Sosok Donatur Madrasah Muhammadiyah
Dari kejauhan saya amati, ada sosok seorang ibu, berdandan rapi dengan padu padan busana muslimah nan menarik hati. Tergopoh ia menyambut kehadiran saya yang memang sengaja melewati jalan itu. Jalan yang saya kenal sebagai Jalan Pelana dan berada di wilayah RT 02 RW O2. Ibu yang nampaknya memang menunggu kehadiran saya ini, merupakan tetangga dekat. Ia memiliki 2 putra dan beberapa cucu. Salah satu dari cucunya , ada yang kembar.
Saya memanggil beliau dengan kata sapaan Bu Siti. Yang saya tahu dari KBBI, siti berarti sebutan wanita yang mulia. Siti juga bermakna wanita yang terpandang dan tinggi kedudukannya di hadapan Tuhan. Saya pernah membaca bahwa siti kependekan dari sayidati. Kata sayidati ini saya ketahui dari kamus bahasa Jawa, sayid diartikan sesebutan wong Arab turunane Nabi Muhammad. Yang jelas, setidaknya Bu Siti adalah pengikut Nabi Muhammad. Lantaran ia termasuk anggota Muhammadiyah, yang arti bahasanya pengikut Nabi Muhammad.
Bu Siti mempunyai nama lengkap Salihah. Merujuk kamus ilmu Al Qur’an, salihah artinya orang yang salih. Orang yang tangguh dalam kebajikan. Ia selalu berusaha mewujudkan kebaikan. Kalau toh ia sesekali melakukan pelanggaran, itupun kecil. Tidak berarti dibandingkan kebajikannya. Sementara, dalam kamus bahasa Jawa, salihah bermakna suci. Becik tindak tanduke alias baik tingkah lakunya. Adapun merujuk kamus bahasa Arab, saliha diartikan baik dan bermanfaat. Tuan yang lurus melaksanakan kewajiban dan perdamaian.
Saya menepi. “Pak Mushlihin tenggo sekedhap, nggih, pinta Bu Siti. Nampaknya ada sesuatu yang ingin disampaikannya. Saya mencoba menghormati permohonan Bu Siti. Saya tunggu dengan sabar sembari mengamati lalu lalang orang memanfaatkan Jalan Pelana ini. Dengan bergegas dan sigap Bu Siti masuk rumahnya. Ia keluar membawa beberapa lembar uang rupiah. Ia mengulurkan uang tersebut pada saya. Sembari ia berkata, “Tolong berikan uang ini untuk pembangunan Madrasah Muhammadiyah.”
Saya terkagum-kagum pada Bu Siti. Ia menyisihkan rezekinya 2,5 % secara ikhlas untuk berlatih zakat. Padahal hartanya belum senishab yang mewajibkan zakat atau setara dengan harga 85 gram emas. Bahkan ia tidak punya penghasilan tetap sepulang menjadi TKW. Bukan karena ia kaya, tapi lantaran hati yang tergerak untuk menciptakan senyum dan bahagia. Sedekah mendamaikan hatinya.
Mushlihin, Sekretaris PRM Takerharjo Solokuro Lamongan