Merdeka Belajar Jangan Setengah-Setengah
Oleh: Rizki Putra Dewantoro, MSi
Merdeka Belajar adalah konsep yang membangkitkan semangat pembelajaran yang penuh kemerdekaan dan kemandirian. Tidak ada ruang untuk pendekatan setengah-setengah dalam penerapannya. Melalui pemberian tanggung jawab penuh kepada peserta didik dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung, kita dapat memastikan bahwa mereka siap menghadapi dunia dengan percaya diri, kreatif, dan memiliki semangat belajar yang abadi.
Merdeka, sebuah kata yang merujuk pada kebebasan dan kemerdekaan, memiliki makna yang mendalam dalam perjalanan sejarah suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, merdeka diartikan sebagai pembebasan dari penjajahan yang menghimpit selama berabad-abad. Proses panjang menuju kemerdekaan fisik ternyata juga mengandung paralel dengan konsep “merdeka belajar” yang saat ini tengah diperjuangkan dalam dunia pendidikan.
Perjuangan bangsa Indonesia merebut kemerdekaan fisik dari penjajah adalah bukti nyata bahwa hasrat untuk hidup bebas dan mandiri terkadang memerlukan pengorbanan besar. Selama hampir tiga abad, Indonesia menjadi tanah jajahan yang mengalami penderitaan akibat eksploitasi sumber daya dan penindasan budaya.
Gerakan perlawanan dan semangat juang para pahlawan kemerdekaan membawa Indonesia pada titik di mana kemerdekaan bisa diumumkan pada 17 Agustus 1945. Proses ini tidak hanya melibatkan perjuangan fisik melawan penjajah, tetapi juga perjuangan batin untuk membangun identitas nasional yang kuat.
Pendidikan adalah fondasi pembangunan suatu bangsa, dan konsep “merdeka belajar” muncul sebagai upaya untuk memberikan kemerdekaan kepada peserta didik dalam mengatur dan mengarahkan proses pembelajaran mereka sendiri. Seperti halnya dengan perjuangan menuju kemerdekaan fisik, merdeka belajar juga melibatkan pergeseran paradigma dan upaya untuk melawan pembatasan yang ada.
Merdeka belajar mengacu pada memberikan murid atau peserta didik kontrol yang lebih besar terhadap pendidikan mereka sendiri. Ini melibatkan pemberian kebebasan untuk memilih jalur pembelajaran yang sesuai dengan minat, gaya belajar, dan kebutuhan individu. Pendekatan ini mendorong belajar yang lebih mandiri, inisiatif, dan mendalam.
Kaitan antara merdeka seutuhnya dari penjajah dengan konsep merdeka belajar dapat ditemukan dalam esensi perjuangan dan pembebasan. Seperti dalam perjuangan fisik, merdeka belajar juga memerlukan semangat juang untuk membebaskan diri dari keterbatasan dan norma lama dalam pendidikan. Di era digital ini, akses terhadap informasi melimpah, dan merdeka belajar menjadi semakin relevan dalam membantu peserta didik menjadi pembelajar seumur hidup yang lebih adaptif dan berdaya.
Keduanya juga melibatkan pengorbanan. Jika perjuangan fisik memerlukan pengorbanan jiwa dan raga, merdeka belajar memerlukan pengorbanan zona nyaman. Siswa perlu belajar untuk mengelola waktu mereka, mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri, dan mengatasi tantangan yang muncul dalam perjalanan belajar mereka.
Merdeka seutuhnya dari penjajah dan merdeka belajar memiliki benang merah yang menghubungkannya, yaitu hasrat untuk kemerdekaan dan kebebasan. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia membebaskan diri dari penjajahan menginspirasi semangat perubahan dalam pendidikan menuju konsep merdeka belajar.
Mendikbudristek Nadiem Makarim menyebut perlu prinsip keberlanjutan untuk memastikan kebijakan Merdeka Belajar tetap berlanjut dan semua target akan tercapai pada 15 tahun ke depan. Mulai dari arah baru Merdeka Belajar Episode 1 tentang empat pokok kebijakan Merdeka Belajar hingga yang terbaru Episode 26 tentang transformasi standar nasional dan akreditasi pendidikan tinggi.
Merdeka Belajar mendorong seluruh pemangku kepentingan pendidikan menjadi agen perubahan agar terwujud pendidikan berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia. Pendidikan berkualitas adalah landasan yang penting untuk mengembangkan potensi setiap individu dan membangun masyarakat yang berdaya saing serta inklusif. Dalam mewujudkan hal tersebut dapat dicapai melalui perbaikan pada berbagai aspek mulai dari infrastruktur, kebijakan, hingga kurikulum.
Pertama yaitu Infrastruktur dan Teknologi. Infrastruktur fisik dan teknologi modern adalah fondasi bagi pendidikan berkualitas. Lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai mendukung proses pembelajaran yang efektif. Teknologi juga menjadi faktor kunci dalam mempersiapkan siswa untuk menghadapi dunia digital. Ketersediaan komputer, akses internet, dan platform pembelajaran digital memungkinkan pendidikan yang lebih interaktif dan berbasis proyek.
Kedua yaitu Kebijakan, Prosedur, dan Pendanaan. Kebijakan pendidikan yang kuat, prosedur yang jelas, dan pendanaan yang memadai merupakan pondasi bagi sistem pendidikan yang efisien dan efektif. Kebijakan harus mengakomodasi keberagaman siswa, mengatasi kesenjangan, dan memastikan kesetaraan dalam pendidikan. Prosedur yang baik, termasuk tata kelola sekolah dan manajemen sumber daya manusia, mendukung pelaksanaan pendidikan yang berjalan lancar. Pendanaan yang memadai memastikan akses terhadap fasilitas dan sumber daya yang diperlukan tanpa mengorbankan kualitas.
Ketiga yaitu Kepemimpinan, Masyarakat, dan Budaya. Kepemimpinan yang kuat dalam institusi pendidikan memainkan peran krusial dalam membentuk arah dan budaya sekolah. Kepemimpinan yang inklusif dan visioner mendorong kolaborasi, inovasi, dan perkembangan profesional bagi staf pendidikan. Keterlibatan masyarakat dan dukungan orang tua sangat penting untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang kokoh. Budaya sekolah yang mendukung kreativitas, toleransi, dan penghargaan terhadap perbedaan adalah landasan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan bermakna.
Keempat yaitu Kurikulum, Pedagogi, dan Asesmen. Kurikulum yang relevan, pedagogi yang beragam, dan asesmen yang seimbang adalah inti dari pengalaman belajar yang berkualitas. Kurikulum harus mencerminkan kebutuhan dunia nyata, mengintegrasikan keterampilan abad ke-21, dan mempertimbangkan perbedaan individu. Pedagogi yang inovatif mendorong partisipasi aktif, pemberian masukan, dan kolaborasi antara guru dan siswa. Asesmen yang seimbang mengukur pemahaman secara holistik, bukan hanya hasil akhir.
Pendidikan berkualitas adalah hasil dari harmoni antara empat pilar utama ini. Semua aspek ini saling terkait dan mendukung pengalaman belajar yang holistik, inklusif, dan relevan. Upaya kolaboratif dari pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, dan individu secara keseluruhan akan membentuk pondasi pendidikan yang memberdayakan dan mendorong pertumbuhan serta kemajuan individu dan masyarakat.
Merdeka Belajar merevitalisasi sistem pendidikan yang membangun kompetensi utama agar menghadirkan belajar menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan. Sistem terbuka yang memungkinkan kerja sama/gotong royong antarpemangku kepentingan. Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar dan pelatihan guru diselenggarakan berdasarkan praktik-praktik baik.