Muhammadiyah dalam Literasi Gerakan Kultur Moderasi Beragama
Oleh: Syahirul Alem
Muktamar-48 di Solo sudah di depan mata hanya dalam hitungan hari muktamar akan dibuka Presiden Joko Widodo. Muktamar Muhammadiyah dalam usianya yang ke-110 bertemakan “Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta” makin terasa hingar bingarnya. Para kader Muhammadiyah di seantero jagat menyambut dengan penuh suka cita dan mulai berdatangan ke Kota Solo. Perhelatan muktamar sempat tertunda akibat pandemi covid-19 yang melanda bumi Pertiwi. Universitas Muhammadiyah Surakarta yang dikenal dengan sebutan UMS siap menyambut Muktamirin. Siapapun pasti mengenal universitas terkemuka milik persyarikatan yang telah mendunia.
Solo dan kota sekitarnya yang menjadi tuan rumah muktamar Muhammadiyah- 48 adalah kota yang dinamis. Sejak dulu Solo merupakan kota tempat tumbuh kembangnya organisasi pergerakan baik Islam maupun nasionalis. Di Solo Raya, perkembangan amal usaha Muhammadiyah begitu pesatnya. Terutama amal usaha di bidang kesehatan dan pendidikan, di bidang kesehatan terdapat PKU Muhammadiyah Solo. Sedangkan di bidang pendidikan terdapat dua perguruan tinggi yang juga sama majunya yaitu UMS dan Universitas Aisyah Surakarta.
Muktamar Muhammadiyah -48 merupakan momentum untuk memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta. Tantangan dan Prospek untuk memajukan SDM kadernya, terutama dalam pembiasaan intelektualitas para kader dari pusat Sampai ranting. Seiring sejalan makin bertambahnya perguruan tinggi Muhammadiyah di berbagai kota. Kebangkitan intelektualitas kader akan semakin memperkaya khasanah pemikiran para kader.
Dengan demikian kemajuan persyarikatan akan tercapai dengan cara yang kreatif dan inovatif. Mengingat persaingan antar ormas untuk berebut pengaruh di akar rumput. Para kader Muhammadiyah di tuntut perannya dengan memperkuat literasi. Literasi ini sebagai penunjang produktivitas para kader Muhammadiyah, apalagi para kader muda yang masih giat-giatnya. Diharapkan semangat para kader muda ini bukan semata-mata bermental pragmatis namun juga idealisme yang tinggi sehingga produktif dalam berpikir dan bertindak.
Setelah sekian lama persyarikatan mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM), tenaga edukatif di sejumlah perguruan tinggi tersebut telah banyak yang lulus Doktor dari universitas di dalam maupun luar negeri. Bahkan PTM unggulan seperti: UMS, UMM maupun UMY telah menghasilkan puluhan guru besar di berbagai bidang keilmuan. Keilmuan para guru tersebut sangat penting untuk meningkat kualitas kader persyarikatan.
Diharapkan sumbangsih para guru besar tidak hanya di kampus saja namun juga di kepengurusan pusat sampai ranting. Harus di akui hanya kepengurusan cabang ataupun ranting saja di area sekitar kampus yang terdapat para guru besar maupun para doktornya. Semua itu menjadi mubadzir bila mereka hanya sebatas berkegiatan untuk kelengkapan mengabdi di AUM.
Di mulai dari kepengurusan pusat baik pengurus harian pusat dan para majelis perlu menampung para guru besar. Periode ini ketua umum PP Muhammadiyah Prof. Dr Haedar Nashir juga merupakan guru besar UMY. Diharapkan dengan keberadaan para guru besar dan para doktor di pengurus harian maupun majelis, tenaga dan pikirannya bisa digunakan untuk menggerakkan persyarikatan menjadi lebih dinamis lagi. Mengingat tantangan terkini dunia seperti perubahan iklim. ancaman kesehatan dunia, ketahanan pangan butuh pemikiran terobosan. Muhammadiyah harus menjadi garda depan dalam memberikan solusi atas berbagai masalah tersebut.
Penguatan berliterasi
Muhammadiyah mempunyai media yang patut dibanggakan yaitu Suara Muhammadiyah. Keberadaan Suara Muhammadiyah turut menjadi saksi berbagai gerakan aktivitas kader persyarikatan di seluruh nusantara dan juga internasional. Usia Muhammadiyah yang sudah ke 110 merupakan usia yang sangat matang . Matang dalam membangun jaringan organisasi baik vertikal maupun horizontal. Para kader di berbagai tingkatan butuh berbagai informasi sebagai studi untuk menghidupkan ruh persyarikatan. Pertumbuhan dan perkembangan media saat ini sangat pesat termasuk media sosial.
Untuk mengimbanginya, di butuhkan peran media-media Muhammadiyah yang juga hidup baik di tingkat ranting, cabang dan daerah. Penting untuk dilakukan pelatihan Sumber daya jurnalistik bagi kader Muhammadiyah untuk menghidupkan media-media di daerah. semakin semarak media Muhammadiyah di berbagai daerah, cabang maupun ranting maka informasi aktivitas Muhammadiyah bisa beragam. Selain itu juga untuk meminimalisir masuknya media non Muhammadiyah sebagai sumber informan kader persyarikatan.
Peran perpustakaan untuk menghidupkan literasi sangat besar kontribusinya. Sebagai organisasi berkemajuan peran perpustakaan tidak boleh terabaikan. Berani bergerak maju berarti harus punya sumber literasi yang kuat dan variatif. Selama ini di Muhammadiyah telah memiliki majelis Pustaka, majelis ini yang terkait langsung dengan literasi. Penting sekali supaya di bentuk jaringan Perpustakaan Muhammadiyah dalam skala global. Supaya sumber-sumber pustaka dalam perpustakaan Muhammadiyah saling memperkuat literaturnya.
Era kini bisa dikembangkan dalam bentuk perpustakaan digital. Semakin kuat jaringan perpustakaan Muhammadiyah akan semakin memperkuat budaya literasi di lingkungan persyarikatan. Ujung-ujungnya akan memberikan efek minat baca dan menulis di kalangan kader persyarikatan. Di harapkan peran Majelis Pustaka untuk memfasilitasi dalam pembentukan jaringan Perpustakaan Muhammadiyah.
Tantangan persyarikatan yang kian komplek membutuhkankan SDM yang berbobot. Internasionalisasi Muhammadiyah merupakan salah satu contoh pentingnya SDM berbobot. Perkembangan Muhammadiyah yang kian massif dihadapkan dengan berbagai tantangan. Ibarat kapal besar yang sedang berlayar mengelilingi dunia, harus siap dengan berbagai terpaan angin. Dibutuhkan nahkoda yang handal serta mekanik kapal yang profesional. Pengkaderan Muhammadiyah di semua jenjang dari IPM, IMM maupun Pemuda Muhammadiyah harus menekankan pada kemampuan berliterasi dan militansi. Dengan berliterasi diharapkan terbangun konsep pengkaderan yang melek pengetahuan. Ujung-ujungnya kualitas SDM kader muhammadiyah akan makin meningkat. Sehingga Suply kader Muhammadiyah dari ranting sampai pusat akan dipenuhi kader yang berbobot. Manakala konsep pengkaderan yang berbobot terdistribusi secara merata.
Amal Usaha Muhammadiyah yang jumlah ribuan di seluruh pelosok nusantara. Membutuhkan manajerial literasi yang baik untuk mendukung SDM AUM Pendidikan. Mengingat persaingan pendidikan makin ketat sehingga dibutuhkan tenaga pendidik yang berkualitas. Diharapkan makin berkualitas tenaga pendidik akan membuat AUM makin berkualitas. dengan dibangunnya kultur berliterasi di persyarikatan akan makin memacu perkembangan AUM Pendidikan. Kultur berliterasi akan membuat AUM Pendidikan makin dinamis saling berpacu. Karena warga persyarikatan juga makin melek dengan dunia literasi. Sehingga kekritisan warga persyarikatan akan membuat AUM Pendidikan terus mengembangkan diri. Terciptanya budaya literasi di Persyarikatan juga akan makin memudahkan AUM Pendidikan untuk berkolaborasi. Kolaborasi ini adalah bagian dari pengembangan kemampuan dan praktek berliterasi AUM Pendidikan.
Moderasi beragama
Muhammadiyah merupakan organisasi yang berprinsip dakwah amar maruf nahi mungkar. Dengan dakwah tersebut Muhammadiyah senantiasa menjaga karakter bangsa. Bangsa ini merupakan bangsa yang beradab yang dilandasi dengan nilai-nilai pancasila. Korupsi yang merajalela di negeri ini, hampir tiap hari selalu ada penyelenggara negara yang di tangkap KPK. Muhammadiyah merupakan organisasi yang selalu konsen terhadap permasalahan Korupsi. Muhammadiyah selalu bertindak tegas bilamana ada kadernya ataupun pegawai di lingkungan AUM yang melakukan korupsi. Muhammadiyah juga berperan menyelamatkan generasi muda dari ancaman obat-obat terlarang. Muhammadiyah juga berperan dalam mencegah pergaulan bebas para generasi mudanya. Oleh sebab itu di sekolah-sekolah Muhammadiyah, pengajaran Al-Islam dan kemuhammadiyahan sangat intens. Supaya para generasi muda mempunyai moral dan akhlak yang baik.
Muhammadiyah senantiasa menjaga kemajemukan dengan mengedepankan toleransi. AUM Muhammadiyah di Propinsi Indonesia timur adalah contohnya, bagaimana Muhammadiyah mampu berperan memajukan pendidikan di daerah tersebut. Di Propinsi-propinsi tersebut merupakan daerah yang mayoritas penduduknya non muslim, merupakan contoh toleransi dan kerukunan. Sikap toleransi di sini adalah sikap toleran terhadap agama yang di peluk siswa maupun mahasiswanya di sekolah Muhammadiyah.
Dalam beberapa kasus tindakan kekerasan antar umat ataupun intra umat beragama di negeri ini. Nyaris tidak terdengar, Kader Muhammadiyah bagian dari oknum pelaku intoleran tersebut. Muhammadiyah selalu arif dan bijaksana manakala asset-asetnya di berbagai daerah di permasalahkan. Muhammadiyah selalu mengedepankan dialog dan juga taat dengan berbagai aturan hukum yang berlaku di negeri ini. Kepeloporan dalam toleransi dan kerukunan Muhammadiyah merupakan salah satu bentuk moderasi beragama Muhammadiyah.
Semangat berkemajuan yang di usung oleh Muhammadiyah sebagai slogan keislaman Muhammadiyah. Islam berkemajuan bagi muhammadiyah bukanlah keniscayaaan yang hanya namannya saja. Terbukti internasionalisasi Muhammadiyah adalah sebuah fakta, AUM mulai berdiri di Cabang Istimewanya di Luar Negeri. Pesan-pesan berkemajuan merupakan spirit bagi para kadernya untuk membangun Muhammadiyah yang lebih dinamis. Terutama dalam menyikapi persaingan global dan perubahan teknologi yang begitu cepat.Konsep Islam berkemajuan merupakan konsep bagaimana Muhammadiyah harus selalu Upgrade.
Up grade dalam menghadapi berbagai situasi yang terjadi di dunia ini. Himbauan panitia muktamar, selalu bersih dari sampah plastik di lokasi muktamar. Merupakan pesan moral terhadap ancaman sampah plastik yang merusak lingkungan. Sekaligus pesan-pesan moral bahwa muktamar Muhammadiyah bukanlah muktamar Jorok yang meninggalkan sampah berserakan di mana-mana.
Pesantren Muhammadiyah yang berdiri tersebar di hampir pimpinanan daerah. Merupakan lahan dakwah terhadap para santrinya, bagaimana menyikapi berbagai kemajemukan bangsa ini. Santri Muhammadiyah bukanlah santri puritan yang hanya pandai bicara haram ataukah halal. Santri muhammadiyah merupakan santri yang berwawasan baik agama maupun IPTEK. Dengan Wawasannya, Santri Muhammadiyah senantiasa punya berbagai metode pendekatan dalam berdakwah.
Pesantren Muhamadiyah adalah penangkal tumbuh kembangnya kekerasan dalam beragama. Kekerasan dalam agama yang identik dengan tindakan terorisme, tidak diajarkan di pesantren Muhammadiyah. Dakwah para santri Muhammadiyah selalu mengedepankan prinsip tasamuh. Praktek dakwah tersebut sudah dilatih sejak santri mengenyam pendidikan di pesantren Muhammadiyah. Semakin Dinamis pesantren Muhammadiyah diharapkan menjadi akselerasi dakwah Muhammadiyah sebagai pilar moderasi beragama di Indonesia.
Syahirul Alem, Pustakawan SMP Muhammadiyah 1 Kudus