YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Risalah Islam Berkemajuan (RIB) merupakan keputusan penting dalam Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta pada 18–20 November 2022 lalu. Hasil pemikiran ini tidak muncul begitu saja, tetapi telah melalui proses dan dinamika yang cukup panjang.
Munculnya istilah Islam Berkemajuan yang telah menjadi “brand” Muhammadiyah dikaji secara komprehensif dalam Pengajian Ramadhan 1444 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang bertajuk “Risalah Islam Berkemajuan: Aktualisasi dalam Persyarikatan, Umat, dan Bangsa”. Tepatnya dalam materi pertama yang membahas “Islam Berkemajuan dalam Sejarah Peradaban Islam di Dunia dan Indonesia”, di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jum’at (24/3/2023).
Hadir menjadi narasumber yaitu Anggota Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah Mu’arif, MPd, Guru Besar Emiritus Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) Prof Achmad Jainuri, MA, PhD, dan Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015 Prof Dr M. Din Syamsuddin, MA.
Dalam materiya, Mu’arif memaparkan makalah terkait Tafsir Awal Gagasan Islam Berkemajuan dari berbagai pemikiran tokoh Muhammadiyah masa awal seperti Pemikiran KH Ahmad Dahlan, Haji Fachrodin, dan Siti Bariyah. Termasuk mengungkap berbagai khazanah klasik sebagai Sebuah Ikhtiar Melacak Sanad Keilmuan Islam Berkemajuan.
Istilah Islam Berkemajuan tercatat dalam sebuah pertemuan pengajaran bersama murid-murid perempuan, KH Ahmad Dahlan berpesan, “Dadiyo kyai sing kemajuan lan aja kesel-kesel anggonmu nyambutgawe kanggo Muhammadiyah”.
“Setelah lulus belajar agama dan mendapat ijazah dari Sayyid Bakri Syatta, Muhammad Darwis berganti nama menjadi ‘Ahmad Dahlan’,” ungkap Mu’arif. Inspirasi nama “Ahmad Dahlan” tersebut disinyalir berasal dari tokoh terkemuka bernama Sayyid Ahmad Zaini Dahlan.
Salah seorang muridnya yang bernama Syekh Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadaniy Al-Makkiy menyebutkan bahwa Sayyid Bakri Syatta adalah Ulama terkemuka mazhab Syafii di Makkah yang menjadi salah satu murid Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Mufti di Makkah.
Syekh Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadaniy Al-Makkiy lewat-karya-karyanya dapat menjadi jalur transmisi keilmuan Islam Berkemajuan karena ia salah seorang murid dari Syekh Baqir bin Nur Al-Jokjawiy Al-Jawiy.
Syekh Baqir bin Nur Al-Jokjawiy Al-Jawiy merupakan salah satu di antara 26 ulama nusantara berpengaruh pada zamannya yang menetap dan mengajar di Makkah. Ketika naik haji kedua kalinya, KH Ahmad Dahlan atas Jasa Syekh Baqir, bertemu dan berdialog dengan Syekh Rasyid Ridha.
Dalam kitab Tasynif Al-Asma’ bi Syuyukh Al-Ijazah wa Al-Sima’ Jilid 1 nama Syekh Baqir bin Nur Al-Jokjawiy Al-Makkiy menempati urutan ke-3 sebagai ulama nusantara berpengaruh di Makkah. Murid-muridnya antara lain KH Zubair Dahlan, Syekh Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadaniy, Kiai Mahfudz bin Abdussalam (ayah Kiai Sahal Mahfudz Pati), hingga Syekh Zainuddin Bawean.
Prof Achmad Jaenuri menyebutkan bahwa nilai dan karakteristik Islam Berkemajuan yang sedang digali oleh Muhammadiyah itulah yang dulu melahirkan Peradaban Islam. Peradaban Islam Dunia lahir dari tatanan masyarakat yang oleh Ibnu Khaldun disebut Umran Hadlarah, yang memiliki ciri masyarakat cosmopolitan.
Menurutnya Guru Besar Emiritus UMSIDA tersebut inti dari peradaban adalah ilmu pengetahuan. Seperti saat kejayaan dan masa keemasan peradaban Islam dengan adanya Baitul Hikmah yang melahirkan berbagai ulama besar dan para ilmuan muslim. Pernyataan ini diperkuat dengan mengutip ilmuan Amerika Ian Bremmer, “The West stole 1001 inventions form Muslims.” Termasuk pernyataan CEO Tesla Elon Musk bahwa peradaban Islam muncul saat peradaban Yunani – Romawi tenggelam.
Sementara itu, Prof Dr M. Din Syamsuddin mengusulkan agar sudah saatnya Islam Berkemajuan tampil di aras global. Dirinya Islam Berkemajuan bisa disebut sebagai world view (pandangan dunia) yang dapat menjadi sebuah model dan diakui di luar negeri. Namun, Risalah Islam Berkemajuan perlu perlu diperkuat dengan dasar kosmologi tentang cita-cita sosial membangun peradaban. (Riz)