Perspetif Hikmah dan Mauizah
Oleh: Dr Masud HMN
Berdasarkan ilmu dakwah perpektif hikmah mauizah dan ahsan amatlah esensial. Menjadi penting karena dapat memberi cakrawala pikiran yang luas. Pikiran yang luas dan arif itu diperlukan.
Seperti dalam Al Qur’an surah Al Mujadalah ayat 125 terdapat dalil mengatakan yang maknanya,
Ajaklah orang ke jalan Alalh dengan hikmah dan mauisah hasanah dan berdiloog dengan mereka cara yang biaik; Sesunggunya Allah Maha pengampun dan penyayang
Pada ayat ini jelas bahwa mengajak orang itu dengan dialog dan diskussi disertai metode atau cara cara yang baik. Dilarang berdiskusi berdasar cara kurang baik atau kurang santun. Sesungguhnya tuhan itu senang memberi ampunan meski dakwahnya tidak santun
Kemudian ada tedapat kata “Himahm mauizah dan ahsan” tiga kata itu bertalian dengan cara memahami kondisi dalam pembasan satu masalah. Yaitu hikmah bijaksana ataua wise, mauizah atau santun dan hasanah yang baik dan ahsan yaitu bermanfaat.
Dalam hal itu menarik membahas politik umpamanya dikaitkan dengan pemahaman atau pemikiran mengenai kenyataan yang ada atau realitas. Antara satu fenomena tidak dapat dikaitkan hitam putih saja. Misalkan pada terminologi ideologi sukar menempatkan hitam putih saja.
Sehingga perlu terminologi atau pemahaman lain untuk menjelaskannya. Berangkat dari hikmah, mauizah dan ahsan tadi yang pada intinya harus wise, lemah lembut dan baik.
Maka disinilah urgensinya pemahaman yang lain dalam membahas paham tersebut. Maksudnya paham atau makna konsep itu jelas. Agar terhindar dari kekacauan pemikiran.
Ada kasus yang menarik tatkala perdebatan UUD tahun l950 dengan UUD 1945. Pemahaman yang jelas dalam diskusi yang bijak antara pemimpin di Konstituante. Yaitu menghindari yang salah dan yang benar pada UUDS 1950 dan mengatakan yang benar adalah UUD 1945.
Kata itu lahirlah integrasi yang disampaikan oleh Muhammad Natsir. Semua menerima; Integrasi Natsir tidak lain intinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari undang-undang tersebut bermuara pada integrasi tidak ada kata yang salah di situ.
Di sinilah kita apresiasi konsep Islam berkemajuan melampaui dapat anti TBC yang dicanangkan oleh Kiai Ahmad Dahlan ketika mula Muhammadiyah berdiri. Konsep anti TBC adalah suatu konsep brilian dan cerdas. Namun konsep Islam berkemajuan adalah intergrasi pemikiran dan pemahaman dari masyarakat desa dan kota. Desa dengan konsep tradisional dan anti TBC serta taklid datang dari Islam kota.
Dua kosep taklid dan tajdid perlu terintegrasi, jalan itu adalah Islam berkemajuan. Menjadi urgen sekarang ini karena tantangan masa depan umat manusia. Akhirnya marilah kita menyadari konsep Islam berkemajuan adalah konsep kita hari ini. Perlu kita laksanakan. Semoga sukses mengaplikasikan konsep tersebut.
Dr Masud HMN, Dosen Muhammadiyah Univeritas Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta