PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Tim Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Banyumas, Jawa Tengah sukses meraih medali Silver di ajang kompetisi Internasional “Research and Innovation and Symposium and Exposition (RISE) 2022” yang diselenggarakan oleh Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM) Malaysia.
Tim yang terdiri dari 2 mahasiswa dan 3 dosen itu diantaranya Intan Sakina Ramadhani (mahasiswa semester 3 Prodi Teknologi Rekayasa Elektromedis), Nur An-nuha Muniroh (mahasiwa semester 5 Prodi Teknologi Laboratorium Medik), Kusnanto Mukti Wibowo, S.Si., M.Eng. & Royan, S.T., M.T. (dosen Prodi Teknologi Rekayasa Elektromedis) serta Arif Mulyanto, M.Si. (dosen prodi teknologi Laboratorium Medik).
Salah satu tim Arif Mulyanto, M.Si mengatakan, RISE 2022 merupakan kompetisi untuk memamerkan produk dan teknologi inovatif di institusi pendidikan tinggi (IHL) dalam taraf internasional
“RISE 2022 menyatukan banyak peneliti dan memungkinkan berbagi pengetahuan dan pengalaman. Selain itu, memfasilitasi proses pencocokan bisnis dan komersialisasi produk dan teknologi yang dipamerkan. Kompetisi ini diikuti sekitar 215 peserta di berbagai bidang (ada 12 bidang), salah satunya yaitu bidang Health, Medical, Pharmaceutical Food and Supplement (HMPFS),” jelasnya.
Dijelaskan, dengan menyampaikan bahwa produk inovasi di bidang kesehatan yang digabungkan dengan teknologi IoT berhasil menarik perhatian juri di RISE dan berhasil dianugerasi medali silver.
“Pada RISE 2022 ini tim fikes UMP berhasil mempresentasikan hasil penelitian yang bertajuk ‘Pechi-PeIoT”A Smart Phlebotomy Chair based on IoT atau kursi Phlebotomi cerdas berbasis Internet of Things (IoT)’,” katanya.
Kursi phlebotomi merupakan kursi yang biasa digunakan di dunia medis untuk pengambilan sampel darah pasien atau pendonor. Produk inovasi di bidang kesehatan yang digabungkan dengan teknologi IoT ini berhasil menarik perhatian juri di RISE. “Alhasil produk tersebut berhasil dianugerahi mendali silver”, ungkapnya
Sementara itu, Nur An-nuha mahasiswa Teknologi Rekayasa Elektromedis (TRE) menjelaskan bahwa judul penelitian tersebut diangkat karena masih banyaknya kesalahan flebotomi (pengambilan sampel darah) yang memberikan kontribusi sebesar 50-75% dari kesalahan tahap pra-analitik.
“Judul ini diangkat karena kesalahan flebotomi (pengambilan sampel darah) yang memberikan kontribusi sebesar 50-75% dari kesalahan tahap pra-analitik. Tahap pra-analitik, terutama saat pengambilan sampel darah, sangat penting karena berhubungan dengan keselamatan pasien dan pelayanan yang berpusat pada pasien. Kemiringan posisi tangan dan bantalan pada saat pengambilan darah menjadi kendala terbesar bagi flebotomis. Faktor kesalahan flebotomi yang paling sering terjadi di laboratorium yaitu akibat tidak adanya alat penunjang saat pengambilan sampel darah,” jelasnya
Lebih lanjut ia mengatakan pengembangkan teknologi berbasis IoT dalam dunia kesehatan ini setidaknya dapat mengurangi risiko terjadinya hematom (pecahnya pembuluh darah) akibat kurang tersedianya alat penunjang saat pengambilan sampel darah.
“Harapannya hal ini bisa menjadi langkah awal agar kedepannya akan terus ada kolaborasi bersinergi khususnya di kancah internasional untuk menciptakan karya-karya inovatif lainnya,” ungkapnya. (qbi/tgr)