Orang Tua Tidak Selalu Benar, Tapi Semangat Mencintai Al-Quran Akan Menjadi Kebenaran
Inspirasi PPTQ Lansia Kota Tegal di Hari Santri 22 Oktober 2022
Oleh: Alif Sarifudin Ahmad
Sejak diresmikannya PPTQ (Pondok Pesantren Tahfidzul Quran) Lansia oleh Prof. Dr. K.H. Abdul Mu’ti, M.Ed hari Ahad, 24 Juli Juni 2022 di PPTQ Subulussalam PCM Margadana kota Tegal sudah ada 11 ibu-ibu lansia yang hafal juz 30 dan juz 29 serta hari ini ketika tulisan terbit ada santri yang bernama ibu Nazilah 40 tahun yang semangat sedang menghafal juz 1. Santri PPTQ Lansia Masa Keemasan yang aktif ada 80 santri dari 150 santri ibu-ibu yang rata-rata berusia 40 tahun ke atas dan kebanyakan sudah berusia 60 tahun.
Mengukir prestasi di hari tua merupakan semangat untuk merindukan husnul khotimah. Tua Hanyalah Usia, Semangat Tidak Akan Menua. Melakukan kebajikan untuk diri sendiri dan rasa mencintai pun dirasakan oleh kita yang berusia 50 tahun ke atas. Kita belum cukup untuk menambah amal baiknya, sampai kita mencari dan menemukan apa yang kita cita-citakan sebagai muslim di hari menjelang senja.
Siang yang tak begitu terik itu membawa langkah kakiku yang bertempat tinggal di pinggiran daerah kota Tegal ini menuju salah satu area tanah wakaf dari seseorang yang aku cintai yaitu istriku dan embahku yang tidak luas hanya sekitar 500 m2. Bukan untuk melakukan aksi memuji diri seperti para wanita lainnya yang lebih mengedepankan gemerlap harta. Tapi dua orang yang sangat aku sayangi dengan ikhlas mewakafkan tanah satu-satunya untuk dijadikan amal yang tak pernah berhenti. Mendatangi tempat ini karena ketertarikannya untuk menjadi Ahlul Qur’an yang dicita-citakan para pencinta Al-Qur’an.
Berawal dari perjalanan dakwahku yang setiap kesempatan diupload di konten yotube Ust. Alif Sarifudin, penulis mencari cara bagaimana untuk membahagiakan ibu-ibu di usia lanjut. Kita sebentar lagi akan wafat, mengapa harus terus berhura-hura dengan dunia yang tidak jelas kenikmatannya. “Buat apa hidup ini tapi tidak bermanfaat di akhir usia? Ya percuma,” ujarku. Keinginannya untuk mendirikan pondok telah terukir di hati sejak lama, sehingga sejak guruku wafat 15 tahun yang lalu, seorang guru dan ulama besar seangkatan HAMKA yang bernama Al-Maghfurlah K.H. Ahmad Yaqub Al-Khatib Hafidzulloh pendiri PP Daarul Abror Brebes terus menyemangati cita-citaku.
Ibuku Hajjah Khotimah yang wafat di usia 67 tahun pernah mempunyai cita-cita agar menjadi penghafal Al-Qur’an. Semangat itulah yang terus menguatkanku untuk mendirikan PPTQ Lansia. Berkat doa dan dukungan semua, berdirilah PPTQ yang kami akan terus kembangkan terutama untuk tempat bertaqorub ibu-ibu yang ingin menjadi Ahlul Qur’an dan husnul khotimah. Melalui tulisan ini, kami mengetuk kepada para pembaca untuk terus mendoakan dan mendukung kami agar cita-cita segera terwujud hingga bisa bersama saling memberi syafaat.
Menjadi tua itu adalah kepastian, menjadi dewasa itu adalah pilihan. Begitulah pepatah bijak mengatakan. Setiap menusia akan melewati fase-fase dimana dirinya akan menjadi semakin tua. Setiap hari selalu ada pertumbuhan dan perkembangan, selalu ada sesuatu yang baru dan berbeda dalam kehidupan ini. Tidak akan pernah sama. Kita tidak selamanya berwajah cantik, suatu saat wajah kita akan rapuh. Harapannya melalui PPTQ lansia hati kita yang akan terus dirawat menjadi cantik sampai bertemu dengan Allah.
