YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Pembinaan Kesehatan Umum, Kesejahteraan Sosial, dan Resiliensi Bencana dr H Agus Taufiqurrahman, SpS., MKes secara resmi menutup kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) PP Muhammadiyah. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Sabtu malam (12/8) bertempat di Ballroom Lantai 3 SM Tower and Convention Yogyakarta.
Dalam amanahnya, Agus mengingatkan bahwa Muhammadiyah yang dirintis oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan ini sebagai gerakan Islam modern telah dikenal secara luas di seantero negeri, bahkan sampai ke tingkat mancanegara. Kebertahanan Muhammadiyah sampai sekarang menjadikan inspirasi banyak orang. Bahkan banyak orang dibuat terkesima melihat kokohnya Muhammadiyah bertahan kendati sarat dengan tantangan yang sangat kompleks.
Menurut Agus, setidaknya terdapat 3 faktor relevan yang menjadi akar tunjang dibalik kokohnya Muhammadiyah. Pertama pimpinan berjiwa ikhlas. Ikhlas sebagai bentuk tulus menjalankan kepemimpinan. “Itulah yang membuat Muhammadiyah awet,” katanya.
Agus melanjutkan jiwa Ikhlas itu sangat sukar untuk dipelihara bahkan diperoleh. Khususnya bagi para pemimpin, ini amat tidak mudah. Karenanya Agus mendorong agar para pemimpin yang menjalankan kepemimpinan di Muhammadiyah baik di tingkat pusat sampai ranting harus memiliki jiwa ikhlas secara autentik.
“Kunci kepemimpinan di Muhammadiyah bahwa kepemimpinan itu tidak dicari, tetapi kalau diberi tugas tidak boleh lari. Itulah salah satu ciri dari orang atau pemimpin yang Ikhlas. Tentu kita ingin menjadi bagian dari orang-orang yang ikhlas. Mudah-mudahan kita tetap ikhlas,” ujarnya.
Kedua, adanya kekompakan dan kebersamaan. Muhammadiyah kokoh karena memiliki jiwa kekompakan dan kebersamaan. Walaupun terjadi perbedaan pendapat, tetapi tidak pernah saling menghujat, mencaci maki, dan membenci.
Karenanya dalam menjalankan kepemimpinan di Muhammadiyah harus memiliki kekompakan dan kebersamaan dalam bekerja melayani umat dan masyarakat. Sebab, hal tersebut menjadi tugas sekaligus amanah sangat adiluhung. “Mari kita ciptakan team work yang solid. Pembagian divisi bukan untuk memisahkan, tetapi tujuannya agar kita bisa fokus untuk berkolaborasi,” ucapnya.
Ketiga, terdapat kesungguhan dari para pimpinan yang tidak diragukan. Yakni kesungguhan di dalam menjalankan tugas dan amanahnya. Karena menjalankan tugas dan amanah bagi seorang pemimpin itu sungguh berat. Banyak godaan sekaligus tantangan sangat berat, lebih-lebih tantangan zaman di abad supermodern seperti sekarang ini.
Sehingga, Agus menekankan kepada seluruh pimpinan Muhammadiyah dari tingkat pusat sampai ke ranting harus memiliki kesungguhan dalam menjalankan tugas dan amanah tersebut. Karena dengan bersungguh-sungguh, tantangan berat itu Allah SwT akan menurunkan secercah solusi: dari kesulitan menjadi kemudahan.
“Karena kesungguhan itu merupakan jalan di mana Allah SwT menurunkan solusi dari permasalahan yang kita hadapi,” tegasnya. (Cris)