Keragaman Adalah Jawaban Semesta
Oleh: Mukhaer Pakkanna
Sejatinya, manusia tak boleh menghindar dari keragaman. Keragaman adalah kenisyaaan semesta (sunatullah). Dalam keragaman selalu ada ttik temu (kalamatun sawa’). Ada energi sentripetal menariknya. Bahkan, manusia diam saja, acap ada gaya enersial yang memantik mencari titik temu.
Sejak dulu, perbedaan dalam keragaman, acapkali menjadi akar suatu masalah (konflik). Sehingga, perang tak pernah berhenti menghiasi bumi yang makin menua ini. Perbedaan seperti itu selalu dihunus oleh sikap egoisme, kepongahan, kepandiran, dan sikap keras kepala.
Dan ingat, sikap itu selalu mentransaksikan sentimen keagamaan sebagai komoditas “suci” yang paling laris dijual. Dan acapkali juga menjual sentimen etnis, suku, dan ras.
Penggumpalan sikap itu, kerapakali melahirkan gelora populisme politik sebagai respon dan ekspresi sikap kepapaan dan kedunguan dalam bertarung. Itu namanya eskapisme populistik.
Sejak manusia belum mengenal tulisan, sampai sudah menginjakkan kaki ke bulan dan menciptakan berbagai teknologi super canggih, hingga masuk revolusi industri 4.0, perang tak pernah alpa menyapa. Kedunguan sikap selalu saja diawetkan.
Banyak harta dan nyawa yang terbuang sia-sia. Berita di media sosial (medsos) terekam dengan baik semua peristiwa mengerikan. Manusia tega saling membunuh karena alasan ideologi, agama, warna kulit, ras hingga urusan remeh temeh. Manusia menjadi kanibal. Menjadi drakula sesama manusia. Cuma karena ada perbedaan, tentu saja didukung nafsu egoistik manusia yang saling membabi buta.
Seorang John Lennon pun sampai terdorong menciptakan lagu Imagine untuk mengekspresikan kegelisahannya. Dia bahkan berandai-andai, “dunia tak perlu ada agama dan negara”.
Lennon merasa tanpa itu semua bumi pasti akan terus diselimuti kedamaian. Yang ada hanya saling berbagi (sharing). Tak perlu ada saling mencaci, saling menyalahkan, gontok-gontokan, tembak-tembakan atau rudal merudal. Semua energi besar yang ada bisa dialihkan untuk hal-hal positif. Lalu mengapa Tuhan menciptakan perbedaan?
Pertanyaan itu selalu mengganggu pikiran dan menggelayut cukup lama dalam benak saya. Jawaban cerdasnya, banyak ditemukan di hamparan semesta ini.
Terakhir, saya kutipkan dan titipkan kata-kata bijak nan puitis:
“Kekuatan terbesar ada pada diri Anda sendiri,
Jadi berhentilah mengeluh, manyumpahi, dan kecewa”#
Ketika rindumu tak kunjung menemukan kata temu,
maka segera bersujud pada Tuhanmu untuk menyampaikan rindu yang menggebu itu”#
*Adakalanya kau perlu tahu semua tentangKu,
dan seringkali Kutawarkan semua pijaran sang surya itu padamu.
Tapi kau enggan mengambilnya”#
“Kemarin sang surya bersinar terik hingga embun yang kau jaga terpijar juga.
Aku memang sengaja membiarkannya, agar kau tahu rasaku padamu tetap utuh sejak lama, yang tak engkau mau mengambilnya juga sejak lama”#
Ciputat, 22 Maret 2021