KUDUS, Suara Muhammadiyah – Pengajian rutin Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) dengan daring dibuka oleh Dr. Ns. Rusnoto, SKM, M. Kes (Epid) Rektor Universitas Muhammadiyah Kudus, dan menghadirkan pembicara sesi pertama Prof. Dr. H. Bambang Setiaji, M. Si, Senin 27 Maret 2023.
Bambang Setiaji, yang juga Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah (Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah) menyampaikan materi tentang Program Ad Hoc Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah masa jabatan 2022 – 2027, yaitu Pertama, Penguatan Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK). Kedua, Perguruan Tinggi Muhammadiyah ’Aisyiyah (PTMA) Dalam Genggaman. Ketiga, Program 5.000 Doktor. Keempat, Program 100.000 Publikasi. Kelima, Education Invesment.
Sedangkan Pembicara kedua, Prof. Achmad Jainuri, M. A., Ph.D menyampaikan materi “Aplikasi Pengembangan Sumber Daya Manusia Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA)Yang Unggul dan Islami”, yang dihadiri Pengurus Badan Pembina Harian, Dosen dan tenaga Kependidikan UMKU
Achmad Jainuari yang juga Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Universias Muhamadiyah Sidoarjo (UMSIDA) menjelaskan dalam Pendidikan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang sangat penting, apalagi pengembangan PTMA diarahkan menjadi Lembaga Pendidikan yang unggul, profesional dan Islami, sedangkan untuk mewujudkannya dengan keunggulan SDM tersebut hanya nampak dalam sebuah sistem PTMA
Achmad Jainuari yang juga guru besar Universitas Muhammadiyah Sidoarjo menjelaskan bahwa diperlukan Evaluasi Menuju SDM Unggul karena SDM menjadi pusat penggerak PTMA.
Adapun evaluasi tersebut, yaitu Evaluasi terus dilakukan untuk memenuhi tuntutan perkembangan: dosen harus Magister (S-2), sedangkan ke depan berlatar belakang Doktor (S-3), memiliki karya ilmiah, dan lain lain. Evaluasi dan pembenahan terus dilakukan karena sebagian besar PTMA ini berdiri tidak atau belum memenuhi persyaratan ideal SDM seperti yang diharapkan.
Hal ini karena, Pertama, Kondisi masih sangat longgar: berdiri dulu baru kemudian lapor. Kedua, Ghirah warga Muhammadiyah memiliki amal usaha Pendidikan tinggi sangat besar. Ketiga, Sedikit bicara banyak kerja. Keempat, Modal terbatas.
Achmad Jainuri menjelaskan kembali bahwa keunggulan dalam sebuah sistem PTMA, yaitu Pertama, Keunggulan dan Profesionalitas bisa berfungsi dengan baik hanya ada dalam sebuah sistem yang mapan. Kedua, Tenaga professional dari level dan jenis Pendidikan yang berbeda menyatu menjadi satu kesatuan yang utuh dengan aspek Pendidikan yang lain dalam mencapai tujuan PTMA (minimal memenuhi tuntutan memperoleh akreditasi unggul).
Ketiga, Meskipun SDM cukup memadai tetapi kalau sistem tidak berjalan, akan sia-sia: bandingkan Malaysia dan Indonesia dalam dunia Pendidikan di kedua negara ini. Keempat, Para stakeholders PTMA itu adalah sosok yang selalu tidak puas dengan apa yang ada sekarang, mereka ini selalu ingin merubah apa yang ada menjadi yang seharusnya.
Kelima, Perubahan bisa terjadi apabila tujuh unsur ini semuanya ada. Salah satu unsur saja tidak berfungsi akan sulit terjadi perubahan. Tiadanya visi akan berantakan; misi tidak berjalan akan membingungkan; tidak ada pembagian tugas akan menyebabkan rawan konflik; tiadanya tenaga terampil/professional akan meragukan; tidak ada insentif perubahan akan berjalan lamban; tidak ada sumber daya akan meragukan perubahan bisa terjadi; dan jika tidak ada action plan, ini menandakan awal yang keliru. Karenanya, semua unsur yang disebutkan di atas itu harus ada jika perubahan ingin terjadi.
Keenam, SDM yang memiliki komitmen terhadap Islam: mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam Berkemajuan
Ketujuh, Komitmen terhadap Persyarikatan: taat terhadap semua aturan dan undang-undang yang dikeluarkan oleh Persyarikatan. (Supardi)