YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Berbicara tentang seni dan budaya tentu tidak akan pernah ada habisnya. Keduanya seperti samudera tanpa tepi atau bumi tanpa daratan. Oleh karenanya budaya dapat disebut sebagai ibu dari pengetahuan, yang kemudian membentuk sebuah peradaban. Sejatinya, usia kebudayaan sama tuanya dengan usia alam semesta. Namun tidak banyak manusia yang menyadari peran pentingnya di dalam setiap aktivitas manusia.
Maka dari itu pada Selasa, 9 Februari 2021, Yayasan Umar Kayam yang bergerak di bidang seni dan budaya itu mendatangi Suara Muhammadiyah untuk berdiskusi mengenai isu kebudayaan yang ada ruang lingkup Muhammadiyah. Banyaknya permasalahan yang ada di ranah seni dan budaya, khususnya di Muhammadiyah, mendorong kedua pihak antara Yayasan Umar Kayam dan Suara Muhammadiyah untuk berkolaborasi menemukan jalan keluar.
Muchlas Abror selaku Badan Pembina Suara Muhammadiyah menyampaikan bahwa Suara Muhammadiyah membuka diri untuk semua ide dan gagasan, baik yang datang dari dalam ataupun dari luar. Isu tentang seni dan budaya ini sangat penting untuk dibahas, mengingat ada tiga kampus Muhammadiyah di Yogyakarta (UMY, UNISA, dan UAD) belum ada satu pun yang membuka prodi seni dan budaya. Artinya belum ada konsen yang serius terhadap bidang seni dan budaya di Muhammadiyah.
“Saya berharap pertemuan ini bukanlah pertemuan yang pertama dan terakhir. Tapi pertemuan awal untuk menindaklanjuti segala program yang dapat kita lakukan bersama,” ujarnya.
Kusen Halpah Adi dari Yayasan Umar Kayam didampingi Pegiat YUK Budhi Hermanto, mengungkapkan bahwa kesenian dan kebudayaan memiliki esensi yang sangat relevan di dalam kehidupan umat manusia sepanjang zaman. Esensi yang tidak dapat hanya dihitung dengan angka namun juga kesadaran kolektif bersama. Kesadaran akan seni dan kebudayaan inilah yang terus kita upayakan, dengan cara memfasilitasi anak-anak muda yang memuliki talenta seni dan memiliki ketertarikan di dunia tersebut.
“Kami berharap pertemuan ini bisa mendorong kita jatuh ke ‘jurang’ pertemuan yang lebih produktif,” ungkap Kusen yang juga merupakan salah satu pendiri Koalisi Seni Indonesia. (diko)