YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – PPM MBS Yogyakarta hari Senin 24 Juli 2023 kedatangan tamu istimewa dari PCIM Saudi Arabia dan PCIM Pakistan. Kedatangan mereka adalah bagian dari kerjasama yang dilakukan dengan Lembaga Studi Lanjut PPMN MBS Yogya. Kegiatan ini dimulai Pukul 13.00 Wib sampai menjelang Asar.
Kegiatan silaturahmi PCIM Saudi dengan PCIM Pakistan ini dalam rangka mengenalkan Muhammadiyah dan juga gambaran tentang studi lanjut ke luar negeri khususnya Timur Tengah. Pada acara ini, LSL menghadirkan Ustaz Hamka selaku Ketua PCIM Saudi Arabia dan Ustaz Ghifar selaku anggota PCIM Pakistan.
Ustaz Taufiq selaku perwakilan direktur dalam sambutannya menyampaikan, “kesempatan-kesempatan seperti ini harus dimanfaatkan. Alhamdulillah anda di MBS, anda bisa bertemu dengan tokoh-tokoh, semoga menginspirasi bagi kalian semua.”
“Dunia sudah tidak ada lagi sekat wilayah, batasan. Maka kita menyiapkan. 10-20 tahun mendatang, dunia sudah berubah. Makanya di Muktamar Solo kemaren, sudah saatnya Muhammadiyah Go International.”
“Semoga tahun ini ada info Muadalah di Madinah. Kita berharap bila nama PPM MBS Yogya lolos muadalah, maka peluang untuk studi di Madinah semakin terbuka.”
Ustaz Hamka, BHSc dalam sesi pertama menjelaskan sedikit tentang sejarah PCIM Arab Saudi. “PCIM Arab berdiri pada 20 januari 2017 dan dilantik Pak Haedar.”
Pada sesi pertama ini, Ustaz Hamka juga menjelaskan sekilas tentang kampus di Arab Saudi. Total Universitas di Arab Saudi ada sekitar 63 Universitas. Dari semua itu ada 26 kampus yang membuka pintu untuk kita, calon mahasiswa Indonesia.”
Dirinya juga mengisahkan pengalamannya pribadi studi di Arab Saudi. “Alhamdulillah saya 3 tahun di Malaysia, saya S-1 lagi di Arab Saudi. Tidak ada yang tahu jalannya, maka ketuk pintu itu.”
Saat disinggung tentang kampus keren di Saudi, Ustaz Hamka juga memberi info tentang King Abdul Aziz Jeddah adalah kampus nomor 1 di Asia dan Afrika yang bisa dimasuki lulusan PPM MBS.
Berbagai fasilitas akan didapatkan saat kita kuliah di Arab. “Anda akan mendapatkan uang bulanan 890 Reyal. Tiket PP setahun sekali, senilai 16 juta. Ada kesempatan yang tidak bisa dinilai materiil yaitu solat di Masjid Nabawi. Selain itu juga bisa haji tidak usah menunggu puluhan tahun.”
Dalam sesi dialog, Santri putera Bagus Soleh menanyakan berkaitan dengan kondisi belajar dan juga sistem kuliahnya.
Ustaz Hamka membagi pengalamannya, “ketika di madinah kampus yang menentukan sistem kuliahnya. Kita hanya ikut saja. Pagi 08.00-01.00 Wib. Di Sore jam 01.00-05.00 Wib. Di sana, dosennya yang pindah-pindah. Kita tempatnya tetap.”
Sesi kedua dilanjutkan Ustaz Ghifar, yang merupakan anggota PCIM PAKISTAN. Ustaz Ghifar mula-mula menerangkan kondisi Pakistan dan keadaan negaranya di sana. “Di sebelah utara, Pakistan berbatasan dengan China. Sebelah barat ada Afganistan. Selatan berbatasan dengan Iran. Di selatan juga berbatasan dengan Qatar. Di Pakistan tempat keilmuan hadist. Kalau di Arab pusatnya keilmuan Islam (fiqih dan lainnya). Para perawi hadist berasal dari Pakistan.”
Ustaz Ghifar memberi keterangan kepada para santrk bahwa “Negara Pakistan adalah negara pertama yang berbentuk Republik Islam.” Kita akan menemukan lafaz Allah hampir di semua tempat dan bangunan. Benazir Buto adalah orang Pakistan yang menjadi Presiden wanita di negara muslim.
Berkaitan dengan sejarah PCIM Pakistan, Ustaz Ghifar menerangkan bahwa pembentukan PCIM Pakistan ada beberapa tahap. Pertama tahap awal, di tahun 2003-2009. Di fase kedua 2009-2017. Fase ketiga 2017-2023. Saat ini Ustz Ghifar adalah mahasiswa International Islamic University of Islamabad, jurusan Ushuludin. PCIM Pakistan juga berprestasi memperoleh penghargaan kemanusiaan, Se Timur Tengah.
Dalam sesi tanya jawab, Mas Zaul menanyakan bagaimana kondisi kuliah di Pakistan dan biaya-biayanya.
“Biaya kuliah di Pakistan cenderung terjangkau meski tidak ada bea siswa. Uang kuliahnya 1.200 juta. Asrama 1.5 juta 6 bulan. Tiap bulan dikirim 1 juta masih sisa, tutur Ustaz Ghifar membagi kisahnya.”
Salah satu santri PPM MBS, Jihad menyampaikan kesannya. “Orangtua sebenarnya mendorong ke Timur Tengah. Tapi saya sepertinya tertarik ambil kuliah di Indonesia.”
Ustaz Suryanto dalam sesi ramah tamah bersama PCIM berharap “semoga anak-anak termotivasi dan mendapat informasi mengenai studi lanjut ke Timur Tengah.” (Arif. Yudistira)