SURABAYA, Suara Muhammadiyah – Guna memberikan pemahaman sejak dini tentang tanggap bencana gempa bumi, Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) 28 Bangkingan Surabaya yang lebih dikenal MIM Dupan menggelar simulasi dan sosialisasi bencana alam gempa bumi di aula lantai 2 pada hari Jumat tanggal 16 Desember 2022.
Kepala MI Muhammadiyah 28 Surabaya, Rohim M.Pd. menjelaskan, pihak sekolah mengundang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Surabaya untuk memberikan sosialisasi dan simulasi mitigasi bencana gempa bumi sejak dini kepada 207 siswa dari kelas satu hingga kelas enam serta penggalangan donasi untuk korban bencana alam.
“Mudah-mudahan dengan kegiatan tersebut para siswa senantiasa tertanam rasa kepedulian, gemar berinfaq yang telah dibiasakan sejak kecil, serta dengan sosialisasi dan simulasi dari BPBD anak-anak mengetahui apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana gempa bumi”, harapnya.
Sebagai pemateri, Staff BPBD kota Surabaya Rizky Ayu Indrawati Arief, S.Sos. menjelaskan, jenis bencana ada tiga yaitu bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.
“Bencana alam misalnya banjir, gempa bumi dan lain sebagainya, bencana non alam misalnya banjir karena sampah ulah manusia, dan bencana sosial misalnya kebakaran, tawuran, bertengkar dengan teman dan lain sebagainya”, terangnya.
Lanjut Rizky Ayu, bencana alam yaitu suatu peristiwa yang disebabkan oleh faktor alam dimana Indonesia merupakan supermarket bencana karena diapit oleh dua benua.
“Potensi bencana di Surabaya antara lain gempa bumi, angin puting beliung, banjir ROB atau pasang air laut, serta cuaca ekstrim, sedangkan potensi bencana non alam diantaranya kebakaran, kecelakaan, epidemi atau pandemi dan konflik sosial”, imbuhnya.
Sementara itu, Sub Koordinator Kesiapsiagaan BPBD kota Surabaya Drs. Widyo Nugroho menambahkan simulasi dan sosialisasi bencana alam gempa bumi sejak dini sangat penting bagi anak SD sehingga bisa mengantisipasi ketika terjadi gempa.
“Para siswa sejak dini harus mengetahui apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana gempa bumi, bagaimana harus sembunyi dan berlindung ditempat-tempat yang aman seperti dibawah meja atau kursi”, terangnya.
Widyo melanjutkan, jika sejak dini sudah mengetahui bagaimana cara berlindung, maka korban bencana gempa bumi bisa diminimalkan seperti negara Jepang, anak sejak PAUD sudah diedukasi bagaimana jika terjadi gempa. Tugas BPBD kota Surabaya juga terus mengedukasi instansi-instansi, baik SD, SMP maupun perusahaan.
“Mudah-mudahan dengan kegiatan simulasi dan sosialisasi bencana alam gempa bumi, anak-anak bisa mandiri apabila terjadi bencana alam gempa bumi”, harapnya. (Yuda Panuluh)