MADIUN, Suara Muhammadiyah – Salah satu alumni Universitas Muhammadiyah Madiun (UMMAD) yang mampu menerapkan ilmu yang diperoleh saat kuliah adalah Nur Wasis, S.Sos.
Lulusan Prodi Kesejahteraan Sosial FISIP UMMAD tahun 2020 tersebut mengungkapkan sudah bekerjasama dengan almamaternya itu dalam beberapa kegiatan pemberdayaan masyarakat.
“Saya sudah 3 kali bekerjasama melakukan pemberdayaan masyarakat dengan UMMAD,” kata Nur Wasis di tempat tinggalnya di Dusun Bulu RT 14 RW 04 Desa Candimulyo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, Rabu, 9 Agustus 2023.
Pertama pemberdayaan warga difabel pada tahun. 2018, kedua pemberdayaan BUMdes tahun 2020, dan ketiga, pemberdayaan pola asuh anak usia dini (PAUD dan TK).
Program pemberdayaan masyarakat dengan mengajak warga difabel di Desa Candimulyo yang dilakukan Nur Wasis bersama UMMAD tahun 2018 hingga saat ini tetap berjalan.
Nur Wasis menyebutkan awalnya ada 4 warga difabel yang ikut serta namun saat ini ada 2 orang saja yang tetap bekerja.
Saat ini mereka bergerak dalam bidang usaha pembuatan tusuk sate, setelah sebelumnya usaha kuliner.
Tahun 2019 hingga sekarang menjadi binaan PT Telkom Madiun dengan memperoleh pinjaman lunas (soft loan) untuk modal produksi.
“Setiap hari mereka memproduksi tusuk sate.Pemasarannya sudah ke berbagai tempat. Bahkan sampai ke luar pulau Jawa,” kata Nur Wasis.
Saat ini Nur Wasis merupakan Direktur BUMDes Anugerah Mulya di Desa Candi Mulya, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun.
Inilah BUMDes yang lahir dari kerjasama pemberdayaan masyakarat antara UMMAD dengan Nur Wasis pada tahun 2020.
BUMDes yang dikelola Nur Wasis ini bergerak dalam usaha pembiayaan semua pembayaran, penjualan sembako, ATK, pajak kendaraan bermotor.
“Kami melayani pembayaran pajak tahunan pajak 5 tahunan. Melayani pajak kendaraan Indonesia. Punya kendaraan plat B bisa bayar pajak di Madiun,” kata Ketua Forum BUMDes Kota Madiun tersebut.
Nur Wasis saat ini juga menjadi wirausaha sebagai pemasok (supplier) daging ayam melalui usaha rumah potong ayam (RPA) Cahaya Abadi yang merupakan salah satu komponen hilir dalam usaha perunggasan.
Pekerjaan di RPA ini adalah mengubah ayam hidup menjadi bentuk karkas yang siap dipasarkan atau dimasak.
Hebatnya, Nur Wasis sudah memiliki sertifikat halal dari MUI pusat. Dan hanya Nur Wasis yang memiliki sertifikasi halal untuk wilayah Ponorogo, Madiun, dan Ngawi.
Sertifikat halal yang dimiliki Nur Wasis ia manfaatkan sebagai selling point usaha memasok daging ayam yang ia lakukan.
“Saya supplier daging ayam untuk New Healthy, perusahaan jasa boga yang melayani 7 rumah sakit. Juga dengan PT INKA dan RS
Konsumen daging ayam pasokan Nur Wasis juga berasal dari perorangan dari beberapa daerah dengan melakukan transaksi secara COD.
“Tergantung pesanan. Seringnya untuk hajatan pengantin. Paling jauh saya dapat pesanan dari Nganjuk,” ujar Wasis mengenai konsumen perorangan yang membeli daging ayam yang ia produksi.
Wasis mengaku punya pengalaman-pengalaman menarik saat melakukan pemberdayaan masyarakat terutama saat masyarakat yang diajak kerjasama tidak ada respon.
Meski demikian, Wasis tetap berjalan dan setelah kegiatan yang ia lakukan memperoleh hasil yang nyata, maka respon mulai muncul.
Hal itu terjadi pada pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan atau bidang sosial yang dijalankan Wasis.
“Pada saat itu masyarakat mulai memahami, sampai-sampai untuk urusan adopsi anakpun konsultasi kepada beliau,” kata Wasis.
Menurut Wasis, pemberdayaan masyarakat di masa depan itu harus tepat sasaran, dan memiliki tema pemberdayaan (tematik) yang jelas.
“Pemberdayaan sebaiknya sesuai dengan kondisi daerahnya sekaligus bisa menggali potensi daerah/desa tersebut,“ucap Wasis. (Endah Lestari/Putri Rindam/Alifatul Nuril)