Lansia Bermakna, Lansia Bahagia

Siti Mahmudah Indah Kurniawati, S.Psi, Psikolog, M.A.P

Lansia Bermakna, Lansia Bahagia

Oleh: Siti Mahmudah Indah Kurniawati, S.Psi, Psikolog, M.A.P

Lansia atau lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas (Kementrian Kesehata RI, 2019). Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas dan merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.

Pada kelompok lansia ini akan terjadi suatu proses penuaan (aging proses) (WHO, 2018). Lansia adalah proses menjadi lebih tua dengan dimulai pra lansia Ketika umur mencapai 55 tahun keatas. Pada Lansia akan mengalami sebuah kemunduran fisik, mental, dan sosial.

Semua lansia adalah orang tua, kita sayangi lansia adalah sebuah kampanye yang harus terus disuarakan. Keberpihakan dalam arti perhatian yang perlu memperoleh dukungan dari berbagai kalangan. Sebagai realita sosial saat ini misalnya saja kita dapatkan bahwa lansia perempuan lebih banyak dibanding laki-laki.

Berdasarkan data hasil Survey Pengalaman Hidup Nasional Perempuan (SPHNP) 2016, hal yang miris kita temukan bahwa perempuan usia 50-64 tahun masih mengalami berbagai kekerasan seperti; kekerasan ekonomi (17,25%), kekerasan fisik yang dilakukan oleh pasangan (11,18 %), kekerasan yang dilakukan selain pasangan (4,92%) dan kekerasan seksual (24,43%).

Faktor usia yang bertambah tentu akan berakibat pada perkembangan menuju lansia yang harus disadari bersama. Nilai kodrati atau alamiah yang tidak bisa dihambat namun dapat dikurangi prosesnya agar tidak terlalu cepat datang yang menimbulkan gejolak pada diri lansia.

Faktor yang berpengaruh pada psikologis lansia secara umum dapat kita lihat dengan adanya penurunan kondisi fisik, yang kemudian dibarengi penurunan fungsi dan potensi keksual dan perubahan aspek psikososial. Selain itu perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan dan perubahan dalam peran sosial di masyarakat akan menjadi sebuah proses yang dilalui oleh para lansia.

Seiring waktu, lansia perlu mempersiapkan diri dalam menghadapi kondisi yang menurun, mempersiapkn diri untuk pensiun, membentuk hubungan baik dengan orang seusianya, mempersiapkan kehidupan baru, melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial masyarakat secara santai serta pada titik puncaknya mempersiapkan kehidupan abadi yaitu kematian.

Dalam mewujudkan lansia bermakna, penerimaan diri dan hubungan positif dengan orang lain menjadi hal penting yang harus dimiliki para lansia. Komunikasi positif dengan sekitarnya akan tetap memberikan ruang peran dalam hubungan sosial kemasyarakatan.

Menjaga bahagia di saat lansia dapat diwujudkan dengan berbagai cara. Diantaranya, pertama dengan memperbanyak ibadah. Usia lanjut bisa jadi menjadi waktu yang tepat untuk lebih taat, menjadi lebih khusyu dengan kebebasan waktu yang ada jika sebelumnya anggap saja penuh kegiatan dan terforsir dalam bekerja sebelum purna.

Kedua, Menjaga kesehatan dan menjaga pola hidup sehat. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan olahraga ringan teratur dan pemeriksaan berkala. Dengan berolahraga terutama secara berkelompok akan terbangun komunikasi aktif dengan sesama yang nantinya terbangun silaturahmi dan terjaganya kehidupan sosial.

Ketiga, Senantiasa berpikir positif, jangan mudah khawatir dan tidak membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Kondisi yang demikian akan menumbuhkan sikap hidup yang selalu berpengharapan dan akan terpancar kebahagiaan dalam mengarungi kehidupan.

Keempat selalu terbuka dalam berbagi pengetahuan. Lansia sarat dengan pengalaman dan pengetahuan yang sangat memungkinkan dicari oleh generasi berikutnya untuk bertanya dan meminta nasehat. Ketika ini dilakukan dan diberi kesempatan maka akan menambah nilai tambah kebahagiaan dan kebermaknaan bagi lansia.

Sekali lagi lansia bermakna, lansia bahagia harus hadir dalam ruang kehidupan disekitar kita karena lansia adalah orangtua kita.

Siti Mahmudah Indah Kurniawati, S.Psi, Psikolog, M.A.P, Ikatan Psikolog Klinis Wilayah Kalimantan Timur

Exit mobile version