SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) lestarikan kebudayaan Jawa dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk bersama dalang Ki Bayu Aji Pamungkas Anom Suroto. Acara budaya itu merupakan salah satu rangkaian Harijadi ke-64 UMS.
Terkait dengan tema yang berdekatan dengan akan digelarnya Muktamar-48, Muhammadiyah dan Aisyiah diambil lah Lakon Wahyu Cakraningrat.
Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si berharap bahwa pertunjukan wayang kulit dengan lakon Wahyu Cakraningrat dapat menjadi sebuah inspirasi.
“Mudah-mudahan nanti perhelatan wayang ini bisa memberikan inspirasi kepada kita semua, dan tentu yang paling penting adalah kita bisa mensukseskan Muktamar. Semua saja, meskipun bukan warga Muhammadiyah tapi juga kita minta untuk mensukseskan Muktamar ke-48 pada tanggal 18-20 November mendatang,” harap Sofyan Anif.
Pagelaran wayang dimulai dengan diserahkannya, sebilah wayang kulit sosok Raden Abimayu oleh Rektor UMS kepada Ki Bayu.
Prof., Dr., Anam Sutopo, salah satu panitia yang membacakan sinopsis lakon Wahyu Cokroningrat menguraikan, bahwa Raden Abimayu berhasil mendapatkan gelar Wahyu Cakraningrat berkat kesabarannya dalam menahan diri atas godaan ketidakadilan yang diberikan kepadanya.
Sementara itu, pagelaran wayang kulit itu menarik banyak perhatian, baik dari internal kampus maupun eksternal kampus. Mahasiswa internasional UMS asal Pakistan yang menyaksikan pertunjukan wayang ini menyatakan kekagumannya.
Muhammad Abuzar, demikian nama mahasiswa itu, mengatakan bahwa baginya wayang merupakan hal baru tetapi dia dapat menikmatinya, meskipun sulit memahaminya secara utuh. Menurutnya wayang kulit merepresentasikan sebuah kebudayaan. Dia harap dapat belajar hal baru dari pagelaran wayang ini.
“Ini merupakan hal baru bagi saya, tetapi saya harap saya dapat belajar hal baru dari pertunjukan ini. Setelah menyaksikan wayang ini, saya berkeinginan untuk mencari tahu lewat google berkaitan dengan wayang. Dan ya pertunjukan wayang kulit sangat menarik,” katanya dalam bahasa Inggris.
Selain itu, salah satu mahasiswa lainnya menyampaikan bahwa dia merasa beruntung karena bisa menonton wayang secara langsung.
“Meskipun saya tidak paham bahasanya, tetapi setidaknya saya bisa tahu suasananya wayang kulit di Jawa itu seperti apa. Saya merasa beruntung bisa nonton wayang kulit ini,” kata Rahmi Fadillah, mahasiswi asal Bandung.
Pagelaran wayang ini dimeriahkan dengan hadirnya sosok Gareng dan Marwoto yang terus-menerus melontarkan lelucon. (Maysali/