YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pada pertengahan menuju 10 hari terakhir Ramadhan kali ini, para jama’ah tarawih Masjid Islamic Center UAD masih setia menikmati ceramah sebelum shalat tarawih dimulai, sebagaimana biasanya. Di malam ganjil yang ke-19 ini hari Ahad (09/04), sebuah topik ceramah menarik kembali disampaikan oleh ustadz Djamaluddin Perawironegoro (Dosen Magister PAI UAD).
“Menurut tafsir pada surah Al-Qadr ayat 1-5, bahwasanya ada satu malam dalam bulan Ramadhan yang merupakan malam dimana Al-qur’an itu diturunkan. Nah, malam itu disebut dengan lailatul qadar. Lailatul qadar juga memiliki banyak istilah lain, yaitu; lailatus shorof, malam yang penuh dengan kemuliaan, lailatun mubarakah, malam penuh keberkahan, dan satu lagi yang tidak asing di telinga kita semua, yakni malam yang lebih baik dari seribu bulan, atau istilah arabnya khairun min alfi syahrin.” Terangnya.
Beliau kemudian melanjutkan, bahwa pada umumnya dalam tafsir Ath-Thabari disebutkan Al-Quran diturunkan dari langit ke langit dunia, yaitu pada malam lailatul qadar. Kemudian hal ini diperjelas dengan ayat lain dalam surah Ad-Dukhan ayat 3, yang berbunyi;
اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنٰهُ فِىۡ لَيۡلَةٍ مُّبٰـرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنۡذِرِيۡنَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan”.
Ayat diatas menerangkan bahwa Al-Qur’an itu diturunkan pada malam yang penuh keberkahan, juga memberi peringatan bagi manusia untuk berbuat kebajikan dan mengambil keputusan-keputusan dengan bijak, maka hal itu terdapat hikmah dari Allah swt.
Adapun keunikan dari lailatul qadar ini, disebutkan dalam suatu tafsir bahwa ia berada di antara salah satu malam di 10 malam terakhir tepatnya pada malam ganjil. Maka seorang hamba dianjurkan melakukan pada 10 malam hari terakhir dengan memperbanyak dan melengkapi malam-malam terakhir itu dengan ibadah yang disebut dengan i’tikaf.
Hal itu merupakan suatu amalan di mana seorang hamba berdiam diri di masjid dalam kurun waktu tertentu, kemudian melakukan amalan ibadah-ibadah tertentu, seperti; shalat fardlu, qiyamul lail, membaca Al-qur’an, dan juga berdoa sebanyak-banyaknya kepada Allah swt.
“Kami menghimbau kepada jama’ah sekalian, untuk meluangkan waktunya ber’itikaf dan bermuhasabah. Semoga dengan amalan ibadah puasa yang kita lakukan dari lahir kita sampai hari ini, kita dipertemukan dengan Ramadhan yang akan datang, serta diberikan kekuatan menjalani kehidupan 1 tahun yang akan datang, dan diberikan kemudahan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan, sehingga apa yang menjadi tujuan hidup kita, yaitu beribadah kepada Allah, menjalankan perintahNya, menjauhi laranganNya, menjadi sesuatu hal yang ringan dan lapang, agar itu menjadi bekal kehidupan kita di dunia dan akhirat,” tutupnya. (Siti Kamaria)