Anjuran Puasa 3 Hari Setiap Bulan Hijriyyah

Anjuran Puasa 3 Hari Setiap Bulan Hijriyyah

Anjuran Puasa 3 Hari Setiap Bulan Hijriyyah

Oleh: Ustaz Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA.

Dianjurkan bagi seorang muslim untuk melakukan puasa sunnat sebanyak tiga hari dalam sebulan pada setiap bulan hijriyyah, baik pada awal, pertengahan ataupun akhir bulan Hijriyyah.

Namun, yang lebih utama dalam hal ini adalah melakukan puasa tiga hari berturut-turut pada pertengahan bulan Hijriyah yang dikenal dengan puasa Ayyamul Bidh yaitu puasa pada pertengahan bulan (hari ke 13, 14 dan 15) dari bulan Hijriyyah. Dikatakan Ayyamul Bidh, karena pada hari-hari ini malam-malamnya terang benderang (putih) karena pancaran cahaya bulan purnama yang muncul dengan sempurna pada malam-malam ini.

Puasa Ayyamul Bidh di Bulan Dzulhijjah

Khusus pada bulan Dzulhijjah, tanggal 13 Dzulhijjah termasuk hari-hari Tasyriq yang dilarang berpuasa padanya. Maka tidak boleh berpuasa padanya. Rasulullah shallahu ‘alahi wa sallam melarang berpuasa pada hari-hari Tasyriq yaitu hari ke 11, 12 dan 13 Dzulhijjah berdasarkan hadits-hadits yang shahih, di antaranya:

Pertama, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari rahimahullah,

عن عائشة وابن عمر -رضي الله تعالى عنهما- قالا: لم يرخص في أيام التشريق أن يصمن إلا لمن لم يجد الهدي (رواه البخاري)

Dari Aisyah dan Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhuma, keduanya berkata, “Tidak diperbolehkan (oleh Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam) untuk berpuasa pada hari-hari Tasyrik kecuali bagi orang yang tidak mendapatkan hewan sembelihan ketika menunaikan haji.” (HR. Al-Bukhari)

Kedua, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah:

عَنْ نُبَيْشَةَ الْهُذَلِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَزَادَ فِي رواية وَذِكْرٍ لِلَّهِ

Dari Nubaisyah Al-Hudzali, ia berkata, Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hari-hari Tasyrik adalah hari-hari makan dan minum (HR Muslim).

Ketiga, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal,

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حُذَافَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَهُ أَنْ يُنَادِيَ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنَّهَا أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ. (رواه أحمد)

Dari Abdullah bin Hudzafah، bahwa Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhnya untuk mengumumkan pada hari-hari Tasyrik bahwa hari-hari itu merupakan hari makan dan minum. (HR. Ahmad).

Mengingat hari ke 13 Dzulhijjah termasuk hari Tasyriq, maka berpuasa Ayyamul Bidh pada bulan Dzulhijjah hanya dibolehkan pada hari ke 14 dan 15 Dzulhijjah. Sedangkan hari ke 13 Dzulhijjah tidak boleh berpuasa karena ada larangan berpuasa di atas. Namun bisa diganti di hari lainnya pada bulan Dzulhijjah seperti hari ke 16 atau hari-hari lainnya di bulan Dzulhijjah. Yang jelas, dianjurkan berpuasa 3 hari di bulan-bulan Hijriyyah termasuk bulan Dzulhijjah sesuai dengan hadits-hadits yang shahih, baik pada awal, pertengahan maupun akhir bulan.

Jadi, jika tidak bisa berpuasa Ayyamul Bidh pada hari ke 13 Dzulhijjah, maka dapat diganti dengan sehari pada hari-hari lainnya di bulan Dzulhijjah.

Dalil-Dalil Mengenai Anjuran Berpuasa Tiga Hari Setiap bulan Hijriyyah

Di antara hadits-hadits yang menganjurkan untuk berpuasa tiga hari pada setiap bulan Hijriyyah atau puasa Ayyamul Bidh yaitu:

Pertama,; Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: أوْصَانِي خَلِيلِي بثَلَاثٍ لا أدَعُهُنَّ حتَّى أمُوتَ: صَوْمِ ثَلَاثَةِ أيَّامٍ مِن كُلِّ شَهْرٍ، وصَلَاةِ الضُّحَى، ونَوْمٍ علَى وِتْرٍ.. (رواه البخاري)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga (hal) yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati yaitu berpuasa tiga hari dari setiap bulan, mengerjakan shalat Dhuha, dan tidur setelah shalat Witir.” (HR. Al-Bukhari).

Dalam riwayat lain:

عن أبي هريرو رضي الله عنه قال: أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ بثَلَاثٍ: بصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِن كُلِّ شَهْرٍ، وَرَكْعَتَيِ الضُّحَى، وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ. (رواه مسلم).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga (hal) yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati yaitu berpuasa tiga hari dari setiap bulan (Hijriyyah), mengerjakan shalat Dhuha, dan mengerjakan shalat Witir sebelum tidur.” (HR. Muslim).

Kedua; Hadiits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam At-Tirmizi rahimahumallah:

عن معاذة رضي الله عنها، أنَّهَا سَأَلَتْ عَائِشَةَ زَوْجَ النبيِّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ:
أَكانَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يَصُومُ مِن كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ؟ قالَتْ: نَعَمْ، فَقُلتُ لَهَا: مِن أَيِّ أَيَّامِ الشَّهْرِ كانَ يَصُومُ؟ قالَتْ: لَمْ يَكُنْ يُبَالِي مِن أَيِّ أَيَّامِ الشَّهْرِ يَصُومُ. (رواه مسلم والترمذي)

Dari Mu’adzah radhiyallahu ‘anha, ia bertanya kepada ‘Aisyah istri Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa tiga hari pada setiap bulan (Hijriyah)?” Aisyah menjawab, “Iya. Mu’azhah lalu bertanya, “Pada hari apa beliau melakukan puasa itu?”. Aisyah menjawab, “Beliau tidak peduli pada hari apa beliau puasa (maksudnya semau beliau kapan saja)”. ( HR. Muslim dan At-Tirmizi).

Ketiga; Hadits yang diriwayatkan Imam An-Nasa’i dan Al-Bazzar rahimahumallah:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُفْطِرُ أَيَّامَ الْبِيضِ فِي حَضَرٍ وَلَا سَفَرٍ (رواه النسائي والبزار. قال الألباني: حديث صحيح)

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada Ayyamul Bidh baik ketika tidak bepergian maupun ketika bepergian.” (HR. An-Nasa’i dan Al-Bazzar. Syaikh Al-Albani berkata, “Hadits Shahih”).

Keempat; Hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmizi rahimahullah:

عن أبي ذر رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال له: يَا أَبَا ذَرٍّ إذا صُمْتَ من الشَّهرِ ثلاثًا فصُم ثلاثَ عَشرةَ، وأربعَ عَشرةَ، وخَمسَ عشرةَ (رواه الترمذي. قال الشيخ الألباني: حديث صحيح).

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya,
“Wahai Abu Zar, jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” (HR. At-Tirmizi. Syaikh Al-Albani berkata, “Hadits shahih”).

Kelima; Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari rahimahullah:

عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عته فال: قال النبي صلى الله عليه وسلم: صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ (رواه البخاري)

Dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al-‘Ash, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Al-Bukhari)

Keenam: Hadits yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa’i rahimahullah:

عن جابر بن عبد الله رضي الله عنه ، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: صيامُ ثلاثةِ أيَّامٍ من كلِّ شَهرٍ صيامُ الدَّهرِ، وأيَّامُ البيضِ صبيحةَ ثلاثَ عشرةَ وأربعَ عشرةَ وخمسَ عشرة. (رواه النسائي)

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa pada tiga hari dari setiap bulan (Hijriyyah) adalah puasa sepanjang tahun. Dan Ayyamul Bidh itu hari ke tiga belas, empat belas dan lima belas.” (HR. An-Nasa’i).

Pelajaran Penting Dari Hadits-Hadits di Atas

Ada beberapa pelajaran penting yang dapat kita ambil dari hadits-hadits di atas, yaitu:

Pertama; Dianjurkan berpuasa tiga hari setiap bulan Hijriyyah pada hari apa saja terutama pada hari Ayyamul Bidh yaitu hari ke 13, 14 dan 15 dari setiap bulan Hijriyyah.

Kedua; Puasa tiga hari setiap bulan Hijriyyah boleh dilakukan pada sepuluh hari pertama, pertengahan bulan atau sepuluh hari terakhir dari bulan Hijriyah, atau boleh pula pada setiap sepuluh hari tadi masing-masing satu hari. Puasa ini juga bisa dilakukan setiap pekan satu hari puasa. Ini semuanya boleh.

Yang penting, melakukan puasa tiga hari setiap bulannya. Dalam hal ini ada keluasan melakukannya di hari mana saja. Oleh karena itu, ‘Aisyah mengatakan, “Beliau (Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam) tidak peduli pada hari apa beliau puasa (maksudnya semau beliau kapan saja)”.

Ketiga; Hari-hari yang lebih utama untuk berpuasa pada setiap bulan Hijriyyah adalah pada hari ke-13, 14, dan 15 dari bulan Hijriyah yang dikenal dengan Ayyamul Bidh. Ada pula yang mengatakan bahwa Ayyamul Bidh adalah hari ke-12, 13 dan 14. Namun pendapat pertama lebih kuat.

Keempat; Hari-hari ini disebut dengan Ayyamul Bidh karena pada malam ke 13, 14, dan 15 itu malam-malamnya terang putih dikarenakan bulan purnama yang muncul pada saat itu.

Kelima; Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa puasa pada Ayyamul Bidh itu lebih utama jika punya kemudahan untuk mengerjakannya. Jika tidak mudah untuk mengerjakannya, cukup berpuasa tiga hari pada hari mana saja yang disuka. Demikian penjelasan Syaikh Sa’id bin Wahf Al-Qahthani dalam Ash-Shiyam fil Islam, hal. 375.

Keutamaan dan Hikmah Puasa Tiga Hari Setiap Bulan Hijriyyah

Berpuasa tiga hari setiap bulan Hijriyyah atau puasa ayyamul bidh dianjurkan karena memiliki keutamaan dan hikmah.

Di antara keutamaan dan hikmah puasa tiga hari setiap bulan atau puasa Ayyamul Bidh yaitu:

Pertama; Menghidupkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kedua; Mendapatkan pahala seperti melakukan puasa sepanjang tahun, karena pahala satu kebaikan adalah sepuluh kebaikan semisal. Berarti puasa tiga hari setiap bulan sama dengan puasa sebanyak tiga puluh hari setiap bulan. Jadi, seolah-olah ia berpuasa sepanjang tahun.

Ketiga; Memberi istirahat pada anggota badan setiap bulannya selama tiga hari sehingga menyehatkan badan.

Demikianlah penjelasan mengenai anjuran puasa tiga hari setiap bulan Hijriah. Semoga penjelasan ini bermanfaat dan bisa diamalkan. Dan semoga ibadah kita diterima oleh Allah ta’ala. Amin.

Ustaz Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA., Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Syah Kuala Banda Aceh, Dosen Fiqh dan Ushul Fiqh Fakultas Syari’ah UIN Ar-Raniry, Doktor Fiqh dan Ushul Fiqh International Islamic University Malaysia (IIUM), dan Anggota Ikatan Ulama dan Da’i Asia Tenggara

Exit mobile version