PEMBARUAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
Berfikir melampaui zamannya dan kemudian lahir sebagai perintis sekaligus pelopor sekolah modern di Indonesia, itulah yang dilakukan oleh KH Dahlan pendiri Muhammadiyah. Atas dasar kemajuan itu, di awal ia dicap sebagai “orang asing,” orang yang tidak pada umumnya, orang yang menerobos batas-batas.
Inilah Islam yang “asing” itu. “Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orangorang yang asing” (HR Muslim). “Asing” pada hadits ini dimaknai oleh Prof Munir Mulkhan dengan berfikir dan berbuat melampaui zamannya. Sangat progresif dan selalu berorientasi ke masa depan. Karena pikiran dan cara berfikir Kiai Dahlan teramat maju, maka masyarakat saat itu belum mampu menerima jalan pikiran hebat tersebut. Sekolah yang menggabungkan konsep tradisional dan konsep barat ini dianggap sesat bahkan dicap kafir saat itu. Tapi lihat, saat ini di Indonesia model pendidikan ala Kiai Dahlan inilah yang dipakai. Dalam kamus Persyarikatan, apa yang dilakukan oleh Kiai Dahlan inilah yang disebut dengan tajdid atau pembaruan.
Semangat pembaruan ini yang mestinya ditangkap oleh generasi penerus untuk terus melahirkan terobosan-terobosan baru yang kreatif, inovatif, dan futuristik. Bukan sebaliknya hanya pasif menerima warisan Kiai Dahlan tanpa kemudian melibatkan spirit tajdid. Jika demikian yang terjadi, itu artinya sekolah-sekolah Muhammadiyah mengalami stagnasi, diam di tempat, seolah sudah mengamalkan konsep pendidikan paling kekinian, tapi sebenarnya hanya sebatas menjalankan tradisi warisan Kiai Dahlan.
Apakah warisan tersebut sudah zaman dan bahkan berfikir dan berbuat melampaui zamannya.
Selengkapnya dapat berlangganan Majalah Suara Muhammadiyah
Klik di sini https://suaramuhammadiyah.or.id/ebook/paket