YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pada hari Jum’at pagi (14/07) Universitas Ahmad Dahlan bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) telah menyelenggarakan pengajian dalam rangka menyambut tahun baru Islam 1445 Hijiriyah di Masjid Islamic Center UAD. Dalam pengajian tersebut mengundang Prof. Dr. Abdul Mu’ti M.Ed. (Sekretaris Umum PP Muhammadiyah) sebagai pengisi acara. Dalam kegiatan ini, mengusung tema “Islam dan Spiritualias Generasi Z: Tantangan dan Strategi bagi PTMA.”
Pengajian ini diikuti oleh BPH (Badan Pengurus Harian), para dosen, tendik dan mahasiswa di lingkungan Universitas Ahmad Dahlan. Kepala LPSI UAD yaitu Rahmadi Wibowo Suwarno dalam sambutannya, pengajian rutin ini guna untuk memperkuat pemahaman dalam al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
“Momen kegiatan ini terkait dengan tahun baru hijriyah, perlu kita ketahui dan pahami bahwa ibadah-ibadah kita ditentukan oleh kalender hijriyah. Maka kita harus sangat paham tentang bagaimana penentuan awal bulan dengan metode yang digunakan,” terang Rahmadi.
Dalam rangka menyebarkan dan memperkenalkan produk tarjih Muhammadiyah, setiap ada pengajian dari kampus, prodi atau unit, LPSI kembali memberikan buku HPT jilid 3 untuk para dosen dan tendik agar tahun ini semua dapat memiliki buku tersebut. Dengan itu diharapkan ibadah yang dilaksanakan sesuai dengan tuntunan tarjih.
Rektor UAD mengajak jamaah untuk bersyukur atas nikmat-Nya, karena dengan itu tergerak hatiuntuk menjaga visi, keislaman dan spirit sehingga dapat mengikuti pengajian pada hari ini.
“Pengajian ini untuk mengasah dan meningkatkan kekayaan ruhani kita di masjid Islamic Center ini. Visi kita yang disusun pada statuta terbaru tahun 2022 M. Atau mencantumkan bahwa kita ingin menjadi PT yang unggul dan inovatif. Mengabdi kepada kepentingan bangsa dan umat manusia dan dicermati oleh nilai-nilai keislaman.” Sambut Muchlas.
Muchlas juga menyebutkan bahwa ada nilai-nilai yang bersifat implisit tercantum dalam dokumen resmi, antara lain: keikhlasan, kebersamaan, semangat yang tinggi serta nilai-nilai eksplisit yang tercantum di dalam statuta UAD yaitu profesional, inovatif dan dedukatif itu dapat dilaksanakan dalam pergaulan sehari-hari di universitas Ahmad Dahlan.
“Dan satu nilai yang perlu kita pupuk adalah nilai keikhlasan. Mari kita tumbuhkan nilai keikhlasan ini dalam memajukan dan mensejahterakan UAD tercinta. Dan kalau dilihat juga, keikhlasan atau terhubung langsung dengan nilai-nilai dasar kita, yang eksplisit tercantum dalam statuta UAD. karena keikhlasan merujuk kepada pandangan Buya Yunahar Ilyas, bahwa keikhlasan adalah sikap yang dilandasi oleh niat, menjaga kualitas amal salih dan memperkirakan amal kita bermanfaat atau tidak bagi orang lain,” tambah Muchlas.
Dari tiga nilai yang secara eksplisit menurut BPH yaitu Fathurrahman Kamal pada awalnya memberikan nilai UAD dengan tiga terminologi bahasa Arab imtiyas, itqan, dan ihsan juga. Ketika nilai dasar ini tambahkan di bagian depan dengan niat karena Allah swt maka akan menjadi nilai keikhlasan yang harus dijaga dalam memajukan serta mensejahterakan UAD.
Abdul Mu’ti selaku pemateri akan berikan pencerahan bagi generasi Z dalam karakteristiknya. Hal terutama juga mempersepsikan diri dalam bidang keagamaan.
Pada generasi kali ini atau dikenal generasi Z atau post millenial memiliki karakteristik belajar sendiri. Seperti belajar tidak dengan guru lagi, cukup dengan buka hp dan langsung dapat apa yang ingin dipelajari. Ini menjadi tantangan dalam bidang akademik terkhusus di lingkungan UAD.
Kecenderungan personalisasi dalam belajar agama itu pada generasi Z harus diperbarui karena seperti para ustadz yang terkenal itu bukan yang ahli dalam tafsir, hadis atau pun ushul fikih serta wawasan agamanya terbatas, tapi tampilannya itu milenial dan menjelaskan agamanya itu mudah dipahami oleh kaum milenial.
“Ustadz -ustadz yang di online ini jadi populer daripada ustadz offline, apalagi kalau ustadz yang on-off. Nah, maka produksi-produksi ustadz yang seperti itu jadi perhatian serius. Terang Mu’ti.
Cara menghormati kaum milenial dan sebaliknya, itu akan berbeda. Sehingga yang generasi sebelum milenial dianjurkan untuk hijrah, jadi tidak hanya generasi milenial saja yang hijrah.
“Untuk hijrah memang tidak mudah, sehingga dalam ayat-ayat al-Qur’an itu bagaimana keutamaan orang hijrah itu dijelaskan dengan rinci yaitu salah satunya ni tinggi derajat dan rizki yang mulia. Hal ini untuk meningkatkan kualitas spiritualitas milenial karena kepentingan kita adalah menyelamatkan masa depan bangsa dan masa kini. Dengan spirit hijrah ini, mudah-mudahkan bisa memberikan layanan spiritual yang terbaik, karena mereka yang akan melanjutkan perjuangan kita,” tutup Mu’ti.
Di akhir pengajian, penyerahan simbolis buku HPT jilid 3 kepada dosen PAI yaitu Yusran Masdugi dan Iin Inawati kemudian ditutup dengan makan bersama di aula masjid Islamic Center. (Badru Tamam)