ALOR, Suara Muhammadiyah – Bertempat di Kampus STKIP Muhammadiyah Kalabahi Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), PC IMM Kabupten Alor melaksanakan kegiatan Training 12 Nilai Dasar Perdamaian. Materi 12 Nilai Dasar Perdamaian ini disampaikan langsung oleh Raspa Abdullah Laa selaku Agent of Peace (AOP) Peace Generation Alor.
Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 13 Maret 2019 ini merupakan salah satu rangkaian semarak Milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang ke – 55 yang akan dilaksanakan pada besoknya (14 Maret 2019). Menurut Ketua PC IMM Kabupaten Alor, Immawan Jamra Lapung bahwa dalam menyikapi momentum politik yang sudah ada di depan mata, perlu adanya sikap kedewasaan dalam menerima perbedaan dan kesiapan menerima konsekuensi dalam sebuah pertarungan.
“Mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda dan kaum intelektual muda harus bisa menyikapi perbedaan pilihan ini dengan baik, agar tidak melahirkan konflik yang berkepanjangan baik sebelum pemilihan maupun sesudah pemilihan”.
Lebih lanjut, Immawan yang biasa disapa Jemz ini menyampaikan bahwa 12 Nilai Dasar Perdamaian bisa dijadikan sebagai dasar untuk membentengi diri agar tidak menjadi bagian dari pembuat konflik.
Dalam kesempatan yang sama, Muhammad Abdullah yang menyampaikan sambutan mewakili STKIP Muhammadiyah Kalabahi memberikan motivasi agar semua peserta kegiatan bisa mengambil bagian dalam kegiatan tersebut hingga selesai nanti.
Dalam memberikan materi, Raspa Abdullah Laa terlihat antusias didukung dengan semangat peserta yang luas biasa. Penyampaian 12 Nilai Dasar Perdamaian melalui game-game, sehingga pesan dari semua nilai bisa tersampaikan dengan baik.
Nilai Dasar Perdamaian ini meliputi (1) Bangga jadi diri sendiri; (2) No Curiga No Prasangka; (3) Beda Kebudayaan tetap Berteman; (4) Beda keyakinan Nggak Harus Musuhan; (5) Laki dan Perempuan sama-sama Manusia; (6) Kaya Nggak Sombong Miskin Nggak Minder; (7) Kalo Pria jangan nge-gank; (8) Indahnya Perbedaan; (9) Konflik Bikin Kamu Makin Dewasa; (10) Pake Otak Jangan Pake Otot; (11) Nggak Gengsi Ngaku Salah; dan (12) Nggak Pelit Memberi Maaf.
Marselina Mabelehi sebagai perwakilan peserta dari agama Kristen, memberikan komentarnya sesudah kegiatan tersebut. “Kegiatan yang sangat luar biasa. Mengantarkan kita untuk mengerti dan memahami bahwa segala bentuk perbedaan dalam kehidupan ini tidak lain adalah pemberian Tuhan. Initinya adalah kita harus terus bersyukur,” Demikian ungkap peserta yang akrab disapa Vivi ini.
Di tempat terpisah, Sri Rahayu Madjid juga memberikan komentar yang sama. “Saya lebih melihat pada point saling memaafkan, terkadang kita begitu mempertahakan ego kita untuk meminta maaf atas kesalahan yang kita lakukan pada orang lain. Adapun perbedaan dalam kehidupan, adalah pembelajaran kepada kita untuk tetap saling melengkapi.
Tidak mau ketinggalan, Rufaida juga memberikan komentar dengan semangat luar biasanya, “sebagai mahasiswa dan bagian dari anak muda, tentunya kita harus bisa belajar untuk memaafkan orang lain, agar bisa dimaafkan oleh orang lain. Materi-materi ini sangat bermanfaat, baik untuk pribadi kita maupun untuk diajarkan kepada orang lain.”
Kegiatan ditutup dengan materi Nggak Gengsi Meminta Maaf dan Nggak Pelit Memberi Maaf. Masing-masing peserta menyampaikan permohonan maafnya kepada orang yang pernah disakiti hatinya, baik lewat ungkapan dan perbuatan. Rasa haru menyelimuti sesi ini, hingga tidak dapat membendung isak tangis yang keluar.
Menutup kegiatan ini, Raspa mengajak kepada semua peserta untuk menjadi bagian dari penebar virus perdamaian, minimal untuk diri sendiri. Damai di dunia mulai dari diri kita. (Riz)