BANDA ACEH, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Syah Kuala Banda Aceh Ustaz Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA. mengingatkan umat Islam mengenai kewajiban bersyukur kepada Allah ta’ala dan keutamaannya.
Sudah menjadi kewajiban bagi setiap manusia khususnya seorang muslim untuk senantiasa bersyukur kepada Allah ta’ala atas pemberian nikmat-Nya kepadanya, baik nikmat yang disadarinya maupun tidak, diketahuinya maupun tidak, dan diakuinya maupun tidak. Kenyataannya, Allah ta’ala telah memberikan nikmat yang sangat banyak kepada manusia,
Di antara nikmat Allah ta’ala ini adalah nikmat Iman dan Islam, keluarga (orang tua, suami, istri, dan anak), harta, kesehatan, keamanan, rezki, umur, akal, bernafas, penglihatan, pendengaran, jabatan, harta, udara, air,, buah-buahan, sumber alam, dan lainnya yang bisa saya bisa saya sebutkan satu persatu. Namun nikmat yang paling besar dalam hidup ini bagi seorang muslim adalah nikmat Iman dan Islam yaitu nikmat hidayah.
Bersyukurlah kita diberi nikmat kesehatan sehingga kita bisa beribadah dan bekerja dengan baik. Coba banyangkan kalau kita sakit, tentu sulit untuk beribadah dan bekerja, bahkan tidur dan makanpun susah. Bersyukurlah kita diberi nikmat penglihatan. Coba bayangkan kalau kita buta, maka kita tidak melihat ciptaan Allah. Bersyukurlah kita dapat mendengar. Coba bayangkan kalau kita todak bisa mendengar, maka hidup kita susah. Bersyukurlah kita diberi nikmat bicara. Coba bayangkan kalau kita bisu tidak bisa bicara maka susah hidup kita. Bersyukurlah kita bisa bernafas. Coba bayangkan kalau kita sesak nafas, maka hidup kita susah. Bila semua nikmat ini tidak diberikan atau dicabut, maka hidup ini menjadi susah dan menderita.
Sungguh banyak nikmat Allah ta”ala berikan kepada kita sehingga kita tidak mampu menghitungnya. Allah ta’ala berfirman, “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. (An-Nahl: 18 dan Ibrahim 34).
Oleh karena itu, Allah ta’ala memerintahkan para hamba-Nya untuk bersyukur kepada-Nya atas segala nikmatnya yang telah diberikan kepada mereka dan melarang kufur nikmat-Nya. Maka, sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk bersyukur kepada-Nya.
Nasehat ini disampaikan oleh Ustaz Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA dalam ceramah Shubuh di Masjid Syeikh Abdurrrauf Blang Oi Banda Aceh, pada hari Sabtu (17/9/2022). Ceramah yang dihadiri lebih dari seratusan orang jama’ah ini berlangsung lebih kurang 40 menit dengan topik “Menyukuri Nikmat Allah ta’ala”.
Selanjutnya ustaz Yusran yang juga jebolan Doktor Fiqh dan Ushul Fiqh pada International Islamic University Malaysia (IIUM) menjelaskan makna syukur.
Syukur adalah senantiasa memuji Allah ta’ala baik di waktu senang maupun sedih dan waktu lapang maupun sulit, menaati segala perintah-Nya baik yang wajib maupun yang sunnat dan segala larangan-Nya baik yang haram maupun yang makruh, serta ridha terhadap qadar (ketentuan) Allah ta’ala yang baik dan yang buruk. Inilah hakikat syukur yang wajib diamalkan oleh setiap muslim.
Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin berkata, “Menurut sebahagian ulama bersyukur adalah menaati Dzat Yang Memberikan nikmat (Allah ta’ala). Inilah syukur, yaitu kamu menaati Dzat Yang Memberikan nikmat (Allah ta’ala), terutama nikmat yang sejenis dengan nikmat ini. Jika Allah memberikan nikmat kepada anda dengan harta, maka hendaknya ada pada diri anda pengaruh dari harta ini pada pakaian anda, rumah anda, kenderaan anda, sedekah anda, maupun nafkah anda, hendalah terlihat pengaruh nikmat Allah yang telah diberikan kepada anda pada harta ini.”
Dalam ilmu, jika Allah menganugerahkan ilmu kepada anda, maka pengaruh ilmu itu harus terlihat pada diri anda berupa semangat menyebarkannya di tengah-tengah orang ramai, mengajarkannya kepada orang banyak, berdakwah kepada Allah azza wa jalla, dan sebagainya, Maka syukur ada pada nikmat yang sama yang diberikan Allah kepada anda, atau lebih umum. Jadi, orang yang berbuat maksiat kepada Allah berarti tidak bersyukur kepada nikmat Allah, karena dia telah kufur nikmat Allah, semoga kita dijauhkan.” (Syarhu Riyadhus Shalihin: 457).
Bersyukur tidak hanya di lakukan pada waktu mendapat kesenangan dan kemudahan, namun juga di waktu mendapat kesusahan dan kesulitan.
“Oleh karena itu, Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam jika datang sesuatu yang menyenangkannya beliau mengucapkan, “Alhamdulillah alllazi bini’matihi tatimush shalihat (segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya semua kebaikan menjadi sempurna)”. (HR. Ibnu Majah).”
“Dan jika datang kepada beliau shallahu ‘alaihi wa sallam sesuatu yang tidak menyenangkan yaitu kesusahan dan kesulitan maka beliau mengucapkan. ‘Alhamdulillah ‘ala kulli hal (Segala puji bagi Allah dalam semua keadaan)”. (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi),” jelasnya.
Ustaz Yusran yang juga Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Provinsi Aceh menegaskan bahwa syukur itu merupakan ciri orang yang bertakwa.
Syukur merupakan ciri orang yang bertakwa. Orang bertakwa adalah orang yang menta’ati segala perintah Allah ta’ala dan meninggalkan segala larangan-Nya. Orang yang bertakwa akan diberi balasan berupa surga di akhirat nanti.
“Adapun orang yang tidak mau bersyukur maka ia telah melakukan maksiat kepada Allah ta’ala karena tidak ta’at perintah-Nya untuk bersyukur dan juga telah melakukan perbuatan kufur nikmat yang diharamkan-Nya. Orang yang berbuat maksiat akan diberi balasan berupa azab di akhirat nanti,” ujarnya.
Kemudian, ustaz Yusran yang juga anggota Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Provinsi Aceh menyebutkan dalil-dalil kewajiban mensyukuri nikmat.
Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan hal ini, di antaranya: Allah ta’ala berfirman, “Dan katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah’. (Al-Isra’: 111).
Allah ta’ala juga berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (Ibrahim: 7).
Allah ta’ala juga berfirman, “Maka ingattlah kamu kepada-Ku, Aku pun akan ingat kamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (Al-Baqarah: 152).
Allah ta’ala juga berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (Al-Baqarah: 172).
Allah ta’ala juga berfirman ketika menceritakan perkataan Nabi Sulaiman, dia (Sulaiman) pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia.” (An-Naml: 40).
Allah ta’ala berfirman, “Jika kamu kafir, ketahuilah sesungguhnya Allah tidak memerlukanmu, dan Dia tidak meridhai kekafiran hamba-hamba-Nya. Jika kamu bersyukur, Dia meridhai kesyukuranmu itu.” (Az-Zumar: 7).
Dalam ayat-ayat Allah ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk bersyukur kepada-Nya dan melarang kufur nikmat-Nya. Maka, jadilah kita hamba-hamba-Nya yang tahu diri dan pandai bersyukur agar kita tidak kufur nikmat. Orang yang kufur akan diazab oleh Allah dengan azab yang keras di akhirat nanti.
Begitu pula banyak hadits-hadits Nabi shallahu’alaihi wasallam yang memerintahkan umat Islam untuk bersyukur kepada Allah ta’ala, di antaranya: hadits yang diriwayatkan oleh ummul mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa dahulunya Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam- shalat malam sampai kedua kakinya bengkak. Aku pun bertanya kepadanya, “Kenapa engkau lakukan sampai seperti ini wahai Rasulullah, padahal telah diampuni dosa-dosamu yang terdahulu dan yang akan datang?” Beliau menjawab, “Apakah aku tidak boleh menjadi seorang hamba yang bersyukur?!”. (Muttafaq ‘Alaih).
“Inilah dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah yang memerintahkan kepada kita untuk bersyukur kepada Allah ta’ala dan melarang kufur nikmat-Nya. Oleh karena itu, para ulama telah ijma (sepakat) mengenai kewajiban bersyukur dan keharaman kufur nikmat,” sebutnya.
Keutamaan Bersyukur
Ustaz Yusran yang juga Wakil Ketua Majelis Pakar Parmusi Provinsi Aceh menjelaskan keutamaan Bersyukur.
Sungguh beruntung orang yang bersyukur. Banyak keutamaan yang disediakan Allah ta’ala kepada orang yang bersyukur. Di antaranya: Pertama:: Ditambahkan nikmat Allah ta’ala.. Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,” (Ibrahim: 7).
Kedua; Terhindar dari azab Allah. Allah ta’ala berfirman, “Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman.” (An-Nisa’: 147).
Ketiga; Bersyukur itu termasuk mengingat Allah ta’ala. Allah ta’ala memberikan pengampunan dan pahala yang besar bagi orang yang mengingat-Nya. Allah ta”ala berfirman, ” …Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahzab: 35).”
Keempat; Mendapat kebaikan untuk diri sendiri. Allah ta’ala berfirman, “Dan barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri,” (An-Naml: 40).
Allah ta’ala juga berfirman, “Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri.” (Luqman: 12).
Kelima; Syukur merupakan ciri khas orang mukmin. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Sesungguhnya semua perkaranya itu baik baginya, dan hal itu tidak dimiliki oleh siapaun kecuali seorang mukmin. Apabila ia mendapatkan sesuatu yang mengembirakan ia bersyukur, maka hal itu baik itu baginya. Dan apabila ia ditimpa suatu kesulitan, ia bersikap sabar, maka hal itu pun baik baginya.” (HR. Muslim).
Keenam; Orang yang bersyukur mendapat ridha Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman, “Jika kamu bersyukur, Dia meridhai kesyukuranmu itu.” (Az-Zumar: 7).
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah meridhai seorang hamba yang makan sekali lalu dia memuji-Nya atasnya, minum sekali lalu memuji-Nya atasnya.” (HR. Muslim).
Inilah cita-cita tertinggi seorang muslim yaitu ingin mendapat ridha Allah ta’ala. Orang yang memperoleh ridha Allah ta’ala, maka ia pasti masuk surga. Sebaliknya, orang yang tidak mendapat ridha-Nya, maka ia pasti masuk neraka.
Untuk mendapat ridha Allah ta’ala ini, kita melaksanakan segala perintah-Nya baik berupa amalan yang wajib maupun sunnat dan meninggalkan segala larangan-Nya baik berupa amalan yang haram maupun makruh. Dan di antara perintah Allah ta’ala adalah senantiasa bersyukur kepada-Nya.
Ketujuh;; mendapat pahala yang banyak di akhirat. Allah ta’ala berfirman, “Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur.” (Ali ‘Imran: 144). Allah ta’ala juga berfirman, “dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran: 145).
Kedelapan: Dibangunkan rumah di surga. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bila seorang hamba meninggal, Allah ta’ala berfirman kepada para malaikat-Nya, ‘Kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Benar’. Allah bertanya, ‘Kalian telah mengambil buah hatinya?’. Mereka menjawab benar. Allah bertanya, ‘Apa yang diucapkan oleh hamba-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Dia memuji-Mu dan mengucapkan istirja’. Maka Allah ta’ala berfirman, ‘Bangunkan untuk hambaKu sebuah rumah di surga dan beri nama dengan Bait al-Hamd.” (HR. At-Tirmizi dan beliau berkata, “Hadits hasan”),” jelasnya.
Di akhir ceramahnya, ustaz Yusran yang juga anggota Ikatan Ulama dan Da’i Asia Tenggara mengajak umat Islam untuk senantiasa bersyukur kepada Allah ta’ala.
“Mengingat kewajiban dan keutamaan ini, maka sudah sepatutnya kita senantiasa bersyukur kepada Allah ta’ala dalam segala kondisi, baik di waktu senang maupun di waktu sedih, di waktu mudah maupun di waktu sulit. Semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur sehingga mendapat ridha Allah ta’ala dan dijauhkan dari azab-Nya,” pungkasnya. (rpd)