Suara Muhammadiyah – Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Prof.Dr. Akrim, MPd dikukuhkan sebagai guru besar bidang Ilmu pendidikan melalui rapat senant yang digelar, Jumat (2/9) di auditorium Kampus, Jl Kapt. Mukhtar Basri, Medan.
Acara dihadiri langsung Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof.Dr. Haedar Nasir, MSi dan Ketua Umum Aisyiah, Dr. Siti Noordjannah Djohantini, MSi. Turut hadir, Wakapolda Sumut, Brigjend. Pol. Dr.Dadang Hartanto, Wakil Ketua DPRD Sumut, Rahmansyah Sibarani, para wakil rektor, tokoh masyarakat dan agama.
Prof.Dr. Akrim.MPd dalam pidato pengukuhan mengangkat judul Konstruksi Ilmu Pendidikan Profetik Integralistik Paradigmatik Nilai Humanis-Sosiologis dan Teologis-Islamistik. “Berdasarkan latar sejarah, pendidikan Islam mampu mengantarkan umat muslim ke masa keemasannya pada abad abad pertengahan,” katanya.
Menurut Akrim, kemajuan pendidikan Islam salah satunya karena mengedepankan nilai-nilai parenial seperti nilai-nilai profetik yang melahirkan kesadaran kemanusiaan seiring dengan tumbuhnya kesadaran ketuhanan pada diri subjek pendidikan secara simultan. Dengan kata lain tumbuh kembangnya dua kesadaran ini tidak terpisah dan bersifat dikotomis.
Dijelaskan pula, konsep Insan Kamil terbentuk dari konstruksi khalifah dan Abdullah yang memiliki keseimbangan orientasi. Pendidikan Islam memiliki fungsi dan peran strategis untuk membantu mengembangkan serta melestarikan nilai-nilai profetik namun di satu sisi pendidikan Islam perlu membangun Nalar positifistik untuk kepentingan bumi dan tidak hanya memfokuskan diri pada dimensi langit,” ungkapnya.
Lebih lanjut, pendidikan harus meliputi semua kepentingan yang bersifat keduniawian dan keakhiratan dan secara terperinci terdiri atas 3 entitas relasional yaitu Tuhan, manusia dan alam. Pendidikan memang tidak hanya sebagai kawah Candradimuka transmitter ilmu pengetahuan tetapi juga pembentuk subjek pendidikan untuk mengetahui esensi dan hakikat dirinya.
“Harusnya pendidikan Islam diorientasikan untuk mengejawantahkan nilai-nilai ketuhanan dan juga menginternalisasikan sifat-sifat Tuhan dalam diri subjek pendidikan. Artinya pendidikan Islam perlu melakukan upaya mentransformasi diri subjek pendidikan menuju ke dimensi kesempurnaan kemanusiaan mereka yang didalamnya ada potensi ketuhanan,” katanya.
Sebelumnya Rektor UMSU, Prof. Dr. Agussani, MAP mengungkapkan, upacara pengukuhan guru besar sebagai bentuk komitmen dalam membangun dan mengembangkan sumber daya dosen, sekaligus menjawab tuntutan akreditasi. Untuk itu pihaknya terus melakukan percepatan guna mendorong para dosen untuk menaikan jabatan akademik.
Ada sejumlah dosen, termasuk Wakapolda Sumut.Brigjend . Pol. Dadang Hartanto yang juga dosen UMSU dalam proses meraih guru besar.
“Mudah-mudahan dalam waktu dekat, akan ada lagi pengukuhan guru besar. Kita tunggu Wakapolda Sumut, Brigjend. Dadang Hartantanto yang saat ini dalam proses pengurusan guru besar,” kata Rektor.
Dalam kesempatan itu, Rektor menjelaskan berbagai capaian prestasi nasional, regional dan internasional. Catatan prestasi yang diraih mahasiswa UMSU ini sejalan dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat.
Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr.Haedar Nasir, MSi dalam sambutannya, mengucapkan selamat kepada UMSU yang terus berkembang dengan berbagai capaian prestasi. UMSU menjadi salah satu universitas kebanggaan di luar Pulau Jawa yang terus bergerak maju.
Haedar juga mengucapkan selamat kepada Prof.Dr. Akrim,MPd yang berhasil dikukuhkan sebagai guru besar ke 10 UMSU. Selain itu juga, Prof. Akrim,MPd tercatat sebagai wakil rektor termuda UMSU.
Dijelaskan, dalam laporan majelis diktilitbang, saat ini terdapat 21.021 dosen di bawah persyarikatan dan diantaranya sebanyak 2.889 bergelar Doktor dan 232 guru besar atau profesor. “Doktor merupakan gelar akademik tertinggi dan Profesor itu kepangkatan akademik tertinggi di mana sekarang secara khusus memang untuk jadi guru besar itu harus melalui doktor belum termasuk para guru besar yang bergabung di University Muhammadiyah Malaysia,’ katanya.
Dibukanya Universitas Muhammadiyah Malaysia ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah terus berkomitmen untuk memajukan dunia pendidikan di Indonesia yang dirasakan masih jauh dari harapan. “Pendidikan kita masih berada di bawah negara-negara ASEAN yang lain bukan karena kita tidak punya potensi sumber daya manusia yang hebat atau potensial tapi boleh jadi karena strategi pendidikan kita itu belum akseleratif,” katanya.( Syaifulh/Riz)