Kehidupan kita saat remaja tentunya berbeda dengan kehidupan kita saat dewasa, kehidupan dewasa kita juga akan berbeda dengan kehidupan masa tua kita. Perbedaannya terletak pada pemikiran, bagaimana kita memandang sesuatu, sampai cara kita menjalani kehidupan. Seiring bertambahnya usia, seiring berlalunya waktu, kita bisa berubah setiap saat. Kadang kita juga punya cemburu ketika mencintai sesuatu. Melalui PPTQ kecemburuan kita disalurkan dengan menghafal Al-Qur’an.
Meskipun demikian, mungkin di antara kita ada yang takut menjadi tua. Dengan alasan-alasan seperti tua itu membosankan, menjadi keriput dan pikun, dan alasan lainnya. Kita seolah ingin menolak kodrat manusia yang memang tidak akan lepas dari kodrat menjadi menua. Bahkan ada orang menjelek-jelekan orang tua dengan kata-kata kasar. Sudah tua, berlagu, tak tahu diri, dan sebagainya.
Tidak selamanya kita menjadi anak-anak yang selalu dinaungi kedua orang tua. Mungkin cepat atau lambat kita akan menikah, dan itu mungkin adalah fase awal untuk kita menjadi tua. Menjadi orang tua bagi anak-anak kita. Untuk itu, berikut adalah kata-kata yang terus menjadi inspirasi kita. Para pembaca yang budiman, menjadi tua itu pasti. Jangan sia-siakan masa mudamu! Sebelum penyesalan datang di masa tuamu. Tidak mengapa menjadi tua, asal tetap muda dalam semangat. Kalau belum bisa sukses di usia muda, mengapa kita menyerah, sukseskan di hari tua.
Usia ini terlalu singkat untuk dilewatkan tanpa melakukan perubahan. Melalui PPTQ Lansia Masa Keemasan Kota Tegal, kami akan terus bergerak mengawal perubahan hingga akhir hayat dan dilanjutkan oleh para generasi yang kuat. Kami ingin mencintai ibu-ibu seluruh dunia untuk terus bergabung dengan kami hingga menjadi husnul khotimah.
Sementara ini kegiatan di PPTQ kami diikuti oleh 80 santri lansia. Kegiatan rutin dilaksanakan setiap hari Jumat pukul 13.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB dan hari Ahad pukul 10.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB. Kegiatan kami berpusat di PPTQ Subulussalam putri dan masjid Jenderal Soedirman Margadana Kota Tegal. Para Ustadzah kami Alhamdulillah sudah hafal 30 Juz dengan tahsin dan tahfidz yang bisa dibanggakan. Keberkahan yang terus akan kami bangun adalah cita-cita di hari tua yang harus diperjuangkan menjelang husnul khotimah.
Ada beberapa program yang kami tawarkan untuk ibu-ibu lansia, yaitu belajar tahsin dan tahfidz hingga 30 Juz, melaksanakan kegiatan ibadah sesuai Himpunan Putusan Tarjih, Tadabbur Alam, dan mondok setiap bulan Ramadhan selama 30 hari hingga pada saatnya nanti ketika kami memiliki gedung yang representatif untuk ibu-ibu, kami akan memfokuskan seperti PPTQ Subulussalam Putri usia SMP/SMA Muhammadiyah mondok hingga 30 Juz.
Cita-cita kami tidak akan terwujud tanpa dukungan dari semua pihak.Karena itu teruslah bergabung bersama kami untuk menjadi Ahlul Qur’an. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, Orang yang hafal Al-Qur’an adalah Ahlullah dan pilihan Allah.
عن انس بن مالك رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ان لله اهلين من الناس قالوا : يا رسول الله، من هم؟ قال : هم اهل القران، اهل الله وخاصته*رواه ابن ماجه
“Dari Anas bin Malik RA dia berkata,Rasulullah SAW bersabda : ” Sesungguhnya Allah mempunyai banyak ahli (kekasih) dari kalangan manusia,mereka berkata : wahai Rasulullah, siapakah mereka itu? Beliau menjawab : mereka adalah Ahli Al-Qur’an,Ahlullah dan orang-orang pilihan-Nya””. (H.R. Ibnu Majah)
Siapakah yang dimaksud Ahlul Qur’an? Al-Manawi rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah para penghafal Al-Qur’an yang mengamalkannya, mereka itu adalah kekasih Allah yang dikhususkan dari kalangan manusia. Mereka dinamakan seperti itu sebagai bentuk penghormatan kepada mereka seperti penamaan Baitullah.
Al-Hakim At-Tirmizi berkata, “Sesungguhnya keutamaan ini berlaku bagi para pembaca yang telah membersihkan hatinya dari sifat lalai dan menghilangkan dosa pada dirinya. Tidak termasuk orang khususnya kecuali bagi orang yang membersihkan dirinya dari dosa yang tampak maupun tersembunyi, lalu menghiasi dirinya dengan ketaatan. Maka ketika itu, dia termasuk orang khusus Allah.” (Faidhul Qadir, 3/87)
Melalui PPTQ lansia, kami mengajak untuk menjadi Ahlul Qur’an di ujung usia. Tidak cukup sekadar membaca (saja) agar termasuk arang khusus Al-Qur’an. Kita juga berikhtiar berusaha untuk menghafalkan, mengamalkan, dan menghormati hukum-hukumnya, serta berakhlak dengannya sesuai kemampuan dan semangat lansia. Al-Hafiz Muhammad bin Husain Al-Ajuri rahimahullah memiliki ungkapan yang bagus terkait dengan masalah ini dan perlu mendapatkan perhatian. Beliau rahimahullah mengatakan, “Selayaknya, orang yang telah Allah ajarkan Al-Qur’an dan diberi kemuliaan dengannya dibanding orang lain yang tidak memilikinya, dia harus menjadi ahli Al-Qur’an, Ahli Allah dan orang khusus-Nya. Menjadikan Al-Qur’an selalu bersemi dalam hati, menghidupkan apa yang rusak di hatinya. Beradab dengannya dan berakhlak dengan akhlak yang mulia, yang berbeda dengan kebanyakan orang yang tidak menghafal Al-Qur’an.
Yang pertama kali kami lakukan di PPTQ Lansia Masa Keemasan adalah bagaimana membekali untuk bertakwa kepada Allah, baik dalam saat sunyi maupun tampak. Berhati-hati dalam hal makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggalnya. Memahami fenomena zaman dan kerusakan orang di dalamnya. Sehingga kita dapat berhati-hati terhadap agama, menjaga urusan kita, dan berupaya selalu memperbaiki urusannya yang rusak.
Berikutnya adalah bagaimana kita bisa menjaga lisan. Jika kita berbicara, berbicara yang benar atau diam dan lebih memfokuskan menghafal Al Qur’an. Tidak mengeluh bahwa kita sudah tua sulit membacanya, sulit menghafalkannya, justru karena kita sudah di ujung usia sebagai bekal di akhirati tetap semangat dengan bacaan dan hafalan Al Quran.
Program di PPTQ Lansia Masa Keemasan adalah mengkhatamkan surat demi surat dengan tahsin dan tahfidz yang telah dibimbing oleh para ustadzah. Dari ayat demi ayat hingga khatam perjuz dimulai juz 30. Sapa yang rajin dan sabar Insya Allah hanya bebeberapa bulan bisa khatam 1 juz. Sungguh ini adalah program unggulan kami untuk bekal di hari tua menjelang wafatnya.
Para lansia yang telah benar-benar membaca dan menjaganya, sehingga Al-Qur’an akan menjadi saksi, syafaat, pendamping dan menjadi tameng. Siapa yang sifatnya seperti ini, maka diri dan keluarganya akan mendapatkan manfaat. Seluruh kebaikannya di dunia dan akhirat akan kembali kepada kedua orang tua dan anak-anaknya.
Di PPTQ Lansia Masa Keemasan Kota Tegal mempunya semangat Berdakwah Bahagiakan Umat. Di samping program hafalan, kami menguatkan kepada para santri untuk setiap waktu mengkhatamkan Al Quran, sebagaimana telah diriwayatkan oleh Imam Bukhori, 1978 dari Abdullah bin Amr radhiallahu’anhuma dari Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
( اقْرَأ الْقُرْآنَ فِي كُلِّ شَهْرٍ ، قَالَ إِنِّي أُطِيقُ أَكْثَرَ ، فَمَا زَالَ حَتَّى قَالَ : فِي ثَلَاثٍ )
“Bacalah (khatamkan) Al-Qur’an setiap bulan.” (Abdullah bin Amar) berkata, “Aku mampu lebih (cepat) dari itu.” Beliau terus meminta sampai mengatakan, “Pada setiap tiga hari.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Yang benar menurut mereka, bahwa hadits Abdullah bin Amr paling terakhir Nabi sallallahu’alaihi wa sallam adalah tujuh (hari). Karena beliau pada awalnya menyuruh mengkhatamkan setiap bulan, maka batasannya dapat dibuat antara antara sebulan sampai sepekan. Adapula riwayat bahwa beliau menyuruh memerintahkan agar mengkhatamkan dalam empat puluh hari. Hal ini menunjukkan keluwesan, sebanding dengan membaginya menjadi tiga bagian-tiga bagian sebagai hasil
Akhirnya melalui tulisan ini, penulis lengkapi puisi mudah-mudahan sebagai pelengkap yang terus memberi manfaat.
PUISI UNTUK SAHABAT
Aku hanya seorang tak berguna
Yang berlari dan berkelana untuk dakwah bahagiakan sesama
Yang menelusuri indahnya dunia
Punya semangat tuk mencintai sesama
Aku hanya seorang pengelana di usia senja
Yang memiliki bongkahan cita-cita
Yang ingin kugapai dengan berbagai cara…
Walau berjalan sendiri di ujung usia
Aku hanya seorang tak berguna
Yang tertempel cita-cita selalu tertunda
Terbalut berbagai angan-angan masa depan
Demi menggapai tuk bahagiakan
Aku tak tahu harus cari di mana
Dan kau pun datang membimbing cerita
Walau kau tak mencinta karena aku tak berguna
Aku akan tetap bersama lansia
Sahabat….Kau lah pengarah jiwa, yang selalu kusebut..
Masamu tak kan lama, wajahmu pun sebentar lagi menjadi keriput
Teruslah bersama tuk sebuah data yang kuinput
Dan tak lupa kuabadikan dalam youtubeku yang semakin banyak pengikut
Pena menari di atas mimpi bersama ibu lansia
Menuliskan setiap kata yang bermakna
Memberikan secercah cahaya
Walau letih terlihat di wajahku tak mengapa
Sahabat…Kau selalu mendampingiku menuju cita-cita
Mengajariku hal-hal yang penuh asa
Hari ini aku tak mengapa dicerca
Untuk masa depan generasi tua dan muda
Tegal, 22 Oktober 2022
Akhirnya Saat lisan tak sanggup berkata cinta berkatalah dengan hati. Hati yang merana kadang hanya bisa lewat tetesan air mata. Selamatkan cinta dengan doa dan tangisan air mata, untuk memaknai arti perjuangan yang sangat indah. Pada saatnya nanti pasti semua akan berakhir dan tak bisa mengukir. Hari ini mungkin kita sedang di atas pentas meretas. Ingatlah pada saatnya nanti akan jatuh tersungkur dikubur dalam lumpur. Tak usahlah sombong dan suka berbohong
Kecantikan, ketampanan hanya tontonan. Pada saatnya nanti pasti semua akan berakhir dan tak bisa mengukir.
Melalui tulisan ini teringat kalimat yang terus membuat kita meneteskan air mata. Sewaktu Rasulullah SAW sakit, terlontar satu pertanyaan kepada malaikat Jibril Alaihissalam: “Wahai Jibril, apakah kau akan turun ke bumi setelah aku tiada?
Malaikat Jibril menjawab: “Masih Yaa Rasulullah, Aku akan turun ke bumi untuk mengambil Mutiara hidup sepeninggal diri engkau.” Rasulullah Saw bertanya lagi:
“Mutiara apakah yang akan kamu ambil ?”
Di antara mutiara yang akan diambil oleh malaikat Jibril adalah mutiara CINTA (Mahabbah) yang bersemayam di hati manusia. Tangisan cinta tak bisa dihentikan karena menderita tiada tara. Mudah-mudahan di ujung usia, kita akan tetap mencintai Al Quran dan menjadi Ahlulloh. Nashrun Minallah Wa Fathun Qorieb. Wallahu A’ lam.