BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Dalam memperingati Hari Ibu, program studi Kriya Tekstil dan Fashion (KTF) UM Bandung menggelar pameran kain dan kebaya ibu edisi kedua pada Kamis (22/12/2022).
Berlokasi di Selasar Gagas UM Bandung, hadir pada acara yakni Rektor UM Bandung, Dekan Fakultas Soshum, Ketua Program Studi Kriya Tekstil dan Fashion, mahasiswa, dan tamu undangan lainnya.
Acara secara resmi dibuka dengan live painting oleh Rektor UM Bandung Prof Dr Ir Herry Suhardiyanto MSc IPU dan juga tamu undangan lainnya.
Ada berbagai rangkaian acara lain dalam pameran ini, di antaranya fashion show dari para mahasiswa KTF dan pembacaan puisi.
Ketua Pelaksana Wanda Hamidah mengatakan pameran tersebut menjadi pengingat kepada semua orang akan jasa dari para perempuan atau ibu. ”Pameran ini menjadi penghargaan bagi para perempuan Indonesia yang zaman dahulu juga memakai kebaya,” ucap Wanda.
Sebanyak 18 jenis kain maupun batik yang dipamerkan dalam acara ini berasal dari para perempuan inspiratif di Indonesia.
”Karena hari ini memperingati Hari Ibu, karya-karya yang ada pun berasal dari perempuan juga, seperti istri Gubernur Jawa Barat Atalia Praratya dan salah satu artis yakni Paramitha Rusady,” tutur Wanda.
Kain dan kebaya menurut Wanda menjadi ciri khas para perempuan Indonesia yang sudah ada sejak zaman dahulu. ”Karya-karya di sini juga menjadi penghargaan bagi para pahlawan dahulu khususnya pahlawan perempuan,” kata Wanda.
Peran perempuan
Sementara itu Ketua Prodi KTF UM Bandung Dra Saftiyaningsih Ken Atik MDs menjelaskan bahwa pameran ini menjadi kedua kali bagi prodinya yang sebelumnya diadakan pada 2017.
Pameran itu menurut Ken menjadi salah satu inspirasi dan pergerakan perempuan yang ada di Indonesia. ”Ini menjadi representatif tentang perempuan itu sendiri, baik itu inspiratif, kreatif, anggun, lembut, mandiri, dan terhormat,” ungkap Ken.
Ken menjelaskan, banyak sekali peran bagi perempuan untuk menjadi seseorang yang inspiratif. ”Tidak hanya soal fisikly, kita juga bisa mengambil peran dalam kegiatan yang sifatnya sosial, ekonomi, budaya, bahkan politik,” tegas Ken.
Ken pun menuturkan bahwa perempuan dengan sikap dan perjuangannya selama ini tidak bisa diabaikan begitu saja. ”Kita perempuan harus tetap mengambil peran aktif dalam bidang apa pun, bukan hanya peran-peran yang ada pada ruang domestik saj Prodi Kriya Tekstil dan Fashion (KTF) Universitas Muhammadiyah Bandung (UM Bandung) dan seniman Cianjur menggelar art healing.
Art healing bagi anak-anak korban gempa Cianjur tersebut merupakan bentuk kepedulian kampus dan insan seni terhadap mereka yang terdampak gempa.
Ketua Prodi KTF UM Bandung Dra Saftiyaningsih Ken Atik MDs mengatakan program art healing bagi anak-anak di Cianjur merupakan inisiasi para dosen KTF.
“Karena wilayah kita di bidang seni, maka kita bekerja sama dengan seniman Cianjur untuk memulihkan anak-anak dari trauma pasca gempa,” ungkap Ken Atik di sela-sela kegiatan pameran kain dan kebaya untuk memperingati Hari Ibu di selasar gagas UM Bandung, Kamis 22 Desember 2022.
Dengan demikian, ungkap Ken Atik, prodi KTF dan seniman Cianjur sedang menyiapkan peralatan yang dibutuhkan. “Di antaranya peralatan gambar. Alat-alat itu nanti kita serahkan kepada anak-anak di Cianjur,” kata pengurus Yayasan Batik Jawa Barat itu.
Art healing berkelanjutan
Ken Atik mengingatkan bahwa upaya yang dia lakukan bersama insan seni Cianjur terhadap anak-anak korban gempa bukanlah terapi. “Kita menyebutnya sebagai art healing, bukan terapi,” ucap Ken Atik yang juga pegiat batik Sunda itu.
Adapun dana untuk mendukung kegiatan art healing, sambung dosen KTF UM Bandung itu, berasal dari para donatur. “Semua donasi dari donatur. Jadi, selama donatur masih memberikan bantuan, maka art healing terus berjalan,” terang Ken Atik.
Bahkan, kata Ken Atik, beberapa mahasiswa KTF UM Bandung sudah membantu sebagian anak-anak korban gempa sejak musibah itu terjadi. “Sebagian dari mereka ada yang menginap, juga ada pula yang bolak-balik,” papar pemilik akun Instagram @ken_atik itu.
Program art healing, tambah Ken Atik, tak hanya berfokus di Cianjur, tetapi juga di wilayah lain yang terkena bencana. “Kita tidak berharap ada bencana, tapi andai di daerah lain ada kejadian serupa, kita siap bantu,” tutup Ken Atik yang mengenakan kebaya warna toska. (CH/FK/MAF)