SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – Perkembangan teknologi digital, terutama perilaku audiens dalam penggunaan media sosial, menjadi tantangan bagi ‘Aisyiyah. Anak-anak sejak kecil sudah menggunakan media digital, seperti yang ditandai dengan TikTok. Para remaja aktif menggunggah konten di Instagram.
Maka penting bagi ‘Aisyiyah untuk mengembangkan dakwah digital. Hal ini disampaikan oleh Fajar Junaedi, penulis buku Etika Komunikasi di Era Siber, saat mengisi sesi seminar dalam rangkaian rapat kerja nasional Majelis Tabligh dan Ketarjihan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sabtu (19/8).
“Ada banyak platform yang bisa digunakan untuk berdakwah. Twitter space misalnya adalah aplikasi yang sangat mudah digunakan oleh aktivis ‘Aisyiyah untuk tabligh. Saat mengisi pengajian bisa disebarluaskan melalui Twitter space,” ujar Fajar.
Fajar menambahkan, pilihan platform media sosial tidak bisa satu atau dua saja, namun juga harus tergarap di berbagai lini media sosial.
“Untuk mengelola media sosial, perlu ada perencanaan dalam dua aspek. Pertama adalah pilar konten, dimana pola unggahan sudah ditentukan sesuai dengan pandangan ‘Aisyiyah, yang menyangkut redaksional dan visual. Kedua, adalah perencanaan konten dimana apa saja yang akan diunggah sudah terencana sebelumnya,” terang Fajar.
Ratusan perwakilan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah dari berbagai propinsi secara antusias mengikuti sesi seminar. Fajar juga menyatakan bahwa pengelolaan media sosial lembaga seharusnya dikelola layaknya media massa. Hal ini juga mencakup bagaimana konten media sosial sebaiknya relevan dengan apa yang sedang populer.
“Beberapa waktu yang lalu ada turnamen sepakbola Piala Dunia Perempuan, dimana salah satu pemain ada yang mengenakan hijab. Ini sebenarnya bisa menjadi konten yang relevan dengan gagasan ‘Aisyiyah,” pungkas Fajar.