Puasa yang Bermakna, Kajian Masjid Islamic Center UAD

Puasa yang Bermakna, Kajian Masjid Islamic Center UAD

Foto Ilham/SM

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Hari kedua menjalankan ibadah puasa, milyaran orang islam mencari Ramadhan yang bermakna. Di antara dua sifat masa yang bukan bertambah namun berkurang, dan hanya sekali tidak bisa diulang. Buka Rahmadi Wibowo dalam kajian menjelang berbuka sebagai pengingat pada jamaah agar senantiasa beryukur atas umur yang telah Allah berikan.

Pada jum’at pertama bulan Ramadhan ini Rahmadi mengingatkan agar puasa yang dijalani sepanjang bulan menjadi puasa yang bermakna.

” Bahkan bukan hanya puasa saja yang bermakna, namun kita ingin setiap aktivitas juga bermakna. Ingin hidup menjadi berarti. Yaitu hidup sesuai dengan yang diinginkan oleh Allah swt.”

Islam memiliki beberapa kekhususan. Pertama adalah nilai-nilai ilahiayah/rabbaniyah. Yakni berdasar pada nilai-nilai ketuhanan, di mana Allah lah yang menjadi sumber dan yang mengatur seluruh alam. Termasuk diantaranya ialah perintah dan larangan bagi umat manusia.

Kedua adalah ittiba’, yakni mengikuti syariat nabi Muhammad saw dan hanya nabi Muhammad saw saja. Sebagaimana berpuasa mulai dari terbit sampai terbenam matahari. Menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan suami isteri di siang hari. Bukan berpuasa dari berbicara selama 3 haribtiga malam seperti yang pernah dilakukan Nabi Zakaria yang menjadi tanda akan datangnya anugerah Allah berupa seorang anak.

Bukan juga puasa-puasa lain seperti puasa mutih, dan lainnya yang bukan berasal dari Nabi Muhammad. Ittiba’ terhadap Nabi Muhammad ini terutama sekali adalah ittiba’ terkait ibadah mahdhah.

Ketiga adalah akhlakiyah. Artinya harus benar dan baik kemudian meningkat menjadi bagus dan indah. Sebagaimana orang berpakaian, jika hanya benar maka cukup menutup bagian aurat dengan celana saja, tidak perlu memakai baju.

Dipakaikanlah pakaian batik, pecis, dan parfum, sehingga meningkat dari benar dan baik, ditambah menjadi bagus dan indah. Apabila itu makan, maka bukan hanya halal, tapi diikuti dengan thayib. Makan saat lapar, berhenti sebelum kenyang, dimulai dengan membaca bismillah dengan harapan mendapat berkah.

 

Agar aktivitas menjadi bermakna:

1. Niat harus iklas, tulus, murni.

“Surat al Ikhlas artinya surat pemurnian. Memurnikan dari keyakinan dari yang tidak murni.”

Terdapat perkataan yang indah sekali dari seorang tabi’in bernama Ya’kub ibn Makfuf w-205.
المخلص من يكتم حسناته، كما يكتم سيئاته
” Orang yang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebaikannya, sebagaimana ia menyembunyikan keburukannya “.

Tidak semua pekerjaan harus dipamerkan, namun tidak semua juga harus disembunyikan atau boleh saja dinampakan.

2. Berkualitas. Kualitas meliputi Halal kemudian Shaleh. Benar dan menggunakan aturan-aturan agama. Pekerjaan apapun yang menggunakan peraturan agama menjadi mulia, tanpa aturan agama pekerjaan menjadi terhina.

 

Puasa menjadi bermakna

1. Tidak berdusta dan meninggalkan kejahiliyahan.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

” Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan berbuat keji, maka Allah tidak butuh (atas usahanya) dalam menahan rasa lapar dan dahaga “. HR. Bukhori : 1903

2. Mengendalikan amarah

وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ

“…maka apabila suatu hari salah seorang dari kalian sedang melaksanakan puasa, maka janganlah ia berkata keji nan kotor, serta bertengkar nan berteriak-teriak. Jika ada orang lain yang menghinanya atau mengajaknya berkelahi, maka hendaklah ia katakan “Aku sedang puasa…” HR. Bukhori : 1905

3. Bukan semata aktifitas fisik (tidak makan, minum, dan berkumpul)
4. Makna puasa : Merealisasikan nilai-nilai ajaran islam (tidak dusta, jahil) di bulan Ramadhan dan selain Ramadhan
5. Membangun kekuatan moral
6. Bentuk menjaga amanah
7. Menjauhkan sifat rakus
8. Mengendalikan nafsu syahwat

(ilham)

Exit mobile version