YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – “Hanya dalam 40 hari, para pekerja seni ini bekerja,” ungkap Widyastusi, Wakil Ketua MPI PP Muhammadiyah, dalam sambutannya.
Meskipun demikian, dalam waktu sesempit itu, alhamdulillah, Museum Muhammadiyah bisa selesai. Bahkan selama pembukaannya 16 hari, rekor pengunjung sudah mencapai lebih dari 16 ribu orang.
Bermaksud menyapa para seniman yang sudah banyak berperan bagi MuseumMu, PP Muhammadiyah menggelar acara guyub rukun sore ini (29/11) di Kantor PPM Jalan Cikditiro, Yogyakarta.
M Busyro Muqqodas yang mewakili Ketua PP Muhammadiyah mengungkapkan impresinya, “Saat mengunjungi Museum kemarin, saya melihat wajah Indonesia di sana, antara lain (juga) Muhammadiyah”.
Ditegaskan juga bahwa peran seniman dan budayawan dalam perjalanan kemanusiaan dan kebangsaan adalah penting dan tidak boleh lepas darinya. “Jangan sampai bangsa ini kandas karena tidak tahu masa lalu, sejarahnya”.
Kemudian, acara dilanjutkan dengan perkenalan dan penyampaian pesan-kesan para seniman yang hadir oleh Erson. Dijelaskan, peran art director yang dipegang langsung oleh tiga seniman kawakan, Sigit Pius, Titarubi, dan Felix.
Lalu, di bawah keorganisasian pameran ini dilanjutkan dengan peran para pelukis, seperti Agus Wage, Maryanto, dan Sansoko, perupa, grafis, tim teknologi informasi, manajemen, dan pengelola gizi tim.
Sigit Pius berkomentar bahwa ini merupakan pengalaman yang mengejutkan dengan waktu sangat singkat, plus banyak hal yang terjadi di luar perhitungan. Meski demikian, akhirnya bisa selesai juga tepat waktu, “Memang ini karena bekerjanya dengan Muhammadiyah,” selorohnya.
Komentar serupa dilanjut oleh Titarubi, “Padat karya, penuh ketegangan.” Beruntungnya, koordinasi dengan semua tim dari pihak seniman dan periset konten berjalan lancer, sehingga bisa beradaptasi dengan cepat.
Selain cerita-cerita di balik layar, Maryanto, pelukis asal Ajibarang, Banyumas, yang salah satunya melukis lanskap di balik instalasi kapal uap juga bercerita pengalaman personal. Lewat pengalaman MuseumMu ini, ia justru jadi menyelami kembali sejarah keluarganya yang sebenarnya adalah keluarga penggerak Muhammadiyah Banyumas, “Seperti semua jadi terungkap!”
Acara berlanjut dengan saling bercerita pengalaman masing-masing. Kesyahduan sore itu pun diakhiri dengan pesan dan harapan dari Pak Busyro supaya semangat berkarya dan keguyuban ini terus terjaga supaya negeri ini “tidak krisis refleksi, imajinasi, dan kontemplasi”. (Yayum)