YOGYAKARTA. Suara Muhammadiyah- Salah satu rangkaian kegiatan Ramadhan Di Kampus (RDK) 1444 H. Masjid Islamic Center UAD yakni digelarnya kajian Dhuha. Kajian Dhuha kali ini dimulai dari pemateri dr. Agus Taufiqurrahman, S.Ps., M.Kes. (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Pembinaan Kesehatan Umum, Kesejahteraan Sosial dan Resiliensi Bencana) pada hari Senin (27/03)
Di hari ke-5 ini di bulan Ramadhan, dr. Agus mengajak para jama’ah untuk senaniasa bersyukur atas nikmat yang sudah Allah berikan. Pertama, salah satu nikmat tersebut yaitu diberi kesempatan untuk bertemu di bulan Ramadhan 1444 H.
“Karena itu diharapkan Ramadhan kali ini harus istimewa, sebab kita tidak tahu Ramadhan tahun ini yang terakhir atau tidak. Yang pasti Ramadhan kali ini tidak bisa berbuka puasa dengan orang-orang dekat kita yang dulu bersama. Maka kalau pun ramadhan ini jadi Ramadhan terakhir, kita gunakan sebaik-baiknya.” Ujarnya.
Kemudian ada dua pemaknaan Ramadhan menurut Prof Quraish Shihab. Pertama, mengasah batin dan keimanan seorang hamba. Karena dengan itu bisa mencapai tingkatan yang tinggi yaitu muttaqin sesuai dalam Q.S. Al-Hujurat ayat 13. Maka jika sudah diasah, melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan semakin kuat keimanannya. Kedua¸ dimaknai membakar yaitu dosa-dosa seorang hamba yang meminta ampunana kepada-Nya, walaupun dosanya menggunung tetap ampunan-Nya lebih luas dari itu.
“Ini Ramadhan, di mana kita bisa mensucikan diri, yang kalau sudah dibersihkan ciri orang sukses Ramadhan gambaran pribadi muttaqin itu adalah dia tidak akan mengulangi perbuatan maksiat itu karena Dia maha mengetahui”. Tegasnya.
Lalu Kedua, beliau menyampaikan untuk tidak menyia-nyiakan di bulan Ramadhan tahun ini. Sebagaimana dalam hadis “Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan buahnya kecuali rasa lapar dan haus” (H.R. Ibnu Majah no. 1690).
Terkait puasa dengan kesehatan. Ini selaras dengan hadis yang berisi tentang dua nikmat yang kebanyakan manusia tidak mensyukuri dengan nikmat tersebut. Yaitu kesehatan dan waktu luang. Dr Agus mengingatkan bahwa waktu luang itu menjadi sesuatu yang diingatkan oleh nabi saw dan kesehatan itu bukan segalanya tapi segalanya itu tidak bisa dinikmati jika tidak sehat.
Maka salah satu pesan nabi tentang 5 perkara sebelum 5 perkara, salah satunya yaitu jaga sehatmu sebelum sakitmu. Karena sehat itu tidak bisa dibeli, sehingga ketika seseorang sehat itu harus dijaga kesehatannya.
Setelah itu, cara mensyukuri nikmat yang sudah Allah berikan yaitu tidak melakukan perbuatan yang mengancam kepada kebinasaan. Seperti halnya makanan halal itu bisa jadi tidak baik ketika dilakukan secara berlebihan.
Ada satu penelitian dari ahli kesehatan bahwa puasa itu tidak mendatangkan penyakit tetapi sebaliknya. Karena puasa itu mendukung badan untuk sehat dan ibadah menjadi semakin hebat dan kuat.
Menurut WHO pengertian kesehatan jiwa yaitu kemampuan adaptasi dengan dirinya dan alam sekitar, sehingga merasakan senang, bahagia, hidup dengan lapang, berperilaku sosial yang normal dan mampu menerima dan menghadapi berbagai kenyataan hidup. Jika kelainan jiwa dalam sudut pandang sekuler yaitu penyakit kejiwaan itu mulai dari neuros. Sedangkan Islam memandang, ditambahi ada akhlak tercela pada orang itu, sehingga mengalami gangguan jiwa.
Maka dari hal itu, puasa memiliki pengaruh pada jiwa manusia. Yaitu melatih seseorang untuk memiliki self control yang baik, terhadap peristiwa yang ada di lingkungan sekitarnya. Sesuai sabda nabi, “Jika mendapat kesenangan dia bersyukur dan syukur itu baik baginya. Dan jika mendapat musibah dia bersabar, maka sabar itu baik baginya”. (H.R. Tirmidzi). Dengan itu, apapun keputusan atau takdir yang Allah berikan, akan ridho dan ikhlas menerimanya. (Badru Tamam)