Keteladanan KH AR Sutan Mansur untuk Generasi Muslim
Oleh: Tito Yuwono, M.Sc
Kaum Muslimin di tanah melayu mestilah bersyukur mempunyai banyak tokoh yang menjadi teladan terutama dalam berjuang untuk ummat. Dengan mempelajari biografi beliau akan memantik hati untuk ikut mempunyai semangat berjuang. Salah satu tokoh ummat Islam adalah KH Ahmad Rasyid Sutan Mansur. Beliau merupakan murid sekaligus menantu dari Haji Rasul (Haji Abdul Karim Amrullah) yang merupakan ayahanda dari Prof Hamka. Dan kemudian KH AR Sutan Mansur menjadi salah satu guru dari Hamka.
Menurut Buku 100 Tokoh Muhmmadiyah yang menginspirasi, Beliau lahir Maninjau Sumatera Barat 15 Desember 1895. Beliau merupakan seorang tokoh yang semangat menuntut ilmu dan berdakwah. Beliau belajar berbagai cabang ilmu agama seperti aqidah, fikih ibadah, Bahasa Arab, tafsir Quran, dan tafsir hadis ke Haji Rasul.
Setelah menikah beliau berdagang kain batik di Pekalongan serta berdakwah. Di Pekalongan inilah beliau banyak berinteraksi dengan KH Ahmad Dahlan. Sering mengikuti pengajian-pengajian KH Ahmad Dahlan. Ada sesuatu yang membuat beliau tertarik utamanya adalah keseimbangan antara ilmu dana mal yang diampaikan oleh KH Ahmad Dahlan. Jika selama ini beliau banyak mengkaji ilmu agama dan mendakawahkannya, maka dari KH Ahmad Dahlan mendapatkan pengalaman yaitu pergerakan amalnya. Yang sebelumnya beliau hanya berkutat dengan ilmu agama, maka setelah banyak mengaji dengan KH Ahmad Dahlan mendapatkan pengajaran pengamalan dari ilmu agama yang dikuasai.
Kita mengetahui bahwa KH Ahmad Dahlan selain berdakwah bagaimana aqidah dan ibadah dalam Islam dilaksanakan secara baik sesuai Alquran dan Hadis, juga sangat perhatian terhadap ibadah-ibadah yang wujudnya dalam bidang social seperti membantu orang-orang lemah dengan teologi al-ma’unnya, perhatian terhadap pendidikan masyarakat, maupun kesehatan masyarakat. Pernah KH Ahmad Dahlan mengulang-ulang tafsir Al-Ma’un, sampai jamaah nya bertanya bahwa kita sudah paham surat Al-Ma’un. Kemudian KH Ahmad Dahlan menjawab kalian belum paham sampai kalian mengamalkan isi surat al-ma’un ini. Akhirnya Beliau masuk Muhammadiyah pada Tahun 1923.
Kemudian Beliau menghidupkan Muhammadiyah pada tahun 1925 smapai 1927 di Sumatera Barat maupun Aceh. Dan pada tahun 1930 beliau menjadi ketua konsul Muhammadiyah bagian Sumatera. Sehingga ketika Bung Karno dalam pembuangan di Bengkul Pada tahu 1938, beliau menjadi penasehat agama Bung Karno.
Menurut Buku 100 Tokoh Muhammadiyah yang Menginspirasi, Beliau menjadi ketua umum Muhammadiyah pada Tahun 1953-1956 dan 1956-1959 melalui kongres ke 32 dan ke 33 di Purwokerto dan Palembang. Pada Tahun 1956 di Kongres Muhammadiyah Palembang, Beliau mempunyai program-program strategis diantaranya penguatan tauhid, menyempurnakan ibadah, mempertinggi akhlaq, memperluas pengetahuan serta menggerakkan Muhammadiyah dengan penuh semangat dan keyakinan, memberikan keteladanan (uswatun hasanah), memperbaiki admainistrasi, meningkatkan mutu generasi. Sunnguh hal ini merupakan rencana strategis yang sangat baik dan gagasan yang brilian.
Saya suka mendengarkan rekaman ceramah-ceramah Beliau, walaupun diulang-ulang namun tidak bosan untuk mendengarkan lagi. Ceramahnya yang lantang sebagai tanda keluar dari hati yang terdalam serta satunya kata dan perbuatan. Di dalam sebuah pengajian dengan topik memenuhi panggilan Allah, mematuhi panggilan Nabi. Beliau sampaikan bahwa diluar daripada itu laa hayaa, tidak ada hidup yang ada hanya kematian. Sama dengan kesengsaraan, sengsara ruh, sengasara akibat yang akan menunggu di belakang, wakaupun saat itu terlihat senang karena berkecukupan. Yang dibangun paling fundamental adalah nilai, yaitu nilat ketaatan pada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Selain berdakwah dengan lisan beliau juga aktif dakwah melalui tulisan. Beberapa tulisan beliau adalah Jihad, Seruan Kepada Kehidupan Baru, Tauhid Membentuk Kepribadian Muslim, Ruh Islam.
Pelajaran-Pelajaran dari KH AR Sutan Mansur Rahimahullah
Ketika kita membaca biografi sang tokoh, maka hal terpenting adalah kita mengambil hikmah dan keteladanan dari tokoh tersebut, termasuk keteladanan KH AR Sutan Mansur ini. Mengambil pelajaran dan ibroh untuk menambah semangat kita dalam melangkah ke depan. Banyak sekali keteladanan yang Beliau berikan. Di antara keteladanan yang kami tulis pada artikel singkat ini adalah pelajaran menuntut ilmu, mengamalkan ilmu, berdakwah dan berorganisasi.
-Pelajaran Menuntut Ilmu
Beliau menuntut ilmu semenjak beliau dan semangat belajar menuntut ilmu beliau di semua cabang ilmu agama sangat baik karena pandangannya akan lebih komprehenshif. Baik Aqidah, fikih ibadah, Bahasa Arab, tafsir Quran maupun tafsir hadis yang semuanya saling berkaitan. Maka kita sebagai generasi penerus meneruskan semangat menuntut ilmu Beliau. Mumpung kita masih muda dan diberikan kesempatan. Dan saat ini, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama bidang IT sangat mudah untuk menuntut ilmu.
-Pelajaran Berdakwah
Perjuangan dalam berdakwah Beliau luar biasa. Dimanapun keberadaan Beliau digunakan untuk mendakwahkan Islam. Ketika di Pekalongan, sambal berdagang, Beliau berdakwah. Sampai Beliau kembali ke Sumatera melanjutkan dakwah di Sumatera dan Aceh. Kemampuan Beliau berdakwah melalui lesan dan tulisan luar biasa. Suara yang lantang, pilihan kata-kata yang menarik dan runtut, dengan nilai sastra yang tinggi sebagaimana khas Melayu akan menarik bagi siapa yang mendengarkan. Selain dakwah melalui lesan, Beliau juga dakwah melalui tulisan-tulisan sebagaimana disampaikan di atas. Dakwah melalui media tulisan sangat bermanfaat dan jangkuannya sangat luas.
-Pelajaran Berorganisasi
Komitmen dan semangat Beliau dalam berorganisasi luar biasa. Beliau terbiasa di medan dakwah yang sulit dan penuh tantangan, namun Beliau tetap dakwah dengan gigih dan istikamah. Gagasan-gagasan Beliau untuk keberlanjutan dan membesarkan organisasi luar biasa. Sebagaimana dituangkan dalam program-program Beliau selama memimpin. Organisasi memerlukan tipe-tipe orang seperti Beliau. Yakni orang yang tangguh dalam berdakwah, memegang prinsip dan nilai organisasi serta berinovasi dalam mengembangan organisasi.
Demikian tulisan ringkas ini, semoga mengispirasi dan menambah semangat kita untuk menuntut ilmu, mengamalkan secara konsisten, berdakwah ke masyarakat dan berpartisipasi untuk akselerasi organisasi.
Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib
Tito Yuwono, M.Sc, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta