YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Umat Islam patut bersyukur dipersatukan dalam karunia terbaik dengan Tauhid Al-Ummah. Oleh karena itu umat Islam memiliki tanggung jawab yang harus dibangun. Yaitu mendidik diri pribadi maupun masyarakat untuk berdakwah dengan tujuan membentuk umat terbaik (kuntum khairu ummah).
Jawatankuasa Fatwa Negeri Perlis Malaysia Prof Madya Dr Akram bin Dahlan dalam rangkaian kunjungan delegasi Mufti Perlis ke Muhammadiyah di Yogyakarta menegaskan perlu kesadaran bersama dan kolektifitas memperkuat Islam sebagai ummatan wahidah (umat yang satu).
“Kita memberi satu nilai yang telah diberikan oleh Allah SwT dalam Al-Qur’an sebagai sumber kehidupan kita, berdasarkan apa yang telah dilaksanakan dan dilakukan oleh Rasulullah saw menyatukan umat Islam sebagai umat yang satu,” ungkap Akram bin Dahlan dalam Tabligh Akbar “Tauhid Al-Ummah” di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis (2/3/2023).
Akan tetapi, Allah SwT menjadikan manusia berbagai latar belakang, seperti halnya berbeda warna kulit, suku bangsa, berbeda bahasa dan lain sebagainya. Maka umat manusia diperintahkan untuk saling mengenal (ta’aruf) dan dalam perbedaan tersebut kembali kepada asas “sebaik-baik kita adalah yang bertakwa kepada Allah SwT.”
Narasumber kedua Tabligh Akbar “Tauhid Al-Ummah” masih dari Jawatankuasa Fatwa Negeri Perlis Malaysia yaitu Prof Dr Azman Mohd Noor. Dirinya mengingatkan dengan adanya perbedaan jangan sampai terjadi perpecahan. Seperti jamak terjadi dalam rentang sejarah adanya pergolakan, perpecahan, dan permusuhan salah satu penyebabnya adalah karena kejahilan (kebodohan).
Prof Dr Azman Mohd Noor menyampaikan bahwa di mana pun umat islam adalah saudara. “Walaupun tidak dapat dinafikan manusia memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda tetapi kita haruslah mengutamakan bekerjasama, persaudaraan, dan silaturahmi,” ungkapnya.
Kerjasama bukan hanya dalam keagamaan, tetapi dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, budaya dan berbagai bidang lainnya. Seperti sabda Rasulullah saw, “Allah SwT suka kepada kamu tiga perkara: menyembah Allah dan tidak menyekutukan Allah dengan apapun, Allah suka kamu bersatu padu dan jangan kamu berpecah belah.”
Sementara itu Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr M Saad Ibrahim nguraikan ada beberapa ungkapan yang selaras dengan Tauhid Al-Ummah, yaitu wahdatul ummah (keadaan suatu ummat yang menyatu) dan ittihadul ummah (persatuan atau upaya menjadikan umat yang menyatu). Di dalam Al-Qur’an terdapat 64 ungkapan yang berasal dari kata ummah, umam, dan lain sebagainya.
Saad Ibrahim menyebut Tauhid Al-Ummah bukan hanya berarti umat yang bertauhid (mengesakan Allah SwT), namun ummah dapat bermakna masyarakat dan bisa juga berarti jamaah. Ummah memiliki berbagai karakteristik yaitu suatu kumpulan, memiliki kohesifitas, memiliki kekuasaan, memiliki wilayah, memiliki struktur, memiliki kesamaan satu sama lain, memiliki ideologi yang sama, dan memiliki tujuan yang sama.
“Ketika ada sebuah komunitas maka ini memenuhi salah satu unsur dari ummah, tapi tidak cukup ada komunitas yang berupa jamaah, tetapi juga harus ada kohesifitas, kelekatan antara satu sama lain,” ungkap Saad Ibrahim. Begitu juga unsur lainnya perlu menjadi perenungan umat Islam untuk adanya gerak bersama dan tujuan bersama mewujudkan kejayaan Islam.
Salah satu upaya untuk membentuk Tauhid Al-Ummah hingga umat terbaik yaitu diaspora dalam berdakwah. Hal ini terbukti menjadi langkah jitu menyebarkan Islam seperti telah terasa di Indonesia maupun Malaysia.
Oleh karena itu, umat Islam telah dikaruniai oleh Allah SwT dengan berbagai nikmat hingga disebut umat yang terbaik (khairu ummah). Selanjutnya, untuk menjadi umat terbaik perlu kebersamaan dan semangat dakwah. Termasuk menyebar ke berbagai penjuru negeri menyebarkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin). (Riz)