DEPOK, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Parungbingung, Pancoranmas, Depok, menggelar shalat Id di pelataran Masjid Jami Al-Hukama, Jumat (21/4). Imam sekaligus khatib yang bertugas dalam shalat Idul Fitri 1444 Hijriyah ini ialah Ustaz Wahyudin Halilintar.
Dalam khutbahnya, Ustaz Wahyudin mengingatkan agar umat Islam bisa mencapai takwa sebagaimana tujuan perintah berpuasa. Sebab, dia menjelaskan, hanya gelar takwalah yang akan menjadi jaminan di akhirat kelak.
“Semoga ibadah kita selama bulan Ramadhan diterima oleh Allah SWT,” ungkapnya, Jumat (21/4).
Selain meningkatkan ketakwaan, menurut Ustaz Wahyudin, satu hasil dari puasa Ramadhan adalah ampunan dosa. “Ramadhan menjadi ajang membersihkan dosa-dosa kita,” ujarnya.
Dia pun menjelaskan mengenai lima konsekuensi hukum dalam perspektif Islam, yakni wajib, sunah, mubah, makruh, dan haram. “Mana yang paling sering kita lakukan? Yang paling sering adalah yang bersifat mubah, seperti makan, minum, tidur, dan lain-lain,” kata dia.
Yang paling sering ialah memperturutkan hawa nafsu. Sebab itu, menurut dia, tubuh sebagai anugerah dari Allah harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. “Alih-alih digunakan untuk ibadah, tubuh kita digunakan untuk hal-hal yang bersifat dunia dan memenuhi nafsu saja, ini sangat disayangkan,” katanya.
Maka, bulan suci Ramadhan menjadi waktu khusus untuk belajar menahan, mendidik diri kita untuk mengendalikan hawa nafsu. “Banyak yang puasa hanya mendapat lapar dan haus saja. Banyak yang ibadah malam, hanya mendapat lelahnya saja,” ujar dia.
Sebab itu, Ustaz Wahyudin menjelaskan, umat Islam harus memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat. Sebagaiman Rasulullah berwasiat dalam sabdanya:
“Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.”
Maka, kata dia, puasa mengajarkan kita bagaimana mencegah kita memperturutkan hawa nafsu. Sebab, dia menjelaskan, menuruti hawa nafsu akan membawa umat manusia pada kebinasaan.
Rasulullah Saw bersabda, “Tiga perkara yang membinasakan adalah kekikiran yang dituruti, mengikuti hawa nafsu, dan kekaguman seseorang terhadap dirinya sendiri.”
Selain itu, Ustaz Wahyudin juga mengingatkan, menjadi kewajiban orang beriman untuk memperbaiki diri dan mengikuti jalan yang lurus, sebagaimana dicontohkan Nabi, sahabat, dan tabiin.
“Mari kita isi Syawal ini dan bulan-bulan berikutnya dengan menjadi insan yang lebih baik,” pesannya menutup khutbah. (Sholeh)