BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi (Ilkom) peminatan Humas kelas A UM Bandung sukses menggelar Seminar Komunikasi di SMA Baiturrahman Rancakole, Ciparay, Kabupaten Bandung, pada Kamis (04/08/2023).
Seminar yang berlangsung di hadapan puluhan siswa kelas XII ini mengangkat tema ”Tantangan dan Peluang dalam Mengelola Komunikasi dengan Media di Era 5.0,” dengan menghadirkan dua dosen Ilmu Komunikasi UM Bandung.
Pertama, Roni Tabroni yang juga Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat Roni Tabroni. Kedua, Resti Ernawati yang juga merupakan Produser Radio K-lite 107.1 FM Bandung.
Ketua Pelaksana Kegiatan Kemas Muhammad RA menerangkan bahwa tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada siswa di SMA Terpadu Baiturrahman tentang media, komunikasi, dan hal-hal yang berkaitan dengan kedua hal tersebut.
Termasuk menjelaskan apa-apa saja yang diperlajari di program studi Ilmu Komunikasi UM Bandung dan bagaimana gambaran prospek kerja lulusannya nanti. ”Selain itu, pada kegiatan ini juga kita mempromosikan program studi Ilmu Komunikasi UM Bandung kepada para siswa,” tutur Kemas.
Kemas berharap para siswa khususnya kelas XII peserta kegiatan seminar ini tertarik dan bisa melanjutkan pendidikan ke Universitas Muhammadiyah Bandung.
Pentingnya jurnalistik
Dalam salah satu poin paparannya, Roni Tabroni menjelaskan soal pentingnya masyarakat khususnya pelajar dan mahasiswa memahami konten jurnalistik. Hal ini penting agar masyarakat tidak terjebak dengan konten hoaks.
”Setiap orang idealnya harus memahami konten jurnalistik itu seperti apa. Kalau salah dalam membuat konten, secara agama tentu saja itu dosa. Setiap orang bisa jadi konten kreator. Namun, tidak otomatis jadi konten jurnalistik. Kenapa? Karena konten jurnalistik harus melalui tahapan-tahapan, misalnya mencari, menggali, memverifikasi, dan sebagainya,” papar Roni.
Roni Tabroni pun memberikan motivasi kepada peserta seminar agar mereka bisa menjadi content creator. Misalnya content creator di bidang dakwah. Namun, Roni Tabroni berpesan agar kontennya tidak mengandung unsur SARA dan hal-hal yang dilarang lainnya.
Hal lainnya yang Roni sampaikan adalah soal jurnalisme digital yang berkembang saat ini. Roni berkesimpulan bahwa perkembangan teknologi tidak dapat dibendung. Hal yang mungkin dilakukan dunia jurnalistik adalah berdamai dengan keadaan dan content creator selalu meningkatkan kemampuannya.
”Dengan demikian, peradaban digital akan lebih baik lagi ke depannya,” tandas Roni.
Siapa pun bisa jadi penyiar
Sementara itu, Resti Ernawati mengupas terkait broadcast journalisme dan tantangan penyiar di era 5.0 saat ini. Resti menjelaskan bahwa setiap orang bisa menjadi penyiar selama punya keinginan dan kompetensi.
Resti juga menyampaikan soal teknis siaran, di antaranya harus mengolah suara, mengolah pernapasan, mampu menjembatani, komunikatif, dan berwawasan luas. ”Selain itu, ada juga kemampuan berbicara dari hati, memiliki sense of humor, wawasan musik yang bagus, dan yang tidak kalah penting adalah kreatif,” kata Resti.
Selain itu, Resti menerangkan terkait tantangan dan peluang Artificial Intelligence (AI) di industri broadcasting. Disinggung juga soal penyiar virtual pertama Fly FM Malaysia bernama Aina yang didukung penuh oleh AI atau kecerdasan buatan.
Bagaimana nasib penyiar di era 5.0? ”Tidak akan bisa tergantikan oleh AI, selama penyiar mau mengembangkan diri,” pungkas Resti.
Selain seminar, pada kegiatan ini juga ada penampilan ekstrakurikuler dari siswa SMA Terpadu Baiturrahman dan game menarik. Terakhir ada pengenalan unit kegiatan mahasiswa (UKM) Korps Protokoler Mahasiswa (KPM) dan Bewara Pers UM Bandung.
Hadir pada acara ini Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Euis Evi Puspitasari, dosen penanggung jawab PR Event Alfa Taufan Latif, dan perwakilan SMA Terpadu Baiturrahman. (FA)