BANTUL, Suara Muhammadiyah – Aries Muftie, Wakil Rektor II Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan, dalam Seminar Pra Muktamar yang diselenggarakan di UMY mengungkapkan bahwa ada kesalahan pemaknaan filantropi di kalangan masyarakat luas, Sabtu (15/02).
“Ada filosofi yang salah, bahwa orang miskin butuh filantropi. Namun kalau kita mempelajari apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan yang dipraktikkan oleh Korea, bahwa sebenarnya filantropi itu hanya kepada orang yang jompo, yatim piatu, kepada orang yang tidak berdaya. Nah kesalahan kita di situ. Sehingga negara sampai ratusan triliun ngasih akibatnya tangan di bawah” ungkapnya.
Dalam pemaparannya ia menjelaskan mengenai bagaimana sistem filantropi di level desa yang memiliki peluang dalam membantu perekonomian Indonesia secara nasional. Pada kesempatan ini ia juga mengungkapkan bahwa ia telah membuat sebuah proyek bina desa di berbagai daerah di Indonesia.
Dalam proyeknya, ia menerapkan sistem bina desa sesuai dengan apa yang dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW. Mulai dari membina karakter warga desa untuk lebih memiliki karakter Islam dengan mengajak berkumpul dan berdiskusi di masjid, kemudian dari sini tercipta persaudaraan antar warga desa (sebagaimana dahulu ada persaudaraan antara kaum Anshor dan Muhajirin) yang kemudian akan membentuk sebuah kelompok usaha bersama dan kemudian membentuk koperasi.
Dalam sistem bina desa ini mewajibkan warga untuk berinfak, yang kemudian akan dikumpulkan dan akan dibagikan kepada warga lansia, yatim piatu, dan difabel. Menurut Aries hal inilah yang merupakan bentuk filantropi desa, yang membuat ekonomi tidak berputar di kalangan tertentu saja.
Menyinggung soal Korea yang menggunakan sistem Nabi ini untuk perekonomian di desanya, Aries mengungkapkan bahwa ketika krisis moneter Korea meminjam dari IMF tapi setahun setelahnya sudah bisa lunas karena hampir sebagian biaya pelunasannya datang dari iuran warga desa.
“Jadi Muhammadiyah tidak mungkin akan menjadi adikuasa sepanjang iurannya tidak bayar” celetuknya.
Dalam pemaparannya, Aries menyoroti mengenai investasi di Indonesia yang dinilainya kurang tepat. Menurutnya, “Investasi itu betul tapi yang berasal dari dalam, yang berasal dari kekuatan. Kita menghitungnya kan investasi itu dari luar. Jadi investor dari luar, kita kasih red carpet.”
Senada dengan hal tersebut Aries juga menilai Muhammadiyah juga sama, dengan mengandalkan sumber dana dari luar seperti dari bank, “padahal kekuatan jimpitannya ada”. Hal ini menurutnya masih banyak masyarakat yang mengandalkan mindset tangan di bawah.
“Kalau semua Perguruan Tinggi Muhammadiyah menerapkan satu kurikulum saja strategi Nabi hijrah, saya yakin 2045 kita pasti benar-benar jadi adidaya, kalau kita benar-benar mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW, kalau tidak diikuti sampai ribuan tahun juga gak akan pernah terjadi” ucapnya. (ran)