Seputar Kemenangan Anwar Ibrahim
Oleh: Sudarnoto Abdul Hakim
Anwar Ibrahim pada akhirnya ditetapkan oleh Raja setelah melalui kesepakatan Majelis raja-raja sebagai perdana Menteri ke 10 Malaysia. Ini peristiwa yang sangat penting antara lain karena Anwar sudah menanti selama 24 tahun. Itupan dengan berbagi liku-liku atau drama politik yang cukup menegangkan dan tentu saja menghabiskan enerji.
Ini menggambarkan keuletan dan ketabahan sekaligus keyakinannya terhadap perubahan Malaysia yang selama waktu yang panjang diperjuangkan oleh Anwar. Tak berlebihan untuk dikatakan bahwa Anwar sesungguhnya mewakili gagasan, gerakan dan kekuatan demokrasi progresif yang selama ini menghadapi kekuatan konservatif.
Anwar dihadapkan kepada tuntutan agar menyusun kabinet yang harus menggambarkan progresifitas. Pemihakan pemerintah baru terhadap pemulihan dan kebangkitan ekonomi Malaysia harus jelas sejak didera oleh Covid 19 dan menyulitkan rakyat. Dalam waktu yang bersamaan, pemerintah Anwar juga dituntut untuk menunjukkan komitmennya terhadap upaya membersihkan Malaysia dari rusuah/korupsi.
Akankah kasus mega korupsi yang melibatkan mantan perdana Menteri Nadjib dan istrinya, misalnya, menjadi perhatian sementara kemenangan Anwar ditopang oleh partai yang pernah dipimpin Nadjib? Ini sekaligus juga menunjukkan adanya eksepktasi publik untuk menegakkan hukum secara adil apalagi Anwar sendiri pernah mengalami langsung ketidak adilan pemerintah Barisan Nasional.
Tentu saja, Anwar juga harus mampu menjukkan bahwa pemerintahan yang dia pimpin kali ini haruslah pemerintahan yang bersih bebas dari nepotisme, kolusi, korupsi dan tidak represif serta benar-benar menjunjung tinggi HAM, tidak seperti pemerintah-pemerintah sebelumnya.
Secara pragmatis, Anwar hemat saya akan membangun dan memperkokoh konsolidasi nasional sehingga pemerintahannya stabil kokoh tak tergoyahkan. Koalisinya harus rekat jangan sampai retak dan ambruk. Ini menjadi prioritas Anwar. Jika tidak, maka besar kemungkinan akan dimanfaatkan oleh Pekatan Nasional untuk semakin memperlemah kekuatan Anwar.
Dalam konteks internasional, pemerintah Anwar ini memiliki peluang yang lebih luas untuk mengembangkan kerjasama dengan banyak negara secara ekstensif. Sikap dan pandangannya yang terbuka dan tergambar juga dalam kabinet yang mewakili multi etnik dan agama, menjadi salah satu faktor kemungkinan besar penerimanaan masyarakat internasional terhadap pemerintah Anwar. Ini penting khususnya untuk memperkuat ekonomi Malaysia.
Dalam konteks Islam, Anwar adalah seorang intelektual muslim yang mewakili pandangan Islam progresif/berkemajuan dan meyakini prinsip-prinsip Wasothy (Middle Path). Gagasan-gagasannya hemat saya berpengaruh terhadap konsep Masyarakat Madani sebagaimana yang kemudian berkembang di Indonesia.
Pembelaannya terhadap prinsip-prinsip demokrasi, kemanusiaan, keadilan, persaudaraan universal, toleransi dan egalitarianisme misalnya menjadi poin penting bagi pemerintahannya untuk merakit hubungan internasional yang lebih terbuka dan ekstensif. Malaysia mendapatkan peluang untuk menjadi negara penting di Asia Tenggara, selain Indonesia, dalam mempromosikan dan mengarus utamakan Wasotiyatul Islam.
Sudarnoto Abdul Hakim, peneliti Malasyia dan Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional