KENDAL, Suara Muhammadiyah – Puluhan santri Pondok Modern Darual Arqam (DA) 4 Caruban, Ringinarum, Kendal yang berjumlah 60 an melakukan safari yang dikemas dalam pengajian Ahad pagi di Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngampel, Kendal.
Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mempererat tali sillaturrahmi dan membangun sinergitas antara pondok dengan masyarakat luas, khususnya warga Muhammadiyah dengan harapan dapat mengembangkan dan lebih mendekatkan Pondok DA 4 dengan lingkungan yang lebih luas.
Pengasuh pondok DA 4, Muhammad Akhirin, mengatakan seluruh santri tidak hanya terkungkung di komplek pesantren saja yang berdampak pada sempitnya wawasan kemasyarakatan.
“Santri dituntut memahami dan dekat dengan masyarakat sebagai obyek dakwah para santri di masa depan” kata Akhirin usai pengajian Ahad pagi (2/9) di aula Kec. Ngampel.
Dia menjelaskan, pengenalan dan pendekatan santri kepada masyarakat harus dilakukan meskipun santri berada dikomplek pesantren, dan salah satu pendekatan yang dilakukan melalui safari pengajian yang diselenggarakan oleh setiap PCM.
“Pendekatan dimaksudkan sebagai cara promosi DA 4 kepada masyarakat, juga supaya santri ketika kelak mengamalkan ilmunya tidak merasa kaget karena perubahan-perubahan kehidupan masyarakat yang dinamis” ujarnya.
Akhirin berharap, safari satri DA 4 ke PCM melalui pengajian atau kegiatan lain yang melibatkan orang banyak dapat dilakukan sesuai jadwal yang ditetapkan pihak pondok.
Sementara itu Sekretaris PCM Ngampel, Abdul Ghofur menyambut baik kunjungan atau safari anak-anak santri DA 4 Ringinarum ke PCM Ngampel melalui pengajian Ahad pagi.
“Ini sebagai kehormatan bagi kami kedatangan para santri DA 4 lewat pengajian Ahad pagi yang sebelumnya belum pernah ada” katanya.
Ghofur menilai, safari para santri di PCM kreatif dan positif untuk mengenalkan DA 4 di tengah-tengah masyarakat meskipun melalui pengajian.
“Apalagi ada tiga santri yang tampil di pengajian dengan menunjukkan kemampuannya menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia ayat demi ayat di Al qur’an. Dan ini penampilan berbeda yang sebelumnya hanya tartil atau qiro’ah” ungkapnya.
Sedangkan Mudir Pondok DA 4 Ringinarum, Ustadz Iskhaq dalam tausiahnya menyampaikan filosufi kendi, tempat untuk menyimpan air berbentuk seperti teko yang terbuat dari tanah liat.
“Ekonomi keluarga mestinya berprinsip seperti kendi, terdapat dua lobang, di atas lobangnya besar dan samping berlobang lebih kecil” kata Iskhaq sambil menunjukkan sebuah kendi.
Iskhaq menjelaskan, ekonomi keluarga muslim berbasis tabungan tidak bertumpu pada hutang. Tabungan tidak sekedar menyimpan uang, tetapi untuk keperluan masa depan apabila keluarga dalam kondisi paceklik, kesulitan.
“Dalam penggunaan keuangan keluarga juga berbasis pada prinsip hemat setelah kewajiban zakat dan infaq ditunaikan. Tidak boros dan tidak untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tetapi keperluan keluarga yang sifatnya tidak bisa ditunda. Keluarga muslim sebaiknya tidak hutang untuk kebutuhan pangan, sandang, dan papan” bebernya.
Ustadz Iskhaq juga mengungkapkan paceklik selama tujuh tahun pada zaman Nabi Yusuf AS yang dapat diantisipasi melalui tabungan pangan.
“Pelajaran penting dipetik dari kisah Nabi Yusuf AS dalam menghadapi ancaman krisis pangan tertuang apik dalam al-Quran surat Yusuf ayat 46-49” katanya.
“Belajar dari pengalaman Nabi Yusuf AS, ia menganjurkan pemerintah Mesir pada waktu itu agar mempersiapkan diri menghadapi masa paceklik selama tujuh tahun. Yusuf memberikan masukan kepada raja dengan perencanaan strategis untuk membangun ketahanan pangan yang kuat. Yaitu produksi massal gandum dan manajemen stok pangan, serta membudayakan hidup hemat dalam mengkonsumsi makanan. Dengan diterapkannya tiga strategi ketahanan pangan ini, negara Mesir tetap tenang dalam keadaan paceklik lantaran banyak cadangan makanan dalam lumbung,” pungkasnya. (fur/rpd)