MAGELANG, Suara Muhammadiyah – Pada hari Kamis, 1 Juni 2023 di tengah Libur Nasional Hari Lahir Pancasila. Keluarga Besar PCM Ngaglik Sleman yang inisiasi oleh PCPM & PCNA (AMM) Ngaglik mengadakan Studi Tiru ke PRM Gunungpring. Sesuai dengan namanya, kegiatan ini diadakan dengan semangat untuk meniru keberhasilan pengembangan Ranting Gunungpring, agar dapat diduplikasi di Cabang Ngaglik.
PRM Gunungpring sendiri terletak di Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Perjalanan dari Ngaglik Sleman tergolong singkat, karena hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit berkendara.
PRM Gunungpring dipilih menjadi lokasi Studi Tiru karena prestasinya sebagai Juara 1 Ranting Unggulan tahun 2017 oleh Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCRPM) PP Muhammadiyah. Selain itu, untuk ukuran sebuah ranting Amal Usaha pendidikan di PRM Gunungpring tergolong maju dan berhasil. Seperti, SD Muhammadiyah Gunungpring, SMP Muhammadiyah Plus Gunungpring dan SMA Taruna Muhammadiyah.
Rombongan dari PCM Ngaglik yang berjumlah lebih dari 100 jamaah dipimpin oleh Ketua PCPM Ngaglik Maman Sulaeman, S.Hut. menuju lokasi Studi Tiru yang bertempat di SD Muhammadiyah Gunungpring. Rombongan diterima dengan hangat oleh PRM Gunungpring yang dipimpin oleh Ketua H. Rohmat Abdul Ghoni, Bendahara H. Imron Rosidi dan Kepala Sekolah SMA Taruna Muhammadiyah Drs. Hima Sugiyarto.
“Sukses itu hanya milik orang orang yang berani.”
Begitulah keyakinan dari Ketua PRM Gunungpring. Karena ketika dilihat secara demografi jamaah Muhammadiyah di Desa Gunungpring jumlahnya hanya 10%. Meskipun minoritas, berkat keberanian & perjuangan para pendiri, pimpinan dan jamaah hingga saat ini PRM Gunungpring telah memiliki kekayaan Amal Usaha senilai lebih dari 70 Miliar.
Secara singkat dijelaskan oleh Pimpinan PRM, PRM Gunungpring didirikan pada tahun 1964. Tentu dengan perjuangan yang tidak mudah karena ditolak oleh sebagian warga sekitar. Kemudian di tahun 1969, PRM Gunungpring mendirikan SD Muhammadiyah Gunungpring dengan siswa dari masyarakat lokal. Saat ini, SD Muhammadiyah telah memiliki aset 18 unit mobil sekolah antar jemput siswa, dengan siswa yang meluas dari berbagai daerah sekitar seperti Kulon Progo, Tempel – Turi Sleman, dll.
Setelah hampir 40 tahun berdiri SD, baru di tahun 2007 didirikan SMP Muhammadiyah Plus. Pendirian tersebut bermula dari keprihatinan, saat alumni SD Muhammadiyah Gunungpring melanjutkan ke sekolah negeri, hilang kemampuan & pengetahuan agama Islamnya. Hingga saat ini, jumlah siswa SMP MPLUS berjumlah lebih dari 350 siswa. Bahkan, secara prestasi dapat berkompetisi di tingkat Nasional & meraih 3 besar di Jawa Tengah.
Kemudian, di tahun 2018 mendirikan PRM mendirikan SMA Taruna Muhammadiyah dengan konsep ala SMA Taruna Magelang, tentunya dengan tambahan kurikulum Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Saat ini, SMA TarunaMu telah memiliki lebih dari 80 siswa dari berbagai daerah di Indonesia.
Ketika ditanya apa kunci solidnya PRM Gunungpring. Pimpinan PRM menjawab, “Kuncinya adalah rapat. Organisasi berjalan dengan baik jika ada rapat rutin. Saat rapat kita menyelesaikan masalah, saat tidak ada masalah, kita buat masalahnya di rapat.”
Rapat pimpinan diadakan secara keliling setiap malam Jumat. Setiap pertemuan rapat, membahas satu agenda sampai selesai. Suasana dibuat nyaman & menggembirakan dengan menu makan yang lezat. Malam Jumat pun sudah tercatat sebagai “Malam Bermuhammadiyah”. Sehingga, anak istri dari masing-masing Pimpinan PRM sudah hafal & memaklumi.
Selain rapat rutin pimpinan, salah satu kunci keberhasilan di PRM Gunungpring adalah sentralisasi keuangan. Menurut Bendahara PRM, sejak tahun 2017 keuangan seluruh AUM dipusatkan dan dikelola oleh PRM. Caranya dengan menggunakan satu aplikasi pembayaran SPP dari SD sampai dengan SMA. Dengan pengelolaan tersentralisasi seperti ini, PRM dapat mengembangkan dan mengontrol seluruh AUM dengan lebih tepat dan cermat. Termasuk juga, di dalamnya ada program subsidi silang pengembangan SDM dan AUM. (MZI